Ketika Dunia Kehujanan Uang

Minggu, 03 Mei 2015 - 11:36 WIB
Ketika Dunia Kehujanan Uang
Ketika Dunia Kehujanan Uang
A A A
SABTU(2/5) malam waktu Las Vegas, Nevada, Amerika Serikat, atau Minggu (3/5) pagi waktu Indonesia menjadi waktu yang amat dinantikan ratusan juta penggemar tinju dan juga bukan penggemar tinju di jagat ini.

Suasananya tampak menyerupai ketika ratusan juta orang percaya pada ramalan kalender suku Maya di Meksiko yang meramalkan kiamat akan datang pada 31 Desember 2012, di mana mereka deg-degan, cemas, takut, dan penasaran. Begitulah kira-kira situasi yang ada saat ini, ketika kita semua menantikan terjadinya pertarungan antara dua jagoan di ring tinju, Floyd Mayweather Jr, juara dunia kelas welter versi WBC dan WBA yang belum terkalahkan akan bertarung dengan Manny Pacquiao, juara dunia WBO dan satusatunya petinju di planet bumi yang mampu menjadi juara di delapan kelas berbeda.

Pertarungan yang penuh kontroversi, penuh gengsi, penuh intrik politik, dan pertarungan yang menebarkan uang triliunan rupiah itu akan menjadi pertarungan terbesar dan pertarungan terhebat sepanjang masa. Mayweather Jr, pemegang rekor 47 kali bertarung, 21 menang angka, 26 menang KO-TKO, belum pernah drawapalagi kalah, menjadi petinju termahal sejak olahraga adu jotos ini dimainkan di muka bumi mulai milenium ketiga sebelum masehi oleh para kesatria bangsa Yunani sebagai persembahan untuk dewa Zeus, dan mulai dipertarungkan sebagai olahraga bayaran sejak 1881.

Money, julukan Mayweather, akan menerima bayaran minimal Rp2,5 triliun terdiri atas kontrak pertarungan Rp1,950 triliun dan Rp500 miliar dari kegiatan off-air(promosi, pay-perview atau tontonan berbayar dan acaraacara lain termasuk iklan). Sementara Pacquiao menerima 20% lebih sedikit atau sekitar Rp1,5 triliun. Angkaangka yang tak pernah bisa dicapai oleh para pendahulunya, seperti M Ali, Mike Tyson, Julio Cesar Chavez Sr, Oscar de la Hoya atau Klitschko bersaudara sebagai penguasa kelas berat saat ini.

HBO, Showtime, Sky Sport, Telegraph Sport, dan banyak lainnya diprediksi akan menghasilkan sedikitnya USD360 atau sekitar Rp4,6 triliun. Baik Mayweather maupun Pacquiao akan menerima bagian sedikitnya masingmasing 15% atau sekitar Rp700 miliar. Sungguh angka-angka yang sangat luar biasa dan kemungkinan tak akan mampu dipecahkan petinju mana pun hingga puluhan tahun ke depan.

Bahkan, pertarungan yang menghabiskan biaya (modal) sebesar Rp5 triliun ini juga diperkirakan bisa mengantongi tidak kurang pemasukan kotor hingga Rp15 triliun yang lagi-lagi hingga puluhan tahun ke depan tak mungkin terpecahkan oleh eventolahraga apapun, termasuk tinju bayaran itu sendiri. Enam tahun lalu, Pacquiao sudah menantang Mayweather. Saat itu Money mau asal jumlah bayarannya sama. Pacquiao jelas menolak, karena saat itu dia sudah menjadi juara di enam kelas berbeda, sedangkan Mayweather baru menjadi juara di lima kelas berbeda.

Namun, Mayweather mengatakan bahwa dirinya belum terkalahkan, sedangkan Pacquiao saat itu sudah tiga kali kalah. Tidak berhenti di situ, ketika Pacman, julukan Pacquiao, mau menerima permintaan Mayweather, Moneymembuat prasyarat baru, yakni tes doping yang tidak lazim. Dan, ketika akhirnya prasyarat itu juga dipenuhi, Mayweather membuat persyaratan baru yang terkesan mengada-ada.

Selain soal bayaran yang sangat luar biasa, pertarungan dua jagoan ini juga menjual tiket yang sangat tinggi dan dapat dikategorikan sebagai tiket olahraga termahal di dunia sepanjang sejarah. Tiket yang awalnya akan dijual termurah (tribune teratas) USD1.500 atau Rp19.500.000, kini sudah mencapai angka USD6.600,14 atau sekitar Rp85 juta. Tiket untuk ring sideyang awalnya akan dilego USD7.500 atau sekitar Rp97.500.000, sekarang telah bergerak ke angka USD59.947,68 atau sekitar Rp779.319.000.

Tiket-tiket pertarungan tinju selama ini berkisar antara USD25-150 untuk tribune dan USD3.000-5.000 untuk ring side. Meski harga tiket begitu tinggi, kabarnya hingga saat ini tiket sudah habis terjual. Konon, perusahaanperusahaan yang biasa berbisnis tiket telah memborongnya. Karena itu, angka-angka di atas akan terus bergerak hingga mencapai beberapa kali lipat. Jadi, selain pertarungannya yang akan menjadi sensasi, para penonton yang datang juga akan memiliki sensasi tersendiri.

Pertanyaannya, apakah sensasisensasi itu akan berakhir dengan sensasi besar atau justru akan menjadi antiklimaks sebagaimana doomsday, ramalan kalender suku Maya itu? Sebelumnya antiklimaks juga pernah terjadi saat para ahli mengatakan bumi akan kacau karena komputerisasi yang dianggap tak akan mampu memasuki abad ke-21 atau tahun 2000 itu tidak terjadi. Tentu kita tidak berharap pertarungan Moneyvs Pacmanyang sudah sangat lama dinantikan berakhir dengan antiklimaks.

Mahfudin Nigara
Pengamat Tinju Nasional
(ars)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.7894 seconds (0.1#10.140)