Pembekuan Liga Spanyol Beraroma Dendam
A
A
A
MADRID - Presiden Liga Spanyol (LFP), Javier Tebas selaku pihak yang mempunyai tugas menggelar kompetisi bersikeras Federasi Sepak bola Spanyol (RFEF) tidak punya wewenang untuk merubah jadwal kompetisi. Pernyataan ini adalah buntut dari kebijakan yang dikeluarkan RFEF untuk menghentikan semua pertandingan Liga Spanyol terhitung mulai 16 Mei 2015, mendatang karena masalah pembagian hak siar televisi dengan pemerintah.
Selain mengancam 600.000 pemain yang merumput di Liga Spanyol dan 30 ribu pertandingan yang kena pengaruhnya, Tebas beranggapan apa yang dilakukan RFEF dalam hal pembekuan Liga Spanyol adalah tindakan gila. Sementara itu RFEF beranggapan kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah terkait pembagian hak siar TV secara kolektif tidak akan menyelesaikan masalah pada sepak bola Spanyol.
(Baca Juga: Pembekuan Liga, Ini Beda di Spanyol dan Indonesia)
RFEF juga menuduh pemerintah bersikap arogan karena tidak mengajak mereka dalam perumusan undang-undang sekaligus kecewa karena hanya menerima bagian 4,55persen dari peraturan baru hak siar televisi. Sementara itu Tebas mengklaim ada aroma dendam terkait keputusan RFEF menghentikan kompetisi Liga Spanyol. Ia menambahkan ada dendam pribadi antara Presiden RFEF, Angel Maria Villar yang kabarnya sudah lama terlibat konflik dengan Presiden Dewan Olahraga Tertinggi Spanyol, Miguel Cardenal.
"Ini adalah tindakan yang gila, berani dan tidak bertanggung jawab, yang dilakukan oleh Angel Maria Villar bersama lembaganya. Ia (Angel Maria) tidak bersikap profesional dan ini adalah sebuah tantangan ke Liga yang berkaitan dengan agenda pribadi. Kami tidak akan tunduk kepada pemerasan yang dilakukan Federasi (RFEF)," tegas Tebas dilansir Washingtonpost, Minggu (10/5/2015).
Presiden LFP, Javier Tebas juga berencana membawa RFEF dan AFE (Asosiasi Pemain Profesional Spanyol) ke pengadilan. Menurutnta aksi pemogokan itu ilegal karena tidak berhubungan dengan urusan bisnis yang berkepentingan. Pada 2011 AFE sempat mogok karena banyaknya pemain yang belum mendapat gaji. Tebas menyatakan aksi pemogokan membuat investor, terutama dari luar negeri, khawatir.
Selain mengancam 600.000 pemain yang merumput di Liga Spanyol dan 30 ribu pertandingan yang kena pengaruhnya, Tebas beranggapan apa yang dilakukan RFEF dalam hal pembekuan Liga Spanyol adalah tindakan gila. Sementara itu RFEF beranggapan kebijakan baru yang dikeluarkan pemerintah terkait pembagian hak siar TV secara kolektif tidak akan menyelesaikan masalah pada sepak bola Spanyol.
(Baca Juga: Pembekuan Liga, Ini Beda di Spanyol dan Indonesia)
RFEF juga menuduh pemerintah bersikap arogan karena tidak mengajak mereka dalam perumusan undang-undang sekaligus kecewa karena hanya menerima bagian 4,55persen dari peraturan baru hak siar televisi. Sementara itu Tebas mengklaim ada aroma dendam terkait keputusan RFEF menghentikan kompetisi Liga Spanyol. Ia menambahkan ada dendam pribadi antara Presiden RFEF, Angel Maria Villar yang kabarnya sudah lama terlibat konflik dengan Presiden Dewan Olahraga Tertinggi Spanyol, Miguel Cardenal.
"Ini adalah tindakan yang gila, berani dan tidak bertanggung jawab, yang dilakukan oleh Angel Maria Villar bersama lembaganya. Ia (Angel Maria) tidak bersikap profesional dan ini adalah sebuah tantangan ke Liga yang berkaitan dengan agenda pribadi. Kami tidak akan tunduk kepada pemerasan yang dilakukan Federasi (RFEF)," tegas Tebas dilansir Washingtonpost, Minggu (10/5/2015).
Presiden LFP, Javier Tebas juga berencana membawa RFEF dan AFE (Asosiasi Pemain Profesional Spanyol) ke pengadilan. Menurutnta aksi pemogokan itu ilegal karena tidak berhubungan dengan urusan bisnis yang berkepentingan. Pada 2011 AFE sempat mogok karena banyaknya pemain yang belum mendapat gaji. Tebas menyatakan aksi pemogokan membuat investor, terutama dari luar negeri, khawatir.
(akr)