Simalakama Liga 1: Ditangguhkan Jadi Beban Klub, Dilanjutkan Jadi Klaster
Rabu, 30 September 2020 - 13:35 WIB
Selama fase tersebut, menurut dia, manajemen sudah memfasilitasi latihan dan uji coba, perawatan kesehatan pemain hingga menyiapkan kebutuhan di Yogyakarta yang akan menjadi homebase.
“Semua persiapan yang dilakukan tidak ada artinya. Diabaikan setelah diberi harapan. Padahal manajemen sudah menyiapkan semuanya di Yogya. Termasuk panpel dan juga tiket penerbangan untuk 46 orang. Selain itu juga downpayment untuk hotel di Madura. Semua terbuang sia-sia,” kesalnya. (Baca juga: Fahri Hamzah Dorong Fadli Zon Ungkap Sejarah Komunis dan PKI)
Dia juga mengkritik PSSI dan operator PT Liga Indonesia Baru (LIB). Menurut dia, dalam beberapa kali pertemuan terkait persiapan Liga 1 , tidak sekalipun dibahas izin keramaian dari kepolisian. Padahal, izin tersebut menjadi kunci menggelar pertandingan.
“Kita sudah menjalani beberapa kali meeting dan tidak ada sama sekali bahasan perihal izin keamanan dari kepolisian. Jadi terkesan sekarang liga ini menjalankan kelanjutan liga secara terburu-buru,” ungkap.
Sementara itu, kubu Arema FC sangat menyayangkan keputusan penundaan di tengah seluruh tim bersiap menyambut laga pertama. Penangguhan kompetisi untuk kedua kalinya ini dinilai tidak hanya berdampak besar pada klub namun juga pemain serta ofisial. Tidak hanya itu, publik juga sangat dirugikan lantaran sudah menunggu sejak lama bergulirnya kompetisi.
“Ini tidak hanya tentang klub tetap juga keluarga pemain, ofisial dan semua yang bekerja di klub. Mereka yang terkena dampaknya,” kata Media Officer Arema FC Sudarmaji. (Baca juga: Saatnya Menjadi Tuan Rumah Industri Halal)
Ketua PSSI Mochammad Iriawan tidak menampik jika penundaan ini akan berdampak luas pada pemain, pelatih, tim kontestan. Namun, menurut dia, menunda kompetisi dengan alasan kemanusian menjadi opsi paling realistis di tengah pandemi virus korona yang tidak terkendali.
“Tentunya keamanan dan keselamatan semua pihak menjadi prioritas. Memang dampaknya sangat luas tapi ini alasan kemanusiaan yang dikedepankan. Kepada klub, pemain, dan wasit untuk tetap semangat. Ikuti dan hormati apa yang digariskan pemerintah,” katanya di Kemenpora, kemarin.
Pria yang akrab disapa Iwan Bule itu berharap, penundaan kompetisi ini setidaknya maksimal hanya satu bulan kedepan. Dia optimistis situasi pandemi virus corona sudah bisa ditoleransi pada November mendatang.
Hal ini juga tidak lepas dari agenda padat federasi hingga 2021 mendatang. Berdasarkan kalkulasi PSSI, jika kembali digulirkan pada November, kompetisi bisa rampung sesuai target pada Maret tahun depan.
“Semua persiapan yang dilakukan tidak ada artinya. Diabaikan setelah diberi harapan. Padahal manajemen sudah menyiapkan semuanya di Yogya. Termasuk panpel dan juga tiket penerbangan untuk 46 orang. Selain itu juga downpayment untuk hotel di Madura. Semua terbuang sia-sia,” kesalnya. (Baca juga: Fahri Hamzah Dorong Fadli Zon Ungkap Sejarah Komunis dan PKI)
Dia juga mengkritik PSSI dan operator PT Liga Indonesia Baru (LIB). Menurut dia, dalam beberapa kali pertemuan terkait persiapan Liga 1 , tidak sekalipun dibahas izin keramaian dari kepolisian. Padahal, izin tersebut menjadi kunci menggelar pertandingan.
“Kita sudah menjalani beberapa kali meeting dan tidak ada sama sekali bahasan perihal izin keamanan dari kepolisian. Jadi terkesan sekarang liga ini menjalankan kelanjutan liga secara terburu-buru,” ungkap.
Sementara itu, kubu Arema FC sangat menyayangkan keputusan penundaan di tengah seluruh tim bersiap menyambut laga pertama. Penangguhan kompetisi untuk kedua kalinya ini dinilai tidak hanya berdampak besar pada klub namun juga pemain serta ofisial. Tidak hanya itu, publik juga sangat dirugikan lantaran sudah menunggu sejak lama bergulirnya kompetisi.
“Ini tidak hanya tentang klub tetap juga keluarga pemain, ofisial dan semua yang bekerja di klub. Mereka yang terkena dampaknya,” kata Media Officer Arema FC Sudarmaji. (Baca juga: Saatnya Menjadi Tuan Rumah Industri Halal)
Ketua PSSI Mochammad Iriawan tidak menampik jika penundaan ini akan berdampak luas pada pemain, pelatih, tim kontestan. Namun, menurut dia, menunda kompetisi dengan alasan kemanusian menjadi opsi paling realistis di tengah pandemi virus korona yang tidak terkendali.
“Tentunya keamanan dan keselamatan semua pihak menjadi prioritas. Memang dampaknya sangat luas tapi ini alasan kemanusiaan yang dikedepankan. Kepada klub, pemain, dan wasit untuk tetap semangat. Ikuti dan hormati apa yang digariskan pemerintah,” katanya di Kemenpora, kemarin.
Pria yang akrab disapa Iwan Bule itu berharap, penundaan kompetisi ini setidaknya maksimal hanya satu bulan kedepan. Dia optimistis situasi pandemi virus corona sudah bisa ditoleransi pada November mendatang.
Hal ini juga tidak lepas dari agenda padat federasi hingga 2021 mendatang. Berdasarkan kalkulasi PSSI, jika kembali digulirkan pada November, kompetisi bisa rampung sesuai target pada Maret tahun depan.
tulis komentar anda