Profil Ni Nengah Widiasih, Peraih Medali Pertama Indonesia di Paralimpiade Tokyo 2020
Kamis, 26 Agustus 2021 - 15:00 WIB
TOKYO - Nama Ni Nengah Widiasih sudah tidak asing di dunia para angkat berat. Wanita yang akrab disapa Widi itu kerap kali menyumbang medali untuk Indonesia di berbagai ajang pesta olahraga dunia.
Yang terbaru adalah medali perak yang diraihnya pada Paralimpiade Tokyo 2021 . Widi yang bertanding di nomor 41 kg putri berhasil melakukan angkatan seberat 98 kg. Dia hanya kalah dari wakil China, Guo Lingling, yang memecahkan rekor dunia dengan angkatan 108kg.
Ternyata dibalik kesuksesannya, Widi memiliki perjalanan hidup yang tidak mudah. Wanita yang kini berusia 28 tahun itu lahir dalam keadaan normal dan baru mengalami kelumpuhan di usia tiga tahun.
Saat itu, Widi mengalami demam tinggi hingga badannya mengejang. Bahkan, setelah dibawa ke dokter oleh sang ibu, suhu badan Widi tak kunjung turun dan kakinya pun terasa lemas sejak kejadian itu.
Setelah itu, orangtua Widi mencoba segala pengobatan untuk membuat kakinya normal kembali. Namun, usaha keras mereka tak kunjung membuahkan hasil. Orang-tuanya pun harus menerima keadaan anaknya yang lumpuh.
Wanita yang lahir pada 12 Desember 1992 itu baru merasakan perbedaannya dengan anak-anak lain ketika menginjak bangku SD. Dia heran mengapa tidak bisa berlari seperti temannya yang lain, ayahnya pun berkata padanya bahwa dia akan mengerti soal keadaannya saat beranjak dewasa nanti.
Singkat cerita, Widi merasa bersyukur memiliki keluarga yang tidak malu dengan kekurangannya. Malahan, dia sangat merasakan dukungan dari keluarganya untuk terus tumbuh tanpa malu dan bersosialisasi dengan orang lain.
Perkenalannya dengan dunia angkat berat dimulai saat Widi sering mengikuti kakaknya yang seorang lifter , I Gede Suantaka. Dia diperbolehkan untuk ikut latihan angkat berat dan tak pernah sekalipun dilarang.
Setelah itu, Widi yang masih duduk di bangku SMP berhasil menjadi juara di Kejurnas Para Angkat Berat. Padahal, saat itu dia baru menjalani latihan selama tiga bulan.
Performa apiknya tersebut, membuatnya masuk ke pelatnas angkat berat di Solo. Meski harus meninggalkan rumahnya di Bali, Widi tidak merasa berat karena mendapat dukungan dari orangtuanya. Sejak saat itu, dia konsisten untuk fokus membangun karirnya di Tim Nasional Angkat Berat Indonesia.
Selain memenangkan perak pada Paralimpiade Tokyo 2020 , Widi juga sudah mempersembahkan medali perak pada Asian Para Games 2014 di Incheon dan medali perunggu Paralimpiade Rio 2016. Saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Para Games 2018, dia juga menyumbangkan satu medali perak di Para angkat beban nomor 42 kg putri.
Yang terbaru adalah medali perak yang diraihnya pada Paralimpiade Tokyo 2021 . Widi yang bertanding di nomor 41 kg putri berhasil melakukan angkatan seberat 98 kg. Dia hanya kalah dari wakil China, Guo Lingling, yang memecahkan rekor dunia dengan angkatan 108kg.
Baca Juga
Ternyata dibalik kesuksesannya, Widi memiliki perjalanan hidup yang tidak mudah. Wanita yang kini berusia 28 tahun itu lahir dalam keadaan normal dan baru mengalami kelumpuhan di usia tiga tahun.
Saat itu, Widi mengalami demam tinggi hingga badannya mengejang. Bahkan, setelah dibawa ke dokter oleh sang ibu, suhu badan Widi tak kunjung turun dan kakinya pun terasa lemas sejak kejadian itu.
Setelah itu, orangtua Widi mencoba segala pengobatan untuk membuat kakinya normal kembali. Namun, usaha keras mereka tak kunjung membuahkan hasil. Orang-tuanya pun harus menerima keadaan anaknya yang lumpuh.
Wanita yang lahir pada 12 Desember 1992 itu baru merasakan perbedaannya dengan anak-anak lain ketika menginjak bangku SD. Dia heran mengapa tidak bisa berlari seperti temannya yang lain, ayahnya pun berkata padanya bahwa dia akan mengerti soal keadaannya saat beranjak dewasa nanti.
Singkat cerita, Widi merasa bersyukur memiliki keluarga yang tidak malu dengan kekurangannya. Malahan, dia sangat merasakan dukungan dari keluarganya untuk terus tumbuh tanpa malu dan bersosialisasi dengan orang lain.
Perkenalannya dengan dunia angkat berat dimulai saat Widi sering mengikuti kakaknya yang seorang lifter , I Gede Suantaka. Dia diperbolehkan untuk ikut latihan angkat berat dan tak pernah sekalipun dilarang.
Setelah itu, Widi yang masih duduk di bangku SMP berhasil menjadi juara di Kejurnas Para Angkat Berat. Padahal, saat itu dia baru menjalani latihan selama tiga bulan.
Performa apiknya tersebut, membuatnya masuk ke pelatnas angkat berat di Solo. Meski harus meninggalkan rumahnya di Bali, Widi tidak merasa berat karena mendapat dukungan dari orangtuanya. Sejak saat itu, dia konsisten untuk fokus membangun karirnya di Tim Nasional Angkat Berat Indonesia.
Selain memenangkan perak pada Paralimpiade Tokyo 2020 , Widi juga sudah mempersembahkan medali perak pada Asian Para Games 2014 di Incheon dan medali perunggu Paralimpiade Rio 2016. Saat Indonesia menjadi tuan rumah Asian Para Games 2018, dia juga menyumbangkan satu medali perak di Para angkat beban nomor 42 kg putri.
(sto)
tulis komentar anda