Klub Liga 1 2020 Siap Lanjutkan Kompetisi Demi Perbaikan Finansial
Minggu, 28 Juni 2020 - 23:27 WIB
SAMARINDA - PSSI memutuskan kembali menggulirkan kompetisi Liga 1 dan 2 2020 yang sempat terhenti karena COVID-19 . Keputusan tersebut disambut baik klub peserta kompetisi.
Salah satu klub yang menyambut positif keputusan PSSI itu adalah Borneo FC . Presiden Borneo, Nabil Husein Said Amin berharap, kompetisi segera bergulir agar kerugian finansial yang diterima klub bisa teratasi.
"Kami ikut kebijakan PSSI. Termasuk jika kembali berkompetisi. Sepak bola adalah industri yang melibatkan banyak pihak," kata Nabil seperti dikutip dariwebsite PT LIB, Minggu (28/6/2020).
Nabil bahkan tak akan mempermasalakan jika klubnya bermain di pulau Jawa. Sebab jika harus bermain di Samarinda tanpa penonton, justru menambah kerugian klub.
"Semua kebijakan nanti pasti yang terbaik untuk klub. Termasuk bermain di pulau Jawa adalah pilihan yang tepat," pungkasnya.
Pandemi COVID-19 membuat klub sepak bola terkena dampak sangat besar. Tanpa kompetisi, klub tidak memiliki pemasukan. Di sisi lain, klub tetap harus membayar biaya operasional, serta menggaji pemain dan staf pelatih.
Beberapa waktu lalu, Ketua Kajian Iklim Usaha dan Rantai Nilai Global LPEM Universitas Indonesia, Mohamad Dian Revindo menyampaikan analisis mengenai kerugian ekonomi akibat berhentinya kompetisi. Analisis itu dipaparkan di depan Ketua Umum PSSI.
Menurut Mohammad Dian, kerugian akibat mandeknya kompetisi nasional ditaksir mencapai Rp3 triliun. Dampak ekonomi ini besar karena sepak bola Tanah Air sudah menjadi industri. Sekaligus menggerakkan kesempatan kerja hingga 24 ribu orang.
"Perlu dicatat, dampaknya tak hanya untuk ekonomi saja. Menghasilkan dampak sosial yang bagi anak muda seperti kesehatan dan aktivitas hal positif lainnya," jelas Revindo.
Salah satu klub yang menyambut positif keputusan PSSI itu adalah Borneo FC . Presiden Borneo, Nabil Husein Said Amin berharap, kompetisi segera bergulir agar kerugian finansial yang diterima klub bisa teratasi.
"Kami ikut kebijakan PSSI. Termasuk jika kembali berkompetisi. Sepak bola adalah industri yang melibatkan banyak pihak," kata Nabil seperti dikutip dariwebsite PT LIB, Minggu (28/6/2020).
Nabil bahkan tak akan mempermasalakan jika klubnya bermain di pulau Jawa. Sebab jika harus bermain di Samarinda tanpa penonton, justru menambah kerugian klub.
"Semua kebijakan nanti pasti yang terbaik untuk klub. Termasuk bermain di pulau Jawa adalah pilihan yang tepat," pungkasnya.
Pandemi COVID-19 membuat klub sepak bola terkena dampak sangat besar. Tanpa kompetisi, klub tidak memiliki pemasukan. Di sisi lain, klub tetap harus membayar biaya operasional, serta menggaji pemain dan staf pelatih.
Beberapa waktu lalu, Ketua Kajian Iklim Usaha dan Rantai Nilai Global LPEM Universitas Indonesia, Mohamad Dian Revindo menyampaikan analisis mengenai kerugian ekonomi akibat berhentinya kompetisi. Analisis itu dipaparkan di depan Ketua Umum PSSI.
Menurut Mohammad Dian, kerugian akibat mandeknya kompetisi nasional ditaksir mencapai Rp3 triliun. Dampak ekonomi ini besar karena sepak bola Tanah Air sudah menjadi industri. Sekaligus menggerakkan kesempatan kerja hingga 24 ribu orang.
"Perlu dicatat, dampaknya tak hanya untuk ekonomi saja. Menghasilkan dampak sosial yang bagi anak muda seperti kesehatan dan aktivitas hal positif lainnya," jelas Revindo.
(luq)
tulis komentar anda