Mimpi Buruk Espanyol, Menyerah Setelah 27 Tahun
Jum'at, 10 Juli 2020 - 12:29 WIB
BARCELONA - Primera Liga musim 2019/20 menjadi mimpi buruk bagi seluruh elemen klub dan fans Espanyol . Bertahan selama 27 tahun di kasta tertinggi sepak bola Spanyol, tim berjuluk Periquitos tersebut menerima pil pahit terdegradasi ke Segunda Division, musim depan.
Luka itu semakin parah lantaran kekalahan 0-1 dari rival sekota, Barcelona di Camp Nou, Kamis (9/7), memastikan Espanyol angkat kaki dari Primera Liga. Javi Lopez dkk tenggelam di dasar klasemen sementara Primera Liga dengan 24 poin. Secara matematis, Espanyol tidak mungkin selamat meski memiliki tiga pertandingan sisa. Mereka tertinggal 11 poin dari Eibar di posisi 17.
Perjalanan Espanyol di Primera Liga musim ini memang jauh dari yang diharapkan. Tercatat, dari 35 pertandingan, mereka baru mengemas lima kemenangan, sembilan imbang dan 21 kekalahan. Terasa menyedihkan mengingat Espanyol merupakan salah satu klub bersejarah di Spanyol. (Baca: Kartu Merah Warnai Kemenangan Madrid Atas Espanyol)
Mereka telah berada di Primera Liga selama 85 musim, setara dengan Valencia. Kiprah Espanyol dalam 27 tahun terakhir diwarnai cerita suka dan duka. Promosi dari Segunda Division 23 April 1994, Espanyol tergolong tim mapan yang kerap menjadi batu sandungan tim-tim kuat meski belum pernah merajai Primera Liga.
Mereka bahkan sukses meraih gelar Copa del Rey di era Pelatih Paco Flores (2000) dan Pelatih Miguel Angel Lotina (2006). Itu adalah dua dari total empat gelar Copa del Rey Espanyol setelah 1929 dan 1940. Espanyol juga sukses menjadi runner up Supecopa de Espana 2006 dan Liga Europa musim 2006/07.
Faktor kejayaan Espanyol saat itu jelas tidak terlepas dari pemain-pemain berkualitas yang mereka miliki, terutama Raul Tamudo. Dia adalah idola bagi banyak orang, serta pencetak gol terbanyak dalam sejarah klub (140 gol dari 389 penampilan).
Selain Tamudo, Espanyol pernah pula diperkuat pemain-pemain top macam Carlos Kameni, Ivan De la Pena, Albert Riera, Pablo Zabaleta, Dani Osvaldo serta Luis Garcia. Dalam kurun 27 tahun, Periquitos telah ditangani 25 pelatih, termasuk nama-nama berpengalaman, yakni Jose Antonio Camacho (1993/96, 1997/98), Paco Flores (1997, 2000-02), Marcelo Bielsa (1998), Juande Ramos (2002), Luis Fernandez (2003/04), Ernesto Valverde (2006-08), Mauricio Pochettino (2009-12), Javier Aguirre (2012-14), Quique Sanchez Flores (2016-18), Abelardo (2019/20) hingga kini Francisco Rufete (sejak 2020).
Bukan hanya prestasi, Espanyol juga pernah merasakan kesulitan hingga harus pindah stadion tiga kali Estadi de Sarria (1923-1997), Estadi Olimpic Lluis Companys (1997- 2009), dan kemudian pindah ke Stadion RCDE sejak 2009.
Salah satu masa paling emosional yang pernah mereka alami ketika pemain Dani Jarque meninggal karena serangan jantung pada usia 26 tahun saat tur pramusim ke Italia, Agustus 2009. Dalam kurun 27 tahun mereka dipimpin empat presiden, yakni Daniel Sanchez Llibre (1997-11), Ramon Condal (2011-12), Juan Collet (2012-16), dan Chen Yansheng (sejak 2016). Yangsheng bahkan sempat berjanji ingin membawa Espanyol lolos ke Liga Champions untuk pertama kalinya.
Luka itu semakin parah lantaran kekalahan 0-1 dari rival sekota, Barcelona di Camp Nou, Kamis (9/7), memastikan Espanyol angkat kaki dari Primera Liga. Javi Lopez dkk tenggelam di dasar klasemen sementara Primera Liga dengan 24 poin. Secara matematis, Espanyol tidak mungkin selamat meski memiliki tiga pertandingan sisa. Mereka tertinggal 11 poin dari Eibar di posisi 17.
Perjalanan Espanyol di Primera Liga musim ini memang jauh dari yang diharapkan. Tercatat, dari 35 pertandingan, mereka baru mengemas lima kemenangan, sembilan imbang dan 21 kekalahan. Terasa menyedihkan mengingat Espanyol merupakan salah satu klub bersejarah di Spanyol. (Baca: Kartu Merah Warnai Kemenangan Madrid Atas Espanyol)
Mereka telah berada di Primera Liga selama 85 musim, setara dengan Valencia. Kiprah Espanyol dalam 27 tahun terakhir diwarnai cerita suka dan duka. Promosi dari Segunda Division 23 April 1994, Espanyol tergolong tim mapan yang kerap menjadi batu sandungan tim-tim kuat meski belum pernah merajai Primera Liga.
Mereka bahkan sukses meraih gelar Copa del Rey di era Pelatih Paco Flores (2000) dan Pelatih Miguel Angel Lotina (2006). Itu adalah dua dari total empat gelar Copa del Rey Espanyol setelah 1929 dan 1940. Espanyol juga sukses menjadi runner up Supecopa de Espana 2006 dan Liga Europa musim 2006/07.
Faktor kejayaan Espanyol saat itu jelas tidak terlepas dari pemain-pemain berkualitas yang mereka miliki, terutama Raul Tamudo. Dia adalah idola bagi banyak orang, serta pencetak gol terbanyak dalam sejarah klub (140 gol dari 389 penampilan).
Selain Tamudo, Espanyol pernah pula diperkuat pemain-pemain top macam Carlos Kameni, Ivan De la Pena, Albert Riera, Pablo Zabaleta, Dani Osvaldo serta Luis Garcia. Dalam kurun 27 tahun, Periquitos telah ditangani 25 pelatih, termasuk nama-nama berpengalaman, yakni Jose Antonio Camacho (1993/96, 1997/98), Paco Flores (1997, 2000-02), Marcelo Bielsa (1998), Juande Ramos (2002), Luis Fernandez (2003/04), Ernesto Valverde (2006-08), Mauricio Pochettino (2009-12), Javier Aguirre (2012-14), Quique Sanchez Flores (2016-18), Abelardo (2019/20) hingga kini Francisco Rufete (sejak 2020).
Bukan hanya prestasi, Espanyol juga pernah merasakan kesulitan hingga harus pindah stadion tiga kali Estadi de Sarria (1923-1997), Estadi Olimpic Lluis Companys (1997- 2009), dan kemudian pindah ke Stadion RCDE sejak 2009.
Salah satu masa paling emosional yang pernah mereka alami ketika pemain Dani Jarque meninggal karena serangan jantung pada usia 26 tahun saat tur pramusim ke Italia, Agustus 2009. Dalam kurun 27 tahun mereka dipimpin empat presiden, yakni Daniel Sanchez Llibre (1997-11), Ramon Condal (2011-12), Juan Collet (2012-16), dan Chen Yansheng (sejak 2016). Yangsheng bahkan sempat berjanji ingin membawa Espanyol lolos ke Liga Champions untuk pertama kalinya.
tulis komentar anda