Kawhi Leonard Antitesis Superstar NBA

Kamis, 13 Juni 2019 - 08:53 WIB
Kawhi Leonard Antitesis Superstar NBA
Kawhi Leonard Antitesis Superstar NBA
A A A
KAWHI Leonard jadi representasi pebasket NBA dengan gaya yang bertolak belakang dengan gemerlapnya NBA.

Apa yang membuat pebasket andalan Toronto Raptors itu lebih memilih diam seribu bahasa dan membiarkan tangannya yang berbicara. Dahulu kala di zaman Mesir Kuno tersebutlah perselisihan dua orang dewa, Osiris dan Seth.

Pertempuran terjadi karena Seth tidak pernah rela kakaknya, Osiris, menjadi dewa paling utama di Mesir Kuno. Seth akhirnya menjebak Osiris dan berhasil menewaskannya dengan tipu muslihat.

Peristiwa pembunuhan itu benar-benar membekas pada benak Horus, keturunan Osiris dan pasangannya, Isis. Seperti ayahnya, Horus juga seorang dewa yang termanifestasi dalam badan seorang pria berkepala elang.

Tak seperti dewa lainnya, Horus tak pernah banyak bicara. Kedua matanya adalah matahari dan rembulan. Sebagai penguasa langit, dengan kedua matanya Horus lebih banyak mengamati dunia lewat matanya ketimbang menghabiskan waktunya dengan bicara.

Namun, Horus tak bisa menyimpan kesedihannya yang mendalam atas tewasnya sang ayah. Dalam kebisuannya, dia menunggu waktu dan menguatkan seluruh potensi yang ada didirinya untuk mengalahkan Seth.

Selama waktunya tiba, Horus tak pernah sekalipun mengeluarkan sepatah dua patah kata. Pada akhirnya Horus berhasil mengalahkan Seth meskipun mengorbankan mata kirinya yang berupa rembulan.

Kawhi Leonard, pebasket NBA dari klub Toronto Raptors, bukanlah Horus. Namun, kesedihan kehilangan ayah yang dialami Horus hingga kini masih membekas di hati Kawhi Leonard.

Pebasket kelahiran 29 Juni 1991 itu tidak pernah lupa peristiwa yang terjadi pada 18 Januari 2008 di sebuah tempat cucian mobil yang dimiliki ayahnya, Mark Leonard.

Harusnya hari itu setelah tempat cucian mobil tutup, Mark Leonard akan segera menonton Kawhi bermain basket. Namun hingga pertandingan usai, Mark tidak pernah datang melihat Kawhi.

Usai pertandingan, Kawhi hanya bisa menatap nanar langit-langit stadion begitu melihat ibunya, Kim Leonard, menangis keras memeluk dirinya. Ibunya datang seorang diri tanpa kehadiran ayahnya.

Sesampainya di rumah, Kawhi mendengar cerita yang pernah dia dengar sebelumnya jika tinggal di kawasan keras di Amerika, Compton, New York. Dari orang-orang yang datang ke rumahnya, Kawhi mengetahui sesaat sebelum ayahnya menutup tempat cucian mobil miliknya, tiba-tiba saja seseorang datang masuk dalam tempat cucian.

Entah mengapa pria itu langsung menembakkan pistol ke tubuh Mark yang tidak bisa melawan. Seketika Mark tewas di tempat. Kawhi tidak pernah tahu apa yang menyebabkan orang itu membunuh ayahnya.

Bahkan, hingga kini polisi tidak pernah sanggup menemukan siapa yang telah membunuh ayahnya. Sejak saat itu Kawhi bukan hanya kehilangan ayahnya, juga kehilangan kepercayaannya pada dunia. Dia berubah menjadi pribadi yang tertutup.

Dia selalu irit berbicara dan tidak pernah mau meluapkan emosi yang dia rasakan. “Saya ingat Kawhi Leonard karena beberapa hari setelah ayahnya meninggal, dia bertanding basket dengan anak saya.

Saat itu saya datang dan melihat dia begitu memesona karena berhasil mencetak banyak angka. Namun, setelahnya dia lebih banyak diam,” kata aktor Hollywood, Denzel Washington.

Namun yang Denzel Washington tidak tahu, setelah pertandingan itu, Kawhi langsung pulang dan memeluk ibunya, Kim Leonard, sambil menangis histeris.

“Mungkin itu tangisan terakhir yang pernah dia perlihatkan kepada saya,” kenang Kim.

Beruntung, menurut Kim, Kawhi memiliki satu hal yang tidak pernah bisa dihilangkan darinya, yakni olahraga basket. Cabang olahraga ini justru jadi bukti adanya jalinan kasih antara Kawhi dan ayahnya.

Kim mengatakan,awalnya Kawhi justru jatuh cinta pada cabang olahraga lain, sepak bola Amerika. Kebetulan sang ayah, Mark, memang menyukai olahraga itu. Namun, seiring waktu tepatnya saat berada di sekolah menengah pertama Kawhi justru tertarik dengan olahraga basket.

Hal ini tentunya membuat Mark sedikit kecewa. Pasalnya, Mark memang menginginkan Kawhi jadi atlet sepak bola Amerika profesional. Namun, Mark tidak pernah mengatakan tidak buat Kawhi.

“Termasuk ketika Kawhi bertanya kepadanya, apakah dia sudah terlalu terlambat untuk belajar basket,” ucap Kim. Mark mengatakan tidak ada kata terlambat jika ingin mencoba melakukan sesuatu.

Sekalipun tidak memiliki bakat, Mark percaya anaknya itu bisa menjadi atlet basket yang baik dengan berlatih lebih keras. Sejak saat itulah, Mark tidak pernah absen mengajak anaknya berlatih basket. Kebersamaan mereka inilah yang membuat jalinan kasih sayang itu bertambah kuat.

Mark yakin meski terlambat, Kawhi bisa mengatasi semua kelemahan yang ada di dirinya. “Dulu ketika dia masuk pertama kali ke San Antonio Spurs, dia tidak pernah terbiasa melakukan tembakan tiga angka. Namun, dia mau berlatih terus-menerus tanpa henti. Dia mau mendengarkan orang melatih dirinya,” ujar Greg Popovich, pelatih San Antonio Spurs.

Sikap Kawhi yang mau belajar dan mendengarkan orang lain sangat bertolak belakang dengan gaya superstar NBA yang ada saat ini.

Dia tak ubahnya seperti antitesa superstar NBA yang terlalu mudah besar kepala, pongah, dan merasa lebih baik dari pelatihnya sendiri. Dia juga tak seperti superstar NBA lainnya yang kerap jadi pusat perhatian bukan karena kemampuannya bermain basket tapi gayanya di luar lapangan basket.

Dia malah berusaha sekeras mungkin untuk tidak ribet dengan media sosial. Bayangkan saja dia tidak pernah memiliki akun I nstagram . Bahkan, akun Twitter resmi miliknya yang dibuat pada 2015 hanya memuat 4 unggahan dan tidak pernah bertambah hingga kini.

Orang-orang bahkan tidak tahu apa yang dia lakukan sehari-hari di luar bermain basket. Seakan-akan Kawhi tidak ingin berada dalam sorotan lampu. Seolah-olah dia ingin bersembunyi di balik bayangannya sendiri. Padahal, dia pantas untuk dapat sorotan karena kemampuannya bermain basket tidak perlu diragukan lagi.

Dia pernah mengantarkan San Antonio Spurs berhasil menjuarai NBA tahun 2014. Di babak final NBA 2014, dia bahkan dinobatkan sebagai Most Valuable Player (MVP).

Dia juga sudah tiga kali tercatat masuk tim utama NBA All Star, dua kali masuk tim utama NBA secara keseluruhan dan tiga kali masuk dalam daftar pebasket dengan pertahanan terbaik di NBA.

Dengan catatan itu, duduk sama rendah dan berdiri sama tinggi dengan pebasket yang pernah menjadi juara NBA seperti LeBron James, Kevin Durrant, Steph Curry dan sebagainya. Namun, Kawhi menempuh hidup yang berbeda dibanding mereka.

Dia berusaha menutup diri dari kontroversi. Hal yang sama dia lakukan ketika diterpa masalah seperti saat musim 2017-2018 ketika cedera lama dan tidak membela San Antonio Spurs. Waktu itu dia memilih fokus pada cederanya dan tidak mengatakan apa pun.

Hingga akhirnya San Antonio Spurs menjualnya ke Toronto Raptors, Kawhi tidak pernah sekalipun mengucapkan hal yang buruk buat San Antonio Spurs.

“Adalah hal yang sia-sia jika kita ingin mengubah seseorang dari kepribadiannya. Jika orangnya pendiam, kita tidak bisa menuntutnya untuk menjadi lebih banyak bicara. Saya rasa situasi inilah yang membuatnya mampu menjadi yang terbaik,” ujar Popovich.

Jesse Washington, analis NBA dari The Undefeated, bahkan mengatakan NBA butuh pebasket seperti Kawhi lebih banyak lagi.

Memang, sikap tertutup Kawhi membuatnya jadi figur yang tak menarik untuk diikuti. “Tapi NBA membutuhkan pebasket yang magical , yang bisa membuat sebuah pertandingan begitu membius bukan karena gaya mereka di luar lapangan tapi kemampuan mereka di atas lapangan,” ucapnya.

Daya sihir inilah yang pernah ditunjukkan Kawhi di ajang Playoffs NBA 2019. Dia membawa Toronto Raptors dengan gaya dan kepribadiannya yang tertutup atau introvert. Kawhi adalah sebuah antitesis dari superstar NBA. (Wahyu Sibarani)
(nfl)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.9811 seconds (0.1#10.140)