Menakar Musim Baru Liga Primer

Rabu, 09 September 2020 - 12:35 WIB
loading...
Menakar Musim Baru Liga Primer
Foto: dok/Reuters
A A A
LONDON - Kompetisi Liga Primer segera dimulai dalam hitungan hari. Akhir pekan nanti, kompetisi paling kosmopolitan di Eropa bahkan dunia tersebut akan kembali digulirkan. Pertanyaan besarnya tentu saja siapa yang akan menjadi juara di musim 2020/2021?

Liverpool mengunci musim lalu dengan gelar dan mengakhiri dahaga trofi Liga Primer mereka selama 30 musim. The Reds berhasil menjadi penguasa Inggris secara meyakinkan karena memiliki jarak 18 poin dengan juara musim 2018/2019 Manchester City (Man City) di urutan kedua. (Baca: Gugus Tugas Waspadai Klaster Pilkada Serentak di Jabar)

Pertanyaan besarnya tentu saja, apakah Jordan Henderson dkk akan bisa memperlihatkan superiotas serupa? Jawabannya hampir dipastikan tidak akan mudah. Selama sejarah Liga Primer, hanya ada tiga tim yang bisa melakukan back to back gelar: Manchester United (MU), Chelsea, dan Man City. Selebihnya, ada jeda di antara gelar berikutnya.

The Reds juga memiliki keberuntungan saat mereka terlihat dominan musim lalu. Salah satunya adalah faktor rival yang sedang dalam masa transisi. Man City, misalnya. Sebelum musim 2019/2020, banyak media sudah menulis sindrom musim ketiga dan keempat Pep Guardiola bersama timnya, baik di Barcelona atau Bayern Muenchen.

Guardiola juga tidak sepenuhnya nyaman bekerja karena selalu dikaitkan dengan kepindahan ke beberapa klub di luar Inggris. Ada Juventus dari Seri A atau Paris Saint-Germain (PSG) di Ligue 1. Guardiola juga tak bisa selalu menurunkan komposisi pemain terbaik. Penyerang utama Sergio Aguero menepi lama dan harus melewatkan 12 pertandingan.

Pemain lain juga harus menepi. Ada David Silva, Leroy Sane, John Stone, Benjamin Mendy, Oleksandr Zinchenko, Rodri, sampai penjaga gawang Ederson. Situasi yang membuat Guardiola untuk pertama kali sepanjang sejarah mendapati timnya menelan sembilan kekalahan dalam satu musim. (Baca juga: Berat, Ternyata Banyak Masalah yang Menghadang UMKM)

Masa transisi juga dialami MU, Chelsea, Arsenal, dan Tottenham Hotspur. Paling aneh adalah Tottenham. Menyambut musim sebagai finalis Liga Champions, penampilan The Lilywhites benar-benar mengecewakan. Jika biasanya mereka bisa menjadi benalu dalam persaingan gelar, justru sekarang berantakan dan sempat terlempar dari 10 besar klasemen sementara Liga Primer .

Jose Mourinho kemudian datang menggantikan Mauricio Pochettino, tapi terlambat karena mantan pelatih Chelsea dan Real Madrid itu hanya bisa membawa Tottenham ke urutan keenam untuk lolos Liga Europa. Sementara Chelsea harus berhadapan dengan pelatih minim pengalaman pada sosok Frank Lampard dan embargo belanja, Arsenal baru beradaptasi dengan Mikel Arteta, dan MU juga baru panas setelah pertengahan musim.

Sekarang, situasi berbeda. Ole Gunnar Solskjaer seperti sudah menemukan cara memaksimalkan skuad yang dimiliki. Ini terlihat dari penampilan apik mereka menjelang musim berakhir dan sukses menyodok ke urutan ketiga serta melangkah ke perempat final Liga Europa.

Arsenal bersama Arteta juga memiliki modal dengan dua gelar yang diberikan: Piala FA serta Community Shield. Piala FA menyingkirkan Chelsea, sedangkan Community Shield menundukkan Liverpool. Chelsea juga terlihat serius dalam perburuan gelar.
Halaman :
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1676 seconds (0.1#10.140)