Saat Pemain asal AS Invasi Tim-Tim Elite Eropa
loading...
A
A
A
TURIN - Invasi pemain-pemain asal Amerika Serikat (AS) di Eropa semakin diperhitungkan. Bukan sekadar tim papan tengah, talenta-talenta Negeri Paman Samtersebut kini sudah merambah ke tim-tim elite. AS kini bukan sekadar pasar, tapi sudah bisa memasok pemain yang bisa menembus tim elite langganan Liga Champions.
Salah satu yang menjadi perbincangan di bursa transfer musim panas ini adalah bergabungnya Weston McKennie ke Juventus sebagai pemain pinjaman dari Schalke 04 senilai 4,5 juta euro, 29 Agustus lalu, dengan opsi pembelian permanen di akhir musim. (Baca: 7 Daerah Ini Masih Berlakukan PSBB)
Begitu fenomenal lantaran McKennie merupakan pemain AS pertama sepanjang sejarah yang memperkuat La Vecchia Signora, klub terbesar di Italia dan salah satu elite di Eropa. Bagi sebagian kalangan, bergabungnya McKennie ke Allianz Stadium terbilang mengejutkan karena Juve yang memiliki finansial mumpuni terbiasa mendatangkan pemain-pemain mapan kelas dunia.
Alasan Juve memilih McKennie kemungkinan besar disebabkan beberapa faktor seperti ketersediaan, harga, usia, keahlian, hingga kebiasaan klub besar yang mencoba bermanuver di sekitar regulasi financial fair play (FFP) yang ditetapkan UEFA. Kendati demikian, semua itu tidak penting karena McKennie sudah bergabung.
Itulah mengapa kepindahan McKennie ke Turin menjadi hal yang sangat besar bagi pemain dan negara asalnya, AS. Gelandang berusia 22 tahun tersebut mengambil langkah dramatis di levelnya. Dia bergabung dengan Juve yang setiap musim memenangkan banyak trofi domestik dan bersaing untuk trofi paling bergengsi di Eropa, Liga Champions.
Dari sisi Juve, mereka tentu mengontrak pemain karena dianggap memiliki kemampuan bagus. Seperti diketahui, McKennie sudah memperkuat klub Bundesliga Schalke 04 sejak akademi pada 2016 hingga memperkuat tim utama. Dari 91 penampilan, dia mencetak lima gol. (Baca juga: Tuntutlah Ilmu Walau ke Negeri China Ternyata Bukan Hadis Shahih)
Memang, ada banyak kekhawatiran apakah McKennie bisa beradaptasi di Juve atau tidak. Tapi, itu adalah situasi yang juga dialami pemain-pemain sepak bola dari mana pun, termasuk Benua Eropa dan Amerika Selatan.
Jika McKennie berhasil, dampaknya akan sangat besar. Seri A mungkin bukan liga asing paling populer di AS, tapi semua orang tahu tentang Juve, jauh sebelum Cristiano Ronaldo (CR7) dari Real Madrid. Visibilitas klub bahkan lebih tinggi sekarang. Untuk Juve, ini bisa menjadi jalan menumbuhkan brand dan memperbesar basis fans mereka di AS, walaupun McKennie bukanlah nama yang cukup besar untuk memiliki efek semacam itu.
Bergabungnya McKennie ke Juve menjadi indikasi klub-klub elite Eropa mulai memperhitungkan kemampuan pemain-pemain asal AS. Selain McKennie, sebelumnya ada beberapa kompatriotnya, yakni Christian Pulisic, 21, yang merupakan pemain termahal sepanjang sejarah AS saat bergabung ke Chelsea senilai 58 juta poundsterling, Januari 2019. Ada lagi Tyler Adams, 21, yang membawa RB Leipzig ke semifinal Liga Champions musim lalu, Giovanni Reyna, 17, di Borussia Dortmund hingga Sergino Dest, 19, di Ajax Amsterdam.
Bukan hanya pemain, pelatih asal AS juga sedang naik daun. Jesse Marsch, 46, sukses membawa RB Salzburg menjuarai Austrian Bundesliga 2019/2020 dan Austrian Cup 2019/2020. Bukan hanya itu, Marsch menjadi pelatih pertama asal AS yang menangani tim di Liga Champions. (Baca juga: Baru Disuntik Vaksin Buatan China, Pulang dari Semarang Relawan Ini Positif Corona)
Marsch mengatakan seluruh pemain dan pelatih AS merasa sangat tertantang menunjukkan bahwa kualitas mereka layak diperhitungkan di sepak bola elite Eropa. Dia ingin mematahkan anggapan bahwa pemain dan pelatih AS tidak mampu bersaing di level tertinggi.
Marsch bukan asal bicara. Maklum, jauh sebelumnya pemain-pemain asal AS sebenarnya berupaya unjuk gigi di kompetisi Eropa, terutama di Liga Primer. Berdasarkan statistik tahun 2012, sejak era Liga Primer dimulai pada tahun 1992, 35 pemain AS telah bermain di sana. Namun, dari 35 pemain ini, 18 di antaranya (atau 51%) telah tampil untuk empat klub yang tergolong medioker: Aston Villa, Everton, Fulham, dan West Ham United. Hanya Tim Howard mungkin beruntung karena memperkuat Manchester United (MU) (2003–2007).
Saat itu, pemain AS dianggap kurang bertalenta karena minimnya warisan sepak bola yang berlangsung di AS. Karena itu, klub-klub takut merekrut pemain dari sana. Mereka cenderung memilih pemain-pemain asal Britania Raya, Prancis, Spanyol, Argentina, dan Brasil.
“Pemain dan pelatih AS tidak pada level tertinggi di Eropa. Tapi, saya tahu semua orang di sini bekerja sekeras mungkin untuk mendapatkan rasa hormat. Kami ingin membuktikan penilaian orang itu salah. Bantu kami selangkah demi selangkah dalam olahraga besar ini untuk memantapkan diri, " kata Marsch dilansir mlssoccer.com.
Marsch percaya ketekunan dari para pemain dan pelatih AS akan mendorong mereka maju dan mungkin bisa mengekspansi sepak bola Eropa dengan jumlah lebih besar di masa-masa mendatang. “Kami diremehkan dan tidak dihormati. Tapi, orang AS dapat berkembang. Kami bisa menjadi yang terbaik dan tidak masalah apa yang dikatakan orang lain. Kami akan bekerja sekeras mungkin karena kepercayaan diri dan ketabahan kami sangat kuat," tandas Marsch. (Lihat videonya: Tawuran Remaja Sambil Berenang Kembali Terjadi di Jakarta Utara)
Harapan besar juga disematkan mantan pemain AS Oguchi Onyewu. Pria yang pernah memperkuat Metz, Standard Liege, Newcastle United, dan AC Milan tersebut mengatakan munculnya pemain-pemain muda berbakat di klub-klub Eropa merupakan momentum agar sepak bola mendapatkan tempat yang sama di AS, seperti halnya bisbol, bola basket, dan NFL.
"Itulah rintangan terbesar yang harus diatasi sepak bola AS. Apakah kalian bagus? Anda orang AS, apakah Anda bermain lebih dari bisbol dan NFL? Saya pikir dalam dekade terakhir, kami telah mengatasi stigma itu. Saya sangat bangga melihat hal itu terjadi kepada McKennie dan pemain-pemain lainnya. Saya ingin melihat bagaimana mereka memulai musim dan berkembang," papar Onyewu. (Alimansyah)
Salah satu yang menjadi perbincangan di bursa transfer musim panas ini adalah bergabungnya Weston McKennie ke Juventus sebagai pemain pinjaman dari Schalke 04 senilai 4,5 juta euro, 29 Agustus lalu, dengan opsi pembelian permanen di akhir musim. (Baca: 7 Daerah Ini Masih Berlakukan PSBB)
Begitu fenomenal lantaran McKennie merupakan pemain AS pertama sepanjang sejarah yang memperkuat La Vecchia Signora, klub terbesar di Italia dan salah satu elite di Eropa. Bagi sebagian kalangan, bergabungnya McKennie ke Allianz Stadium terbilang mengejutkan karena Juve yang memiliki finansial mumpuni terbiasa mendatangkan pemain-pemain mapan kelas dunia.
Alasan Juve memilih McKennie kemungkinan besar disebabkan beberapa faktor seperti ketersediaan, harga, usia, keahlian, hingga kebiasaan klub besar yang mencoba bermanuver di sekitar regulasi financial fair play (FFP) yang ditetapkan UEFA. Kendati demikian, semua itu tidak penting karena McKennie sudah bergabung.
Itulah mengapa kepindahan McKennie ke Turin menjadi hal yang sangat besar bagi pemain dan negara asalnya, AS. Gelandang berusia 22 tahun tersebut mengambil langkah dramatis di levelnya. Dia bergabung dengan Juve yang setiap musim memenangkan banyak trofi domestik dan bersaing untuk trofi paling bergengsi di Eropa, Liga Champions.
Dari sisi Juve, mereka tentu mengontrak pemain karena dianggap memiliki kemampuan bagus. Seperti diketahui, McKennie sudah memperkuat klub Bundesliga Schalke 04 sejak akademi pada 2016 hingga memperkuat tim utama. Dari 91 penampilan, dia mencetak lima gol. (Baca juga: Tuntutlah Ilmu Walau ke Negeri China Ternyata Bukan Hadis Shahih)
Memang, ada banyak kekhawatiran apakah McKennie bisa beradaptasi di Juve atau tidak. Tapi, itu adalah situasi yang juga dialami pemain-pemain sepak bola dari mana pun, termasuk Benua Eropa dan Amerika Selatan.
Jika McKennie berhasil, dampaknya akan sangat besar. Seri A mungkin bukan liga asing paling populer di AS, tapi semua orang tahu tentang Juve, jauh sebelum Cristiano Ronaldo (CR7) dari Real Madrid. Visibilitas klub bahkan lebih tinggi sekarang. Untuk Juve, ini bisa menjadi jalan menumbuhkan brand dan memperbesar basis fans mereka di AS, walaupun McKennie bukanlah nama yang cukup besar untuk memiliki efek semacam itu.
Bergabungnya McKennie ke Juve menjadi indikasi klub-klub elite Eropa mulai memperhitungkan kemampuan pemain-pemain asal AS. Selain McKennie, sebelumnya ada beberapa kompatriotnya, yakni Christian Pulisic, 21, yang merupakan pemain termahal sepanjang sejarah AS saat bergabung ke Chelsea senilai 58 juta poundsterling, Januari 2019. Ada lagi Tyler Adams, 21, yang membawa RB Leipzig ke semifinal Liga Champions musim lalu, Giovanni Reyna, 17, di Borussia Dortmund hingga Sergino Dest, 19, di Ajax Amsterdam.
Bukan hanya pemain, pelatih asal AS juga sedang naik daun. Jesse Marsch, 46, sukses membawa RB Salzburg menjuarai Austrian Bundesliga 2019/2020 dan Austrian Cup 2019/2020. Bukan hanya itu, Marsch menjadi pelatih pertama asal AS yang menangani tim di Liga Champions. (Baca juga: Baru Disuntik Vaksin Buatan China, Pulang dari Semarang Relawan Ini Positif Corona)
Marsch mengatakan seluruh pemain dan pelatih AS merasa sangat tertantang menunjukkan bahwa kualitas mereka layak diperhitungkan di sepak bola elite Eropa. Dia ingin mematahkan anggapan bahwa pemain dan pelatih AS tidak mampu bersaing di level tertinggi.
Marsch bukan asal bicara. Maklum, jauh sebelumnya pemain-pemain asal AS sebenarnya berupaya unjuk gigi di kompetisi Eropa, terutama di Liga Primer. Berdasarkan statistik tahun 2012, sejak era Liga Primer dimulai pada tahun 1992, 35 pemain AS telah bermain di sana. Namun, dari 35 pemain ini, 18 di antaranya (atau 51%) telah tampil untuk empat klub yang tergolong medioker: Aston Villa, Everton, Fulham, dan West Ham United. Hanya Tim Howard mungkin beruntung karena memperkuat Manchester United (MU) (2003–2007).
Saat itu, pemain AS dianggap kurang bertalenta karena minimnya warisan sepak bola yang berlangsung di AS. Karena itu, klub-klub takut merekrut pemain dari sana. Mereka cenderung memilih pemain-pemain asal Britania Raya, Prancis, Spanyol, Argentina, dan Brasil.
“Pemain dan pelatih AS tidak pada level tertinggi di Eropa. Tapi, saya tahu semua orang di sini bekerja sekeras mungkin untuk mendapatkan rasa hormat. Kami ingin membuktikan penilaian orang itu salah. Bantu kami selangkah demi selangkah dalam olahraga besar ini untuk memantapkan diri, " kata Marsch dilansir mlssoccer.com.
Marsch percaya ketekunan dari para pemain dan pelatih AS akan mendorong mereka maju dan mungkin bisa mengekspansi sepak bola Eropa dengan jumlah lebih besar di masa-masa mendatang. “Kami diremehkan dan tidak dihormati. Tapi, orang AS dapat berkembang. Kami bisa menjadi yang terbaik dan tidak masalah apa yang dikatakan orang lain. Kami akan bekerja sekeras mungkin karena kepercayaan diri dan ketabahan kami sangat kuat," tandas Marsch. (Lihat videonya: Tawuran Remaja Sambil Berenang Kembali Terjadi di Jakarta Utara)
Harapan besar juga disematkan mantan pemain AS Oguchi Onyewu. Pria yang pernah memperkuat Metz, Standard Liege, Newcastle United, dan AC Milan tersebut mengatakan munculnya pemain-pemain muda berbakat di klub-klub Eropa merupakan momentum agar sepak bola mendapatkan tempat yang sama di AS, seperti halnya bisbol, bola basket, dan NFL.
"Itulah rintangan terbesar yang harus diatasi sepak bola AS. Apakah kalian bagus? Anda orang AS, apakah Anda bermain lebih dari bisbol dan NFL? Saya pikir dalam dekade terakhir, kami telah mengatasi stigma itu. Saya sangat bangga melihat hal itu terjadi kepada McKennie dan pemain-pemain lainnya. Saya ingin melihat bagaimana mereka memulai musim dan berkembang," papar Onyewu. (Alimansyah)
(ysw)