Bayern Lupa Rasanya Kalah

Kamis, 24 September 2020 - 11:35 WIB
loading...
Bayern Lupa Rasanya Kalah
Robert Lewandowski. Foto/Reuters
A A A
BUDAPEST - Bagi mereka yang menyukai sepak bola menyerang, pertemuan Bayern Muenchen versus Sevilla di Puskas Arena, Budapest, dini hari nanti, layak dinantikan. Kedua tim sama-sama mengusung pola permainan agresif, meski Bayern diunggulkan.

Strategi permainan tersebut merupakan kunci kesuksesan Bayern dan Sevilla di kompetisi Eropa musim lalu. Bayern, misalnya. Torehan gelar Liga Champions, yang merupakan satu dari tiga gelar musim 2019/2020, merupakan hasil dari komitmen Pelatih Hans-Dieter Flick yang menginstruksikan timnya bermain berani dalam menyerang. (Baca: Inilah Pemandangan Ahli Riya Pada Hari Kiamat)

Gelontoran 43 gol di Liga Champions musim lalu menggambarkan dahsyatnya permainan menyerang FC Hollywood. Mereka memiliki pemain yang telah lama bersama dalam formasi 4-2-3-1, baik untuk klub maupun negara.

Selain fokus, mengandalkan kolektivitas, dan kekuatan fisik, para pemain Bayern juga menunjukkan fleksibilitas dalam hal taktik, tergantung lawan yang dihadapi. Mereka juga memiliki individu dengan profil memainkan permainan menekan, dimulai dengan penjaga gawang Manuel Neuer.

Itu terbukti di babak pertama final melawan Paris Saint-Germain, ketika Neymar mengirimkan bola ke Kylian Mbappe. Dengan antisipasi luar biasa, Neuer mampu mendapatkan bola lebih cepat sebelum Mbappe mendekat.

Di lini tengah, Joshua Kimmich dan Leon Goretzka sangat tangguh dan kuat dalam menjaga keseimbangan. Hal itu membuat Serge Gnabry, Thomas Mueller, serta Kingsley Coman leluasa membantu Robert Lewandowski meneror pertahanan lawan.

Komposisi starting line-up dan penerapan strategi permainan serupa diyakini kembali diandalkan Bayern saat melawan Sevilla di final Piala Super Eropa. Motivasi semakin tinggi lantaran rekor Die Roten di Super Eropa tidak terlalu bagus. Dari empat final Super Eropa, Bayern baru satu kali memenangkan gelar, yakni pada 2013. Sementara tiga lainnya hanya menjadi runner-up. (Baca juga: Proyek Sodetan Kali Ciliwung di Bidara Cina Terganjal Ganti rugi)

Bayern didukung statistik. Dalam enam dari tujuh pertandingan terakhir final Super, pemenang Liga Champions selalu mampu mengalahkan juara Liga Europa. Mereka juga memiliki rekor bagus, yaitu menang tiga kali dalam tiga pertandingan terakhir melawan wakil Spanyol di tempat netral di kompetisi Eropa.

Die Roten semakin difavoritkan berbekal kinerja sensasional mereka. Sejak pergantian tahun, Neuer dkk menjalani 31 pertandingan tanpa kekalahan di semua kompetisi dan memenangkan 30 pertandingan di antaranya, termasuk saat menggilas Schalke 04 dengan skor 8-0 pada pertandingan pertama Bundesliga, Sabtu (19/9/2020).

Menurut Flick, kemenangan besar di Bundesliga menjadi pesan bagi setiap lawan bahwa Bayern selalu memiliki rasa lapar yang besar dan bertekad meraih lebih banyak kesuksesan musim ini, termasuk mengincar trofi kedua Super Eropa. Namun, pelatih berusia 55 tahun tersebut mewanti-wanti pasukannya agar pandai menjaga ketahanan fisik dan konsentrasi mengingat jadwal pertandingan padat.

Setelah Sevilla, Die Roten dinantikan Hoffenheim pada lanjutan Bundesliga, Minggu (27/9/2020). “Kami ingin menunjukkan di musim ini kami selalu ada. Kami baru saja menjalani pertandingan pertama. Kami tidak boleh tergesa-gesa. Tapi, penting untuk menunjukkan bahwa kami berada di jalur yang benar,” papar Flick, dilansir Reuters. (Baca juga: Riau Jadi Pusat perhatian Penanganan Karhutla)

Permainan Sevilla tak kalah ofensif, tapi dengan cara berbeda. Sebagian besar keberhasilan Los Nervionenses menjuarai Liga Europa musim lalu adalah hasil dari agesivitas dua bek sayap, yakni Sergio Reguilon dan Jesus Navas yang diberi kebebasan maju ketika peluang muncul.

Dengan keberadaan Ever Banega di depan bek lawan, peluang itu sering datang. Ketika Banega turun, Fernando Reges dibebaskan mendukung permainan menyerang Sevilla. Bersama Joan Jordan, mereka merepotkan pertahanan lawan.

Keberanian Sevilla melakukan pressing tinggi terhadap pertahanan lawan terlihat dalam statistik mereka dengan fase penguasaan bola mereka dimulai rata-rata 39,4 m dari gawang mereka sendiri atau tertinggi kedua di Liga Europa musim lalu. Sevilla bahkan mampu mempertahankan pressing tinggi ini (37,5 m) di final melawan Inter Milan. (Baca juga: Tangani Wabah Corona, RI Pinjam Lagi ke ADB)

Dari sisi mentalitas, Sevilla begitu mumpuni. Mereka tetap mampu bermain bagus meski berada di bawah tekanan lawan. Mereka juga mampu merebut kembali kendali permainan tanpa mengubah strategi. Itu berjalan dengan baik karena seluruh pemain Sevilla sangat memahami instruksi yang diberikan Pelatih Julen Lopetegui.

Permasalahannya, dua pemain penting Sevilla musim lalu sudah pergi. Reguilon hengkang ke Tottenham Hotspur dan Banega hijrah ke Al-Shabab. Tapi, mereka memiliki Sergio Escuredo di bek kiri dan mendatangkan gelandang berpengalaman Ivan Rakitic dari Barcelona musim panas ini.

“Ini adalah soal melawan Bayern, tim terbaik di dunia saat ini. Kami tahu bahwa kami tidak hanya ingin menjadi penggembira. Kami sangat menghormati dan mengagumi tim ini, tapi kami juga tim yang sangat bangga, ambisius, dan bersemangat,” tandas Lopetegui.

Meski menganggap Bayern sebagai lawan kuat, mantan bos FC Porto dan Real Madrid tersebut menegaskan Sevilla akan tampil dengan seluruh potensi terbaik untuk menjadi juara Super Eropa keduanya setelah 2006 sekaligus membalas kekalahan agregat 1-2 pada perempat final Liga Champions musim 2017/2018. (Lihat videonya: Gelar Habib, Asal Muasal dan Sejarahnya di Indonesia)

“Kami sepenuhnya berniat tampil di final dengan keinginan untuk menunjukkan diri kami sendiri. Ini tidak akan mudah, tapi itulah yang kami harapkan,” katanya. (Alimansyah)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2652 seconds (0.1#10.140)