UEFA Nation Leugue 2020/2021, Tim Unggulan Mulai Terganggu

Jum'at, 16 Oktober 2020 - 11:35 WIB
loading...
UEFA Nation Leugue 2020/2021, Tim Unggulan Mulai Terganggu
Bek kanan Inggris Reece James melakukan tembakan ke arah gawang saat pertandingan melawan Denmark di Wembley Stadium, London, (15/10/2020). Foto/Reuters
A A A
LONDON - Tim-tim elite di Nations League musim 2020/21 , mulai terganggu. Jika sebelumnya tidak mengalami hambatan berarti, laju mereka mulai tersendat dengan hasil kurang memuaskan.

Setelah Spanyol kalah 0-1 dari Ukraina dan Jerman ditahan 3-3 oleh Swiss, Rabu (14/10), giliran Italia gagal menang. Tim berjuluk Gli Azzurri tersebut ditahan 1-1 Belanda pada pertandingan Grup A1 di Gewiss Stadium, Kamis (15/10). Unggul melalui Lorenzo Pellegrini pada menit ke-16, Italia gagal mendulang tiga poin setelah Belanda menyamakan kedudukan oleh gol Donny van De Beek (25). (Baca: Inilah Tabiat Buruk Suami yang Harus Dijauhi)

Meski belum terkalahkan dalam 19 pertandingan kompetitif terakhir, satu poin kontra Belanda, menjadi indikasi perjalanan Italia di Nations League musim ini tidak mudah. Tercatat, dari empat pertandingan Grup A1, mereka telah meraih tiga kali imbang dan baru satu kali menang.

Akibatnya, Italia melorot ke posisi kedua klasemen sementara Grup A1 dengan enam poin, tertinggal satu poin dari Polandia yang berada di peringkat teratas. Pelatih Roberto Mancini mengakui jika Belanda menyulitkan mereka di sepanjang pertandingan. Mancini sedikit menyayangkan Italia gagal menambah gol, padahal menguasai 55% bola dan melepaskan enam tendangan on target.

“Itu adalah permainan yang indah, menghibur, pertarungan dengan kedua belah tim mencoba untuk menang sampai akhir. Belanda adalah tim yang hebat. Kami tahu ini akan menjadi pertandingan yang sulit," ungkap Mancini dilansir uefa.com.

Karena itu, Mancini cukup senang dengan hasil imbang melawan Belanda. Pelatih berusia 55 tahun tersebut optimistis Italia tetap berada di jalur tepat dan berjanji akan menyapu bersih dua pertandingan Grup A1 kontra Polandia serta Bosnia & Herzegovina, 16 dan 19 November mendatang, sekaligus melaju ke babak semifinal Nations League. (Baca juga: Pendidikan Guru Penggerak Diikuti 2.800 Guru)

“Bulan depan kami akan head-to-head dengan Polandia memperebutkan puncak klasemen sementara Grup A1. Kami akan memenangi dua pertandingan berikutnya dan lolos ke semifinal,” tegas Mancini.

Kesulitan Italia tidak terlepas dari perubahan taktik yang diterapkan Pelatih Belanda Frank de Boer. Keputusannya menggunakan pola 5-3-2 terbilang mengejutkan. Di dua pertandingan sebelumnya, De Boer menerapkan 4-3-3 dan 4-2-3-1. Eksperimen tersebut terbukti tepat. Lini belakang yang dijaga Stevan de Vrij dan Virgil van Dijk begitu solid dan sulit ditembus. Hal itu membuat lini tengah leluasa membantu serangan.

“Saya ingin bermain dengan lima pemain di belakang sehingga penyerang saya tidak harus terus mengejar pemain mereka yang maju ke depan. Pada dasarnya ini hanya masalah melihat lawan dengan sangat rasional dan mencari tahu apa yang bisa kami tawarkan sebagai balasannya,” papar De Boer.

Dua hasil imbang di dua pertandingan terakhir menempatkan Belanda di posisi ketiga klasemen sementara Grup A1 dengan lima poin. De Boer menegaskan De Oranje akan terus menunjukkan fleksibilitas dan berjuang keras untuk meraih hasil terbaik di fase Grup A1. De Boer berambisi mempersembahkan kemenangan perdananya bagi Belanda saat melawan Bosnia & Herzegovina, 16 November mendatang. (Baca juga: Jaga Kesehatan Mata, Batasi Anak Main Gadget)

“Pada akhirnya kami tidak bisa senang dengan hasilnya karena kami ingin memenangi grup ini, tapi penampilan melawan Italia memberi kami kepercayaan diri yang tinggi. Jika kami bisa bermain seperti ini, apa pun sistemnya, maka kami akan menyulitkan lawan mana pun,” ujar De Boer

Jika Italia tersendat, tim unggulan lainnya, Inggris, justru kalah 0-1 dari Denmark--eksekusi penalti Christian Eriksen (35). Itu merupakan kekalahan pertama The Three Lions di fase Grup A2. Di tiga pertandingan sebelumnya, Harry Kane dkk meraih dua kemenangan dan satu imbang. Konsekuensinya Inggris turun ke peringkat ketiga.

Persaingan semakin sulit, mereka sama-sama mengoleksi tujuh poin dengan Denmark dan tertinggal dua poin dari Belgia yang memuncaki klasemen sementara Grup A2. Sorotan diberikan pada kartu merah Harry Maguire (31).

Keluarnya Maguire membuat keseimbangan Inggris terganggu hingga Kyle Walker melanggar gelandang Denmark, Thomas Delaney, yang berujung penalti. Itu semakin memperpanjang kinerja buruk Maguire. Sejak peristiwa perkelahian yang membuatnya sempat dipenjara di Yunani saat liburan kompetisi beberapa waktu lalu, performa Maguire memang terus merosot. (Baca juga: Ombdusman Surati Kapolri, Minta Pendekatan Persuasif untuk Unjuk Rasa)

Dia juga dianggap sebagai salah satu faktor penyebab jebloknya Manchester United (MU), terutama saat kalah 1-6 dari Tottenham Hotspur (4/10). Banyak yang menganggap Maguire mengalami masalah psikologis sehingga membutuhkan rehat dari pertandingan. Namun, Pelatih Gareth Southgate mengatakan mantan bek Leicester City tersebut adalah pribadi yang kuat dan selalu ingin tampil di lapangan sehingga tidak perlu dikhawatirkan.

Southgate tidak terlalu memusingkan kekalahan pertama Inggris dalam 12 bulan terakhir. Dia justru memfokus pada kartu merah Maguire dan Reece James (90+4). Itu merupakan pertama kalinya dalam sejarah, dua pemain Inggris mendapatkan kartu merah dalam satu pertandingan.

Southgate meminta para pemainnya untuk belajar menjaga emosional. Dia menilai jika itu terjadi di turnamen penting seperti Piala Eropa tahun depan, maka Inggris bakal kesulitan, dan bahkan bisa tersingkir lebih cepat. Pelatih berusia 50 tahun tersebut menilai kemampuan teknis tidak akan lengkap tanpa memiliki kemampuan menjaga emosional.

Perbaikan bakal dilakukan Southgate, sebelum bersua Belgia pada lanjutan Nations League, 16 November mendatang. “Pertanyaan mengenai disiplin adalah pertanyaan jelas yang akan kami tanyakan karena kami telah menempatkan diri kami pada posisi yang tidak perlu di luar lapangan. Kami harus belajar darinya karena secara historis, jika bermain 10 orang dalam sebuah turnamen, Anda tersingkir,” kata Southgate. (Lihat videonya: Satukan Tekad untuk Memenangkan Perang Melawan Covid-19)

Hasil berbeda diraih unggulan Grup A3, Portugal dan Prancis. Keduanya tetap tancap gas. Portugal yang tanpa Cristiano Ronaldo (CR7) menang 3-0 atas Swedia, Kamis (15/10). Tiga gol A Selecao das Quinas masing-masing disumbangkan Bernardo Silva (21) dan Diogo Jota (44,72). Adapun Prancis mengalahkan Kroasia 2-1 melalui dua gol Antoine Griezmann (8) dan Kylian Mbappe (79). Portugal dan Prancis kini sama-sama mengoleksi 10 poin. (Alimansyah)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2446 seconds (0.1#10.140)