Ivan Lendl: Gelar Grand Slam Penutup Debat 'GOAT' di Tenis
loading...
A
A
A
LONDON - Debat mengenai siapa petenis yang layak menyandang gelar 'GOAT' (greatest of all time/terhebat sepanjang masa) telah memunculkan sejumlah pendapat selama satu dekade tenis. Ini akan tetap menjadi topik hangat saat Roger Federer, Rafael Nadal, dan Novak Djokovic terus mendominasi lapangan tenis, diantara mereka membagi 13 gelar grand slam terakhir.
Federer, yang akan berusia 39 tahun pada Agustus, memimpin perolehan trofi Grand Slam dengan 20 gelar tunggal. Lalu petenis Spanyol Nadal berada di belakangnya dengan 19.
Djokovic, 32 tahun, berada di urutan ketiga di belakang petenis Swiss dengan 17 trofi dan merupakan yang termuda, setahun lebih muda dari Nadal.
Para pakar dan fans telah memperdebatkan berbagai faktor untuk menentukan kehebatan pemain: jumlah minggu di peringkat No. 1, jumlah keseluruhan gelar, jumlah Grand Slam atau rekor head-to-head.
Mantan bintang tenis Ivan Lendl mengunkapkan ada dua era dimana petenis terbaik muncul di era pra-Open, petenis Australia Rod Laver bisa dikatakan yang terbaik. Sedangkan di era 'Open' ada tiga yang masih harus dibuktikan siapa yang terbaik, antara Federer, Nadal, dan Djokovic.
"Antara Novak, Rafa, dan Roger adalah tentang siapa yang mendapatkan trofi utama paling banyak dan siapa yang dianggap yang terbaik sepanjang masa di era 'Open'," kata Lendl kepada televisi Channel Nine Australia dalam sebuah wawancara yang diposting pada Jumat (8/5/2020).
“Yang bisa Anda katakan saat ini adalah bahwa Roger memimpin, tapi persaingan belum selesai. Ketika mereka pensiun, balapan akan selesai dan Anda akan dapat menilai,” ujarnya. “Perlombaan masih jauh dari selesai."
"Anda bisa menunjuk Roger saat ini, tapi saya belum akan menutup buku tentang itu," tambah Lendl. "Sebab Djokovic dan Nadal lebih muda dan akan lebih lama untuk bermain. Itu akan menjadi kompetisi yang luar biasa."
Djokovic sering ditanya soal banyaknya dukungan luar biasa untuk Federer dan Nadal dari penonton ketika dia bertemu dengan mereka di lapangan tenis. Namun, petenis asal Serbia itu mengatakan tidak merasa dimusuhi oleh kurangnya dukungan orang banyak.
Lendl mengatakan dukungan publik seharusnya tidak menjadi faktor penentu. "Siapa yang paling populer adalah satu hal tetapi siapa yang terbesar tidak dinilai oleh popularitas," kata Lendl yang kelahiran Republik Ceko, yang sebelumnya pernah melatih Andy Murray dan Alexander Zverev.
Federer, yang akan berusia 39 tahun pada Agustus, memimpin perolehan trofi Grand Slam dengan 20 gelar tunggal. Lalu petenis Spanyol Nadal berada di belakangnya dengan 19.
Djokovic, 32 tahun, berada di urutan ketiga di belakang petenis Swiss dengan 17 trofi dan merupakan yang termuda, setahun lebih muda dari Nadal.
Para pakar dan fans telah memperdebatkan berbagai faktor untuk menentukan kehebatan pemain: jumlah minggu di peringkat No. 1, jumlah keseluruhan gelar, jumlah Grand Slam atau rekor head-to-head.
Mantan bintang tenis Ivan Lendl mengunkapkan ada dua era dimana petenis terbaik muncul di era pra-Open, petenis Australia Rod Laver bisa dikatakan yang terbaik. Sedangkan di era 'Open' ada tiga yang masih harus dibuktikan siapa yang terbaik, antara Federer, Nadal, dan Djokovic.
"Antara Novak, Rafa, dan Roger adalah tentang siapa yang mendapatkan trofi utama paling banyak dan siapa yang dianggap yang terbaik sepanjang masa di era 'Open'," kata Lendl kepada televisi Channel Nine Australia dalam sebuah wawancara yang diposting pada Jumat (8/5/2020).
“Yang bisa Anda katakan saat ini adalah bahwa Roger memimpin, tapi persaingan belum selesai. Ketika mereka pensiun, balapan akan selesai dan Anda akan dapat menilai,” ujarnya. “Perlombaan masih jauh dari selesai."
"Anda bisa menunjuk Roger saat ini, tapi saya belum akan menutup buku tentang itu," tambah Lendl. "Sebab Djokovic dan Nadal lebih muda dan akan lebih lama untuk bermain. Itu akan menjadi kompetisi yang luar biasa."
Djokovic sering ditanya soal banyaknya dukungan luar biasa untuk Federer dan Nadal dari penonton ketika dia bertemu dengan mereka di lapangan tenis. Namun, petenis asal Serbia itu mengatakan tidak merasa dimusuhi oleh kurangnya dukungan orang banyak.
Lendl mengatakan dukungan publik seharusnya tidak menjadi faktor penentu. "Siapa yang paling populer adalah satu hal tetapi siapa yang terbesar tidak dinilai oleh popularitas," kata Lendl yang kelahiran Republik Ceko, yang sebelumnya pernah melatih Andy Murray dan Alexander Zverev.
(sha)