Dampak Pandemi, Tahun 2022 Stadion Tenis Baru Bisa Penuh
loading...
A
A
A
LONDON - Venue kosong masih akan menjadi pemandangan umum pada turnamen tenis musim 2021. Pandemi virus corona yang tidak kunjung terkendali menjadi ganjalan utama menghadirkan penonton. Situasi diprediksi baru akan normal pada musim 2022.
Ketua WTA Steve Simon menyatakan pandemi Covid-19 menjadi penyebab penyelenggara tenis pesimistis bisa menghadirkan penonton. Situasi ini cukup mengecewakan karena berdampak pada kondisi finansial. Sebab, setiap turnamen pasti berharap mendapatkan sponsor agar bisa menggelar pertandingan. (Baca: Thiem Ingin Ikuti Jejak Pelatihnya Raih Emas Olimpiade)
“Para petenis sangat ingin kami melanjutkan dan mempertahankan turnamen kami. Kami perlu menjaga keselamatan dan memastikan finansial tidak terganggu bahkan ketika pengemar di tribun atau dalam jumlah terbatas. Saya tidak berpikir kami dapat melihat stadion penuh sebelum akhir tahun, atau mungkin sebelum 2022,” kata Simon dilansir tennisworld.
Selain kabar yang kurang menyenangkan untuk fans, ada juga aspek ekonomi yang akan dibawa WTA dan pasti berdampak dengan ATP. Sebab, kondisi ini bisa membuat pihak penyelenggara bakal berpikir ulang untuk menggelar turnamen.
Pasalnya, pandemi Covid-19 pasti memberikan masalah ekonomi untuk pihak turnamen yang sangat berharap mendapatkan pemasukan dari sponsor, hak siar tv, dan juga tiket dari penonton. Kondisi ini juga pasti berdampak dengan para petenis karena pasti pihak turnamen akan memotong jumlah uang hadiah dari yang seharusnya.
Sebelumnya, situasi ini pernah terjadi pada Oktober lalu. Setelah Prancis Terbuka, turnamen ATP 250 di Santa Margherita di Pula, Sardinia, melakukan pengurangan hadiah menjadi USD13.000 dan runner-up USD11.000. Jumlah itu jauh lebih rendah dari pemenang di turnamen Challenger Parma dimana juara mendapatkan USD18.000. (Baca juga: Penanganan Terkini Kanker Usus Besar)
“Saya pikir penting untuk memuji turnamen dan kepada para pemain atas apa yang telah mereka lakukan tahun ini. Jumlah hadiah tidak akan kembali normal, itu tidak diragukan lagi. Seperti orang lain, atlet kami mengalami musim yang sulit dari sudut pandang ekonomi, dan hal yang sama berlaku untuk turnamen,” ucapnya.
Simons mengatakan pihak turnamen memang sudah berjuang keras bisa menahan agar tidak mengalami kerugian, bukan untuk mendapatkan keuntungan. Dia merasa kebijakan yang diadopsinya pada tahun ini dengan hadiah uang membantu turnamen dan pemain. Dan itu adalah salah satu momen di mana mereka berhasil melakukannya dengan sangat baik.
“Hal yang sama berlaku untuk turnamen, karena seperti yang disebutkan, mereka tidak menemukan diri mereka bekerja dalam kondisi ideal. Tentu saja kumpulan hadiah akan dikurangi, tetapi kami bekerja dengan para pemain dan bertanya kepada mereka: apa yang Anda ingin kami lakukan dengan pembagian uang? Keputusan itu diberikan dan kami yakin bisa berbuat adil,” ucap Simons. (Baca juga: Joan Mir Tak Kesampingkan Peran Alex Rins)
Selain itu, Simons juga mengatakan ingin menggelar turnamen perdana WTA 2021 bisa dimulai di awal Januari. Dia ingin itu bisa dilakukan sebelum para petenis menuju Australia Terbuka yang rencananya di mulai pada 8 Februari dan menjalani masa karantina 14 hari setibanya di Melbourne. Itu berarti para petenis sudah harus masuk ke Australia antara 15 Januari sampai 17 Januari, batas yang diputuskan oleh pemerintah Australia.
“Kami sedang memeriksa sekarang dan berharap untuk menyelesaikan dalam minggu depan kemungkinan mengadakan beberapa acara yang dimulai pada tanggal 4 Januari,” ujar Simons. (Raikhul Amar)
Ketua WTA Steve Simon menyatakan pandemi Covid-19 menjadi penyebab penyelenggara tenis pesimistis bisa menghadirkan penonton. Situasi ini cukup mengecewakan karena berdampak pada kondisi finansial. Sebab, setiap turnamen pasti berharap mendapatkan sponsor agar bisa menggelar pertandingan. (Baca: Thiem Ingin Ikuti Jejak Pelatihnya Raih Emas Olimpiade)
“Para petenis sangat ingin kami melanjutkan dan mempertahankan turnamen kami. Kami perlu menjaga keselamatan dan memastikan finansial tidak terganggu bahkan ketika pengemar di tribun atau dalam jumlah terbatas. Saya tidak berpikir kami dapat melihat stadion penuh sebelum akhir tahun, atau mungkin sebelum 2022,” kata Simon dilansir tennisworld.
Selain kabar yang kurang menyenangkan untuk fans, ada juga aspek ekonomi yang akan dibawa WTA dan pasti berdampak dengan ATP. Sebab, kondisi ini bisa membuat pihak penyelenggara bakal berpikir ulang untuk menggelar turnamen.
Pasalnya, pandemi Covid-19 pasti memberikan masalah ekonomi untuk pihak turnamen yang sangat berharap mendapatkan pemasukan dari sponsor, hak siar tv, dan juga tiket dari penonton. Kondisi ini juga pasti berdampak dengan para petenis karena pasti pihak turnamen akan memotong jumlah uang hadiah dari yang seharusnya.
Sebelumnya, situasi ini pernah terjadi pada Oktober lalu. Setelah Prancis Terbuka, turnamen ATP 250 di Santa Margherita di Pula, Sardinia, melakukan pengurangan hadiah menjadi USD13.000 dan runner-up USD11.000. Jumlah itu jauh lebih rendah dari pemenang di turnamen Challenger Parma dimana juara mendapatkan USD18.000. (Baca juga: Penanganan Terkini Kanker Usus Besar)
“Saya pikir penting untuk memuji turnamen dan kepada para pemain atas apa yang telah mereka lakukan tahun ini. Jumlah hadiah tidak akan kembali normal, itu tidak diragukan lagi. Seperti orang lain, atlet kami mengalami musim yang sulit dari sudut pandang ekonomi, dan hal yang sama berlaku untuk turnamen,” ucapnya.
Simons mengatakan pihak turnamen memang sudah berjuang keras bisa menahan agar tidak mengalami kerugian, bukan untuk mendapatkan keuntungan. Dia merasa kebijakan yang diadopsinya pada tahun ini dengan hadiah uang membantu turnamen dan pemain. Dan itu adalah salah satu momen di mana mereka berhasil melakukannya dengan sangat baik.
“Hal yang sama berlaku untuk turnamen, karena seperti yang disebutkan, mereka tidak menemukan diri mereka bekerja dalam kondisi ideal. Tentu saja kumpulan hadiah akan dikurangi, tetapi kami bekerja dengan para pemain dan bertanya kepada mereka: apa yang Anda ingin kami lakukan dengan pembagian uang? Keputusan itu diberikan dan kami yakin bisa berbuat adil,” ucap Simons. (Baca juga: Joan Mir Tak Kesampingkan Peran Alex Rins)
Selain itu, Simons juga mengatakan ingin menggelar turnamen perdana WTA 2021 bisa dimulai di awal Januari. Dia ingin itu bisa dilakukan sebelum para petenis menuju Australia Terbuka yang rencananya di mulai pada 8 Februari dan menjalani masa karantina 14 hari setibanya di Melbourne. Itu berarti para petenis sudah harus masuk ke Australia antara 15 Januari sampai 17 Januari, batas yang diputuskan oleh pemerintah Australia.
“Kami sedang memeriksa sekarang dan berharap untuk menyelesaikan dalam minggu depan kemungkinan mengadakan beberapa acara yang dimulai pada tanggal 4 Januari,” ujar Simons. (Raikhul Amar)
(ysw)