Atlet Biliar Tetap Dukung PPKM Darurat Meski Gagal Ikut Turnamen

Kamis, 15 Juli 2021 - 17:27 WIB
loading...
Atlet Biliar Tetap Dukung PPKM Darurat Meski Gagal Ikut Turnamen
Atlet Biliar Tetap Dukung PPKM Darurat Meski Gagal Ikut Turnamen. Foto: MNC Media
A A A
JAKARTA - Pemerintah telah memberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) Darurat se-Jawa – Bali sejak 3 Juli silam dan kini diperluas ke sejumlah kota di luar Jawa – Bali, mengatur dengan ketat mobilitas dan kegiatan warga, khususnya perjalanan jarak jauh dan berbagai kegiatan yang berpotensi menimbulkan kerumunan di tempat-tempat umum.

“PPKM Darurat ini akan meliputi pembatasan aktivitas-aktivitas masyarakat yang lebih ketat daripada yang selama ini sudah berlaku,” kata Presiden Jokowi di Istana Merdeka, Jakarta beberpa waktu lalu.



Ada 14 ketentuan di dalam Surat Edaran (SE) Gugus Tugas Covid-19 Nomor 14 Tahun 2021 mengenai PPKM Darurat itu, yang salah satu di antaranya melarang dan menutup lokasi kegiatan seni/budaya, olahraga dan sosial kemasyarakatan di lokasi seni, budaya, sarana olahraga, dan kegiatan sosial yang dapat menimbulkan keramaian dan kerumunan.

Sebagai tindak lanjut dari PPKM Darurat ini, sejumlah kegiatan olahraga khususnya di cabang biliar termasuk turnamen yang sebelumnya masih bisa dilaksanakan, kali ini benar-benar dibatalkan. POBSI Jawa Tengah misalnya menunda beberapa turnamen yang sedianya digelar pada awal Juli hingga akhir Juli ini.

Penundaan berbagai kegiatan, terutama turnamen tentu mengurangi kesempatan para atlet untuk mendapatkan ajang menguji kemampuan dan berlatih tanding, dan yang tidak kalah penting memengaruhi kesempatan para atlet mendapatkan penghasilan tambahan yang dikumpulkan dari hadiah uang di sejumlah turnamen tersebut.

Atlet biliar nasional berusia 37 tahun, Tisa Anggun mengatakan, situasi sekarang ini sangat memprihatinkan, namun dapat memaklumi karena tujuan diterapkannya PPKM untuk mengurangi kasus positif Covid-19 , walaupun akibatnya banyak kegiatan menjadi terhambat. Bahkan berlatih pun tidak lagi sebebas dahulu.



“Berusaha untuk tetap bersabar sampai situasi kondusif. Jaga diri dengan baik, makan teratur, tetap tersenyum saat keadaan menjadi berat, cari bantuan ketika kalian nggak bisa handle sendiri. Berlatih di tempat yang aman. Pprioritaskan keselamatan & kesehatan diri kita dan orang lain” kata Tisa Anggun.

Naya Ticoalu atlet 31 tahun yang sudah bertahun-tahun malang melintang di berbagai kejuaraan nasional dan internasional juga mengatakan hanya bisa berlatih secara mandiri dan secara virtual.

“Sebagai atlet untuk saat ini saya menjaga kesehatan dengan konsumsi vitamin dan makanan yang sehat. Menjaga kondisi fisik dengan berolahraga di rumah dan berlatih di lokasi pribadi.. Tips saya untuk atlet yang terdampak PPKM darurat ini bisa berlatih dengan mengikuti pelatihan secara virtual. Saran saya untuk saat ini yang terpenting adalah kesehatan. Untuk saat ini saran saya adalah melakukan kegiatan latihan fisik di rumah masing-masing, menjaga kesehatan dan mengikuti protokol kesehatan.”

“Dampak yang paling terasa sebagai atlet adalah tidak bisa mengikuti event karena semua dibatalkan. Selama pandemi, latihan tetap teratur dan minum vitamin untuk menambah imun. Menghrapkan uang pembinaan untuk atlet tetap dipastikan tepat waktu karena membantu atlet di masa pandemi ini.” Demikian ungkap Emilia Putri Rahmanda atau Amel, atlet berusia 21 tahun dari Jawa Timur.

Ketua Bidang Pembinaan Prestasi PB POBSI , Achmad Fadil Nasution mengatakan, rutinitas pertandingan cukup berpengaruh terhadap kehidupan atlet.

“Selama ini hadiah yang diperebutkan dapat menggulirkan roda ekonomi di antara atlet. Di belakang mereka juga ada sponsor yang berbagi 50:50 atas hadiah tersebut. Di sisi lain, kompetisi yang panjang dan melibatkan banyak atlet papan atas diyakini dapat meningkatkan prestasi dan roda ekonomi baik di antara atlet maupun rumah biliar dan seluruh stakeholders. Contoh pertandingan di Jateng yang diundur untuk kelompok putri total hadiah 97,5 juta. Double mix 60 juta. Seharusnya nilai uang tersebut dalam 10 hari sudah beredar di kantong atlet.”

Menurut Achmad Fadil Nasution, memang turnamen itu belum dapat menjadi sumber pemghasilan utama bagi kehidupan para atlet biliar. Namun bagaimanapun tidak adanya turnamen berarti tidak adanya peluang untuk mendapatkan penghasilan tambahan. Meskipun beberapa atlet adalah atlet provinsi yang menerima honor bulanan dan beberapa ada kontrak dengan provinsi masing-masing.
(sto)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2056 seconds (0.1#10.140)