Pahlawan Olahraga Indonesia, Rochi Putiray Si Nyentrik Haus Gol
loading...
A
A
A
MALUKU - Dunia sepak bola Indonesia memiliki banyak nama yang melegenda diingatan para pecinta sepak bola Tanah Air. Salah satunya adalah penyerang yang berasal dari Timur Indonesia, Rochi Putiray yang pernah memenangi medali emas SEA Games 1991.
Lahir di Maluku, 26 Juni 1970, Rochi Putiray Ramdhani adalah bintang sepak bola Indonesia pada era 90-an. Pria yang kini berusia 51 tahun itu mengawali karirnya di klub Arseto Solo. Dia bermain di sana sejak 1987 hingga dia dipinjamkan ke klub asal Ceko, Dukla Praha, pada 1990. Di negara pecahan Uni Soviet itu, dia hanya tampil sebanyak delapan kali dan mencetak satu gol.
Baca Juga: Si Nyentrik Ingin Benahi Karakter Pesepak Bola Indonesia
Rochi kembali ke Surakarta bersama Arseto dan berkarir sampai 1999. Dia tampil apik sebagai seorang striker tajam dengan membukukan 177 gol dari 219 penampilan.
Setelah itu, dia menyebrang ke klub raksasa ibu kota, Persija Jakarta. Semusim bersama Macan Kemayoran –julukan Persija-, Rochi tampil luar biasa. Dia menjebol gawang lawan sebanyak 15 kali dari 20 penampilan di musim 1999-2000.
Mampir semusim di ibu kota, Rochi melanjutkan petualangannya ke Hong Kong. Dia bergabung dengan Instant-Dict FC pada musim 2000-2001 dan mencetak 12 gol dari 22 penampilan. Dia juga sukses mengantarkan klub tersebut finis di posisi runner up liga utama Hongkong, sekaligus merengkuh FA Cup Hong Kong di musim yang sama.
Di usia 33 tahun Rochi masih ingin berkarir di luar negeri. Dia direkrut oleh tim asal Hong Kong lainnya, Kitchee SC, pada musim 2003-2004 dan menorehkan 16 gol dari 26 penampilan di liga. Selain dua klub Hong Kong di atas, dia juga pernah membela Happy Valley dan South China AA.
Momen paling diingat ketika Rochi membela Kitchee adalah saat striker veteran itu mencetak gol ke gawang AC Milan dalam sebuah laga persahabatan pada Mei 2004. Pada laga itu Milan dibuat menyerah 2-1 oleh Kitchee lewat dua gol yang dicetak sang striker andalan, Rochi Putiray.
Milan yang saat itu ditukangi Carlos Ancelotti mampu mencetak gol terlebih dahulu di awal babak kedua lewat Andriy Shevcenko memanfaatkan umpan silang Serginho. Namun, Kitchee membalas dengan dua gol Rochi di menit 67 dan 80.
Meski tidak diperkuat oleh banyak pemain bintangnya, Ancelotti sedikit kesal karena kekalahan itu. Tapi menurutnya, yang terpenting adalah permainan itu bisa menghibur banyak penonton.
Sedangkan Rochi yang menjadi aktor kemenangan Kitchee, mengaku senang bisa mendapat kesempatan untuk melawan tim raksasa dari Italia itu. Dia merasa seperti sedang bermimpi karena bisa mencetak dua gol melawan tim sekelas Milan.
Selain diingat karena kepiawaiannya mencetak gol, Rochimudah sekali diingat karena penampilannya yang unik. Dia sering merubah rambutnya menjadi berbagai warna. Tak hanya itu, dia juga sering memakai sepatu berwarna-warni atau bahkan berbeda merek antara sepatu kanan dan sepatu kiri.
Di level timnas, Rochi pernah membawa pulang medali emas untuk Timnas Indonesia pada SEA Games 1991 di Filipina, tentunya lewat cabang sepak bola. Selama membela Timnas Garuda sejak 1991 hingga 2004, Rochy membela timnas sebanyak 41 kali dan mencetak 17 gol.
Selain Arseto dan Persija, Rochi juga pernah membela PSM Makassar, Persijatim Solo FC, PSPS Pekanbaru dan PSS Sleman di penghujung karirnya. Dia pensiun pada musim 2006-2007 di usia 37 tahun.
Pada Desember 2018, namanya sempat kembali ke permukaan. Hal itu disebabkan oleh perkataan Rochi di salah satu acara diskusi sepakbola soal pengaturan skor pertandingan di Liga Indonesia yang sudah terjadi sejak zamannya.
Bahkan dia terang-terangan menyebut kalau Liga 1 2018 telah diatur juaranya, yakni Persija Jakarta. Ucapannya itu benar, Persija keluar sebagai juara Liga 1 pada musim itu.
Kabar terakhir yang didapat pada 2020, Rochi sedang sibuk melatih tim sepakbola wanita, Jakarta 69. Selain itu, dia juga sempat melatih Timnas Pelajar U-16 tahun lalu.
Lahir di Maluku, 26 Juni 1970, Rochi Putiray Ramdhani adalah bintang sepak bola Indonesia pada era 90-an. Pria yang kini berusia 51 tahun itu mengawali karirnya di klub Arseto Solo. Dia bermain di sana sejak 1987 hingga dia dipinjamkan ke klub asal Ceko, Dukla Praha, pada 1990. Di negara pecahan Uni Soviet itu, dia hanya tampil sebanyak delapan kali dan mencetak satu gol.
Baca Juga: Si Nyentrik Ingin Benahi Karakter Pesepak Bola Indonesia
Rochi kembali ke Surakarta bersama Arseto dan berkarir sampai 1999. Dia tampil apik sebagai seorang striker tajam dengan membukukan 177 gol dari 219 penampilan.
Setelah itu, dia menyebrang ke klub raksasa ibu kota, Persija Jakarta. Semusim bersama Macan Kemayoran –julukan Persija-, Rochi tampil luar biasa. Dia menjebol gawang lawan sebanyak 15 kali dari 20 penampilan di musim 1999-2000.
Mampir semusim di ibu kota, Rochi melanjutkan petualangannya ke Hong Kong. Dia bergabung dengan Instant-Dict FC pada musim 2000-2001 dan mencetak 12 gol dari 22 penampilan. Dia juga sukses mengantarkan klub tersebut finis di posisi runner up liga utama Hongkong, sekaligus merengkuh FA Cup Hong Kong di musim yang sama.
Di usia 33 tahun Rochi masih ingin berkarir di luar negeri. Dia direkrut oleh tim asal Hong Kong lainnya, Kitchee SC, pada musim 2003-2004 dan menorehkan 16 gol dari 26 penampilan di liga. Selain dua klub Hong Kong di atas, dia juga pernah membela Happy Valley dan South China AA.
Momen paling diingat ketika Rochi membela Kitchee adalah saat striker veteran itu mencetak gol ke gawang AC Milan dalam sebuah laga persahabatan pada Mei 2004. Pada laga itu Milan dibuat menyerah 2-1 oleh Kitchee lewat dua gol yang dicetak sang striker andalan, Rochi Putiray.
Milan yang saat itu ditukangi Carlos Ancelotti mampu mencetak gol terlebih dahulu di awal babak kedua lewat Andriy Shevcenko memanfaatkan umpan silang Serginho. Namun, Kitchee membalas dengan dua gol Rochi di menit 67 dan 80.
Meski tidak diperkuat oleh banyak pemain bintangnya, Ancelotti sedikit kesal karena kekalahan itu. Tapi menurutnya, yang terpenting adalah permainan itu bisa menghibur banyak penonton.
Sedangkan Rochi yang menjadi aktor kemenangan Kitchee, mengaku senang bisa mendapat kesempatan untuk melawan tim raksasa dari Italia itu. Dia merasa seperti sedang bermimpi karena bisa mencetak dua gol melawan tim sekelas Milan.
Selain diingat karena kepiawaiannya mencetak gol, Rochimudah sekali diingat karena penampilannya yang unik. Dia sering merubah rambutnya menjadi berbagai warna. Tak hanya itu, dia juga sering memakai sepatu berwarna-warni atau bahkan berbeda merek antara sepatu kanan dan sepatu kiri.
Di level timnas, Rochi pernah membawa pulang medali emas untuk Timnas Indonesia pada SEA Games 1991 di Filipina, tentunya lewat cabang sepak bola. Selama membela Timnas Garuda sejak 1991 hingga 2004, Rochy membela timnas sebanyak 41 kali dan mencetak 17 gol.
Selain Arseto dan Persija, Rochi juga pernah membela PSM Makassar, Persijatim Solo FC, PSPS Pekanbaru dan PSS Sleman di penghujung karirnya. Dia pensiun pada musim 2006-2007 di usia 37 tahun.
Pada Desember 2018, namanya sempat kembali ke permukaan. Hal itu disebabkan oleh perkataan Rochi di salah satu acara diskusi sepakbola soal pengaturan skor pertandingan di Liga Indonesia yang sudah terjadi sejak zamannya.
Bahkan dia terang-terangan menyebut kalau Liga 1 2018 telah diatur juaranya, yakni Persija Jakarta. Ucapannya itu benar, Persija keluar sebagai juara Liga 1 pada musim itu.
Kabar terakhir yang didapat pada 2020, Rochi sedang sibuk melatih tim sepakbola wanita, Jakarta 69. Selain itu, dia juga sempat melatih Timnas Pelajar U-16 tahun lalu.
(sto)