Tak Semua Pemain Liga Primer Setuju Gajinya Dipangkas

Rabu, 22 April 2020 - 09:06 WIB
loading...
Tak Semua Pemain Liga Primer Setuju Gajinya Dipangkas
Pemain Liga Primer belum satu suara terkait pemotongan gaji. Foto/Istimewa
A A A
LONDON - Pemain Liga Primer belum satu suara terkait pemotongan gaji. Bahkan, saat sebagian besar pemain di sebuah klub dikabarkan bersedia dilakukan pemotongan gaji, tak semua menerima langkah tersebut.

Penolakan muncul karena beberapa pemain merasa klub sebenarnya masih dalam status aman dari sisi finansial. Pemotongan gaji belum perlu dilakukan jika melihat situasi pandemi corona belum dalam tahap yang membuat klub mengalami krisis keuangan sehingga harus buru-buru memangkas gaji pemain.

Seperti tersiar dari kandang Arsenal. Sempat mengumumkan adanya 'perjanjian sukarela dengan para pemain tim utama, pelatih kepala, dan staf pelatih inti' dengan pihak klub terkait pemotongan gaji 12 bulan mendatang, ternyata tak semua pemain mengucapkan kata sepakat.

Setidaknya ada tiga pemain The Gunners, salah satunya Mesut Oezil, dikabarkan menolak dilakukan pemotongan gajinya sebesar 12,5%. Gelandang asal Jerman itu menjadi pemain dengan penghasilan tertinggi di klub. Oezil mendapatkan bayaran 350.000 poundsterling per pekan sejak didatangkan dari Real Madrid.

Memang belum ada konfirmasi pasti dari kubu Arsenal dan Oezil terkait penolakan ini. Hanya, sumber Daily Mail menyebutkan, secara prinsip, Oezil sebenarnya tak keberatan dilakukan pemotongan gaji. Masalahnya, dia masih ingin melihat sejauh mana dampak keuangan dari coronavirus sebelum membuat keputusan penuh informasi.

“Penangguhan adalah suatu pilihan, tapi tidak untuk menyetujui pemotongan hari ini ketika klub-klub masih mungkin mendapatkan keuntungan yang sama seperti tahun lalu,” kata wakil Oezil, Erkut Sogut, beberapa waktu lalu.

Asosiasi Pemain Profesional sebenarnya masih pada sikap menolak dilakukan pemotongan gaji. Tapi, bicara kasus di Arsenal, kesepakatan muncul setelah Pelatih Mikel Arteta turut dalam pembicaraan dengan para pemain sehingga berubah pikiran.

Sebenarnya, pemotongan gaji di Arsenal tidak berlaku kaku. Mereka memiliki tiga opsi sebagai jalan tengah untuk kedua kubu. Pertama, pemain akan mendapatkan kembali haknya alias tidak ada pemotongan gaji jika mereka berhasil lolos ke Liga Champions musim ini.

Kedua, para pemain akan mendapat pengembalian 7,5% atau sekitar 60% pemotongan jika The Gunners berhasil mendapatkan tiket ke Liga Europa. Tapi, jika gagal menembus Eropa, mereka harus rela mendapatkan pemotongan 12,5%. “Kami senang mengumumkan bahwa kami telah mencapai kesepakatan sukarela dengan para pemain tim utama kami, pelatih kepala, dan staf pelatih inti untuk membantu mendukung klub pada saat yang kritis ini,” demikian pernyataan resmi klub, dikutip Daily Mail.

Situasi Arsenal ini sedikit berbeda dengan Sheffield United. Manajer Sheffield Chris Wilder dan Kepala Eksekutif Stephen Bettis telah menyetujui penangguhan pembayaran sebagian dan bonus "untuk membantu masalah arus kas klub" selama pandemi corona.

Sheffield mengatakan, uang yang disimpan akan digunakan untuk mempertahankan dan membayar staf lain secara penuh. Wilder dan Bettis, ditambah pelatih senior, telah menerima penangguhan enam bulan. Sebelumnya Watford akan menunda pembayaran pemain, sedangkan Southampton dan West Ham dikabarkan akan melakukan hal yang sama awal bulan ini.

"Ini adalah waktu yang sulit bagi semua orang. Itu termasuk klub sepak bola dan ukuran khusus ini adalah tentang klub sepak bola kita. Saya memiliki pengalaman sama tentang masalah arus kas di klub lain dan saya senang bahwa staf mendukung dalam membantu klub dengan cara kecil,” kata Wilder, dikutip BBC. (Maruf)
(ysw)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1786 seconds (0.1#10.140)