Kisah Inspiratif Manusia Basket dari Kediri
loading...
A
A
A
JAKARTA - Kerja keras tidak akan mengkhianati hasil. Kata-kata itulah yang selalu dijadikan sebagai motivasi oleh Andy Djunaidi. Pria yang dikenal sebagai Manusia Basket dari Kediri tersebut punya cerita yang dapat dijadikan sebagai sebuah kisah inspiratif bagi kaum milenial.
Terlahir di keluarga yang tidak memiliki latar belakang olahraga basket, tapi kecintaan Andy Djunaidi terhadap olahraga ini jangan diragukan lagi. Mulai dari membangun lapangan basket sampai dengan membuat sekolah basket.
Kisah inspiratif inilah yang diungkapkan Andy dalam ngobrol-ngobrol santai di YouTube Channel BasketINAja bersama Tomy & Reza bersama Andy Djunaidi, Choirul Imam Nurhadi serta Wendha Wijaya, Rabu (3/6/2020). Dalam perbincangan santai tersebut, Djiang sapaan akrabnya Andy Djunaini menjelaskan proses pengenalan olahraga basket sampai memiliki GOR pribadi.
Djiang mengaku sebenarnya dia dilahirkan bukan dari keluarga basket. Tapi kenapa dia sangat mencintai olahraga basket dan ini tak lepas dari peran ibunya. Dia bercerita sewaktu masih kecil dirinya pernah diajak ibunya untuk menyaksikan pertandingan basket.
Maklum, saat itu, ibunya pernah menjadi panitia dalam kejuaraan basket yang digelar oleh Halim. Dari situlah, dia mulai tertarik untuk bermain basket. Saking cintanya, dia bahkan memiliki lapangan basket sendiri yang didirikannya pada 11 Oktober 2014 dan diberi nama Indo Court.
"Awalnya untuk latihan pribadi sendiri dengan kelompok-kelompok kecil. Pada akhirnya saya membuka untuk umum karena saat itu fasilitas olahraga basket di Kediri sangat minim akhirnya ia memilih untuk membukanya. Itu awalnya," ungkap Djiang.
"Saya juga tergerak dari penggemar dan hampir sebagian besar datang dari anak-anak kabupaten yang ikut kompetisi untuk membawa nama Kediri di tingkat provinsi. Dan, 90% anak kabupaten. Karena semenjak tahun 2010 lebih, Halim sudah tidak aktif di kompetisi basket Tanah Air. Meskipun masih aktif dalam proses pembinaan, namun itu berbeda ketika Halim mengikuti sebuah kejuaraan. Sehingga pembibitan atlet di Kota Kediri mengalami penurunan drastis. Akibatnya, kami mengambil atlet dari kabupaten yang notabene anak yang hidupnya menengah ke bawah. Disitulah saya memiliki impian siapa tahu mereka mendapatkan sekolah dan universitas gratis."
Djiang sadar dari awal bahwa lapangan basket yang dibangunnya tersebut tidak bisa diharapkan sebagai lahan bisnis. Tapi Djiang mengaku tidak menyesal dengan apa yang diperbuatnya saat ini.
"Kalau kecewa iya. Tapi menyesal tidak, karena prinsip saya itu hidup harus menjadi berkah. Tujuan kita awalnya membantu anak-anak yang kurang mampu dan itu yang memotivasi saya," tutur Djiang.
Disinggung mengenai berapa biaya yang dihabiskan membangun Indo Court, Andy hanya tertawa saja. Namun di balik tawanya tersebut ada pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat.
"Sebenarnya jangan dilihat seberapa besar uang yang dikeluarkan. Tapi seberapa besar faidahnya pembangunan GOR tersebut.
Sementara itu, Choirul Imam Nurhadi menyampaikan satu mimpi yang hingga saat ini belum kesampaian. Impian tersebut yakni mendorong anak didiknya bermain di liga profesional.
"Ini masih otw, mereka sekarang masih bergelut di Liga Mahasiswa dan melihat pemain ku sukses. Enggak apa-apa kalau kita belum sukses tapi kalau melihat anak didik sukses kan ada kepuasan sendiri," jelas pria yang akrab disapa Jikun tersebut.
Di tengah-tengah perbincangan tamu misterius Wendha Wijaya hadir dan ikut membahas mengenai bagaimana cerita pertentangan dari keluarga tentang olahraga basket yang digelutinya.
Wendha menuturkan bahwa keluarga tetap mendukung, setidaknya hingga usia 40 tahun. "Kalau bisa melewati usia om Lolik (I Made Sudiadnyana) jadi bisa legenda," katanya.
Wendha sendiri merupakan atlet basket profesional yang berasal dari Kediri. Kendiri sendiri merupakan salah satu barometer basket di Indonesia dan berapa banyak pemain yang berhasil memberikan kontribusi besar buat olahraga ini.
Terlahir di keluarga yang tidak memiliki latar belakang olahraga basket, tapi kecintaan Andy Djunaidi terhadap olahraga ini jangan diragukan lagi. Mulai dari membangun lapangan basket sampai dengan membuat sekolah basket.
Kisah inspiratif inilah yang diungkapkan Andy dalam ngobrol-ngobrol santai di YouTube Channel BasketINAja bersama Tomy & Reza bersama Andy Djunaidi, Choirul Imam Nurhadi serta Wendha Wijaya, Rabu (3/6/2020). Dalam perbincangan santai tersebut, Djiang sapaan akrabnya Andy Djunaini menjelaskan proses pengenalan olahraga basket sampai memiliki GOR pribadi.
Djiang mengaku sebenarnya dia dilahirkan bukan dari keluarga basket. Tapi kenapa dia sangat mencintai olahraga basket dan ini tak lepas dari peran ibunya. Dia bercerita sewaktu masih kecil dirinya pernah diajak ibunya untuk menyaksikan pertandingan basket.
Maklum, saat itu, ibunya pernah menjadi panitia dalam kejuaraan basket yang digelar oleh Halim. Dari situlah, dia mulai tertarik untuk bermain basket. Saking cintanya, dia bahkan memiliki lapangan basket sendiri yang didirikannya pada 11 Oktober 2014 dan diberi nama Indo Court.
"Awalnya untuk latihan pribadi sendiri dengan kelompok-kelompok kecil. Pada akhirnya saya membuka untuk umum karena saat itu fasilitas olahraga basket di Kediri sangat minim akhirnya ia memilih untuk membukanya. Itu awalnya," ungkap Djiang.
"Saya juga tergerak dari penggemar dan hampir sebagian besar datang dari anak-anak kabupaten yang ikut kompetisi untuk membawa nama Kediri di tingkat provinsi. Dan, 90% anak kabupaten. Karena semenjak tahun 2010 lebih, Halim sudah tidak aktif di kompetisi basket Tanah Air. Meskipun masih aktif dalam proses pembinaan, namun itu berbeda ketika Halim mengikuti sebuah kejuaraan. Sehingga pembibitan atlet di Kota Kediri mengalami penurunan drastis. Akibatnya, kami mengambil atlet dari kabupaten yang notabene anak yang hidupnya menengah ke bawah. Disitulah saya memiliki impian siapa tahu mereka mendapatkan sekolah dan universitas gratis."
Djiang sadar dari awal bahwa lapangan basket yang dibangunnya tersebut tidak bisa diharapkan sebagai lahan bisnis. Tapi Djiang mengaku tidak menyesal dengan apa yang diperbuatnya saat ini.
"Kalau kecewa iya. Tapi menyesal tidak, karena prinsip saya itu hidup harus menjadi berkah. Tujuan kita awalnya membantu anak-anak yang kurang mampu dan itu yang memotivasi saya," tutur Djiang.
Disinggung mengenai berapa biaya yang dihabiskan membangun Indo Court, Andy hanya tertawa saja. Namun di balik tawanya tersebut ada pesan yang ingin disampaikan kepada masyarakat.
"Sebenarnya jangan dilihat seberapa besar uang yang dikeluarkan. Tapi seberapa besar faidahnya pembangunan GOR tersebut.
Sementara itu, Choirul Imam Nurhadi menyampaikan satu mimpi yang hingga saat ini belum kesampaian. Impian tersebut yakni mendorong anak didiknya bermain di liga profesional.
"Ini masih otw, mereka sekarang masih bergelut di Liga Mahasiswa dan melihat pemain ku sukses. Enggak apa-apa kalau kita belum sukses tapi kalau melihat anak didik sukses kan ada kepuasan sendiri," jelas pria yang akrab disapa Jikun tersebut.
Di tengah-tengah perbincangan tamu misterius Wendha Wijaya hadir dan ikut membahas mengenai bagaimana cerita pertentangan dari keluarga tentang olahraga basket yang digelutinya.
Wendha menuturkan bahwa keluarga tetap mendukung, setidaknya hingga usia 40 tahun. "Kalau bisa melewati usia om Lolik (I Made Sudiadnyana) jadi bisa legenda," katanya.
Wendha sendiri merupakan atlet basket profesional yang berasal dari Kediri. Kendiri sendiri merupakan salah satu barometer basket di Indonesia dan berapa banyak pemain yang berhasil memberikan kontribusi besar buat olahraga ini.
(bbk)