Akhir Pedih Jaap Stam di MU, Dibuang Sir Alex Ferguson di SPBU
loading...
A
A
A
JAKARTA - Ironi. Kata itu sepertinya tepat untuk menggambarkan karier Jaap Stam di Manchester United . Pernah dipuja sebagai bek setangguh karang, faktanya pria Belanda itu didepak Sir Alex Ferguson.
Sungguh ironis karena pemecatan itu tidak terjadi di Old Trafford, markas MU yang tersohor seantero jagat. Fergie membuang Stam di sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Kelak Fergie menyesali pemecatan itu. Pelatih legendaris Setan Merah ini pun tak malu mengakui blundernya.
“Sesudah tiga kali meraih gelar juara Liga Primer, kami membuat kesalahan dengan melepas Jaap Stam. Saya pikir 16,5 juta poundsterling itu harga yang bagus dan tadinya saya percaya permainannya menurun sejak tumitnya dioperasi. Tapi saya salah,” kata Fergie dalam buku ‘Alex Ferguson: My Autobiography’, dikutip Minggu (14/11/2021).
Dia menegaskan, keputusannya menjual Stam tidak terkait dengan buku autobiografi bek plontos yang kontroversial tersebut. Asal tahu, dalam bukunya, ‘Head to Head’, Stam mengungkap cara MU ke PSV Eindhoven untuk mendapatkannya sebagai pendekatan ilegal.
Manchester United murka atas tuduhan itu. Oleh media, pernyataan inilah yang dianggap sebagai pemicu Ferguson membuang pemain berjuluk Karang dari Kampen tersebut.
Meski menyebut pemecatan itu tak terkait buku Head to Head, Fergie mengakui dia langsung menelepon Stam setelah terbitnya buku tersebut.
“Apa yang kamu pikirkan?,” tanyanya. Namun keputusan telah dibuat. Tidak ada tempat lagi bagi Stam di Manchester United.
Setelah muncul tawaran dari AS Roma, minggu berikutnya datang dari Lazio. Semula Ferguson tak tertarik hingga tawaran mencapai 16,5 juta poundsterling.
Ketika itu Jaap Stam sudah berumur 30 tahun dan MU khawatir dengan pemulihannya dari cedera tumit. Tawaran itu pun dianggap masuk akal dan pantas untuk melepas bek kelahiran Kampen, Belanda, 17 Juli 1942 itu.
Dibuang di Pom Bensin
Akhir cerita Stam di MU dapat disebut tragis. Ketika klub sepakat untuk menjual ke Lazio , Ferguson mencoba mencarinya di tempat latihan, dua hari sebelum batas waktu transfer.
Ketika akhirnya berhasil menelepon Stam, dia telah telanjur pulang. Ferguson mengajak bertemu. Di antara rute perjalanan Stam itu terdapat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) atau pom bensin. Di sana lah mereka bertemu.
“Sedih rasanya harus memberitahu dia mengenai penjualannya di SPBU karena saya tahu dia orang baik yang suka bermain untuk klub Manchester United dan disayang penggemar,” ucapnya.
“Itulah salah satu pengalaman di mana saya merasa sungguh bingung,” lanjut dia.
Ferguson mengakui keputusannya melepas Jaap Stam keliru. Bek tangguh itu kembali bertemu dengan Manchester United di semifinal Liga Champions . Dan, saat itu Stam berusia 36 tahun.
Sekadar flashback, bakat Stam tercium MU kala dia bermain untuk PSV. Bersama klub besar Belanda itu dia menggondol satu gelar juara Eredivisie, KNBV Cup pada 1995-1996 dan Johan Cruyff Shield (1996 dan 1997).
Kesuksesan itu membuat defender yang pernah bermain di klub Willem II itu pun kian mencorong. MU tak ragu menebusnya dengan mahar 10,6 juta pounds pada musim 1998/1999.
Pembelian itu membelalakkan mata dunia. Bukan apa-apa, transfer Stam ke MU menjadikannya sebagai bek paling mahal di dunia ketika itu.
Sungguh ironis karena pemecatan itu tidak terjadi di Old Trafford, markas MU yang tersohor seantero jagat. Fergie membuang Stam di sebuah Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU).
Kelak Fergie menyesali pemecatan itu. Pelatih legendaris Setan Merah ini pun tak malu mengakui blundernya.
“Sesudah tiga kali meraih gelar juara Liga Primer, kami membuat kesalahan dengan melepas Jaap Stam. Saya pikir 16,5 juta poundsterling itu harga yang bagus dan tadinya saya percaya permainannya menurun sejak tumitnya dioperasi. Tapi saya salah,” kata Fergie dalam buku ‘Alex Ferguson: My Autobiography’, dikutip Minggu (14/11/2021).
Dia menegaskan, keputusannya menjual Stam tidak terkait dengan buku autobiografi bek plontos yang kontroversial tersebut. Asal tahu, dalam bukunya, ‘Head to Head’, Stam mengungkap cara MU ke PSV Eindhoven untuk mendapatkannya sebagai pendekatan ilegal.
Manchester United murka atas tuduhan itu. Oleh media, pernyataan inilah yang dianggap sebagai pemicu Ferguson membuang pemain berjuluk Karang dari Kampen tersebut.
Meski menyebut pemecatan itu tak terkait buku Head to Head, Fergie mengakui dia langsung menelepon Stam setelah terbitnya buku tersebut.
“Apa yang kamu pikirkan?,” tanyanya. Namun keputusan telah dibuat. Tidak ada tempat lagi bagi Stam di Manchester United.
Setelah muncul tawaran dari AS Roma, minggu berikutnya datang dari Lazio. Semula Ferguson tak tertarik hingga tawaran mencapai 16,5 juta poundsterling.
Ketika itu Jaap Stam sudah berumur 30 tahun dan MU khawatir dengan pemulihannya dari cedera tumit. Tawaran itu pun dianggap masuk akal dan pantas untuk melepas bek kelahiran Kampen, Belanda, 17 Juli 1942 itu.
Dibuang di Pom Bensin
Akhir cerita Stam di MU dapat disebut tragis. Ketika klub sepakat untuk menjual ke Lazio , Ferguson mencoba mencarinya di tempat latihan, dua hari sebelum batas waktu transfer.
Ketika akhirnya berhasil menelepon Stam, dia telah telanjur pulang. Ferguson mengajak bertemu. Di antara rute perjalanan Stam itu terdapat Stasiun Pengisian Bahan Bakar Umum (SPBU) atau pom bensin. Di sana lah mereka bertemu.
“Sedih rasanya harus memberitahu dia mengenai penjualannya di SPBU karena saya tahu dia orang baik yang suka bermain untuk klub Manchester United dan disayang penggemar,” ucapnya.
“Itulah salah satu pengalaman di mana saya merasa sungguh bingung,” lanjut dia.
Ferguson mengakui keputusannya melepas Jaap Stam keliru. Bek tangguh itu kembali bertemu dengan Manchester United di semifinal Liga Champions . Dan, saat itu Stam berusia 36 tahun.
Sekadar flashback, bakat Stam tercium MU kala dia bermain untuk PSV. Bersama klub besar Belanda itu dia menggondol satu gelar juara Eredivisie, KNBV Cup pada 1995-1996 dan Johan Cruyff Shield (1996 dan 1997).
Kesuksesan itu membuat defender yang pernah bermain di klub Willem II itu pun kian mencorong. MU tak ragu menebusnya dengan mahar 10,6 juta pounds pada musim 1998/1999.
Pembelian itu membelalakkan mata dunia. Bukan apa-apa, transfer Stam ke MU menjadikannya sebagai bek paling mahal di dunia ketika itu.
(sto)