Dillian Whyte Sesumbar Sanggup Lumpuhkan Petarung 10 Besar UFC
loading...
A
A
A
LAS VEGAS - Petinju kelas berat Dillian Whyte meyakini dirinya tak hanya hebat di atas ring. Pria Inggris itu sesumbar mampu menunjukkan kualitasnya di Ultimate Figthing Championship (UFC), bahkan sanggup melumpuhkan petaurng 10 besar teratas di Oktagon (arena pertarungan UFC).
Berbicara kepada The Sun, Whyte mengatakan bisa mengalahkan salah satu dari 10 petarung kelas berat teratas di didaftar peringkat UFC saat ini, termasuk Francis Ngannou dan sang juara Stipe Miocic.
Whyte tak asal bicara. Sebelum bertinju, Whyte bertarung di kickboxing dan MMA (mix martial arts) dan sukses di arena tersebut. Dia memenangkan 20 pertarungan kickboxing dan hanya menderita satu kekalahan. Kemenangan KO pertarungan MMA-nya berakhir hanya 12 detik atas Mark Stroud.
"Saya memang belum berlatih kickboxing atau MMA untuk sementara waktu, tetapi bagi saya, itu seperti mengendarai sepeda," katanya. “Begitu saya menghilangkan karat, naluri saya (traung bebas) datang kembali dan saya siap mendominasi lagi."
“Para penguasa kelas berat di sana, sang juara Stipe Miocic dan Francis Ngannou, adalah petarung elite dan saya harus berlatih lagi pada grappling dan gulat saya."
"Tapi saya paham, berdiri dan bertinju dengan sarung tangan 4 ons, saya bisa mengalahkan salah satu dari sepuluh kelas berat yang ada di sana."
“Dalam Oktagon, ada lima menit tiap ronde tanpa henti bergerak, menendang, meninju, gulat, dan ini bukan lelucon. Saya memiliki keterampilan tangan yang lebih baik daripada mereka dan karena mereka mencoba untuk menutupi banyak aspek, itu meninggalkan banyak lubang di permainan mereka."
The Body Snatcher -julukan Whyte- sejak lama bicara soal kesiapannya bertarung di UFC, dan secara khusus berbicara tentang Ngannou, seorang petarung yang dikenal memiliki pukulan hebat di UFC. Whyte begitu yakin bisa mengalahkan Ngannou.
"Saya menyebut Ngannou pengecut karena untuk pria dengan tinggi 193 cm, dia belum menunjukkan cukup keberanian dalam dua kekalahannya."
“Dia menang sepuluh kali berturut-turut, sebagian besar kemenangan pada ronde pertama melawan petarung tak berpengalaman, dan begitu dia melangkah lebih jauh, dia kalah dua kali."
“Ngannou mengatakan dia akan menyukai pertandingan tinju, tetapi saya perhatikan dia tidak menyebut nama saya bahkan setelah saya secara terbuka menyebut dia seorang pengecut."
“Namun, saya senang melangkah ke UFC, melihat kesepakatan seperti apa yang bisa dilakukan. Menjadi juara kelas berat di keduanya adalah sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. ”
Dillian Whyte yakin dia bisa menjadi orang pertama yang menjadi juara di tinju dan MMA. Saat ini petinju berusia 32 tahun tersebut memegang sabuk sementara kelas berat WBC setelah Tyson Fury dan Deontay Wilder sepakat menggelar trilogi mereka. Whyte akan menghadapi Alexander Povetkin pada Juli tahun ini.
Whyte memiliki rekor menang-kalah 27-1 dalam kariernya. Satu-satunya kekalahannya saat melawan juara WBA, WBO, IBF, IBO sekaligus rekan senegaranya, Anthony Joshua.
Berbicara kepada The Sun, Whyte mengatakan bisa mengalahkan salah satu dari 10 petarung kelas berat teratas di didaftar peringkat UFC saat ini, termasuk Francis Ngannou dan sang juara Stipe Miocic.
Whyte tak asal bicara. Sebelum bertinju, Whyte bertarung di kickboxing dan MMA (mix martial arts) dan sukses di arena tersebut. Dia memenangkan 20 pertarungan kickboxing dan hanya menderita satu kekalahan. Kemenangan KO pertarungan MMA-nya berakhir hanya 12 detik atas Mark Stroud.
"Saya memang belum berlatih kickboxing atau MMA untuk sementara waktu, tetapi bagi saya, itu seperti mengendarai sepeda," katanya. “Begitu saya menghilangkan karat, naluri saya (traung bebas) datang kembali dan saya siap mendominasi lagi."
“Para penguasa kelas berat di sana, sang juara Stipe Miocic dan Francis Ngannou, adalah petarung elite dan saya harus berlatih lagi pada grappling dan gulat saya."
"Tapi saya paham, berdiri dan bertinju dengan sarung tangan 4 ons, saya bisa mengalahkan salah satu dari sepuluh kelas berat yang ada di sana."
“Dalam Oktagon, ada lima menit tiap ronde tanpa henti bergerak, menendang, meninju, gulat, dan ini bukan lelucon. Saya memiliki keterampilan tangan yang lebih baik daripada mereka dan karena mereka mencoba untuk menutupi banyak aspek, itu meninggalkan banyak lubang di permainan mereka."
The Body Snatcher -julukan Whyte- sejak lama bicara soal kesiapannya bertarung di UFC, dan secara khusus berbicara tentang Ngannou, seorang petarung yang dikenal memiliki pukulan hebat di UFC. Whyte begitu yakin bisa mengalahkan Ngannou.
"Saya menyebut Ngannou pengecut karena untuk pria dengan tinggi 193 cm, dia belum menunjukkan cukup keberanian dalam dua kekalahannya."
“Dia menang sepuluh kali berturut-turut, sebagian besar kemenangan pada ronde pertama melawan petarung tak berpengalaman, dan begitu dia melangkah lebih jauh, dia kalah dua kali."
“Ngannou mengatakan dia akan menyukai pertandingan tinju, tetapi saya perhatikan dia tidak menyebut nama saya bahkan setelah saya secara terbuka menyebut dia seorang pengecut."
“Namun, saya senang melangkah ke UFC, melihat kesepakatan seperti apa yang bisa dilakukan. Menjadi juara kelas berat di keduanya adalah sesuatu yang belum pernah dilakukan sebelumnya. ”
Dillian Whyte yakin dia bisa menjadi orang pertama yang menjadi juara di tinju dan MMA. Saat ini petinju berusia 32 tahun tersebut memegang sabuk sementara kelas berat WBC setelah Tyson Fury dan Deontay Wilder sepakat menggelar trilogi mereka. Whyte akan menghadapi Alexander Povetkin pada Juli tahun ini.
Whyte memiliki rekor menang-kalah 27-1 dalam kariernya. Satu-satunya kekalahannya saat melawan juara WBA, WBO, IBF, IBO sekaligus rekan senegaranya, Anthony Joshua.
(sha)