Klub Liga 1 Senang Pecat Pelatih, Robert Alberts: Cuma Ada di Indonesia!
loading...
A
A
A
GIANYAR - Cukup banyak pelatih yang dipecat klub Liga 1 pada musim 2021/2022. Ini mendapat tanggapan dari Robert Alberts yang menyebut fenomena itu hanya terjadi di Indonesia.
Juru taktik Persib Bandung itu mengaku tidak mengerti mengapa klub Liga 1 sering gonta-ganti pelatih. Ini membuat pelatih, baik asing maupun lokal seolah dalam posisi tidak aman ketika bekerja karena bisa kapan saja disingkirkan.
"Kalau saya tanggapi, setelah selesai paruh pertama, ada pergantian dari 18 klub, 12 klub sudah melakukan pergantian pelatih dan ini salah satu rekor yang pecah karena di dunia tidak ada yang seperti ini," kata Robert.
Robert menyebut di kompetisi sepak bola berbagai negara, tidak ada yang sebanyak di Indonesia dalam urusan memecat pelatih. Bahkan, tidak sedikit yang terdepak pada pertengahan musim.
"Di (banyak negara) dunia tidak pernah ada yang seperti ini, mereka hanya mengganti satu-dua (pelatih) sampai kompetisi selesai," ungkap pria asal Belanda tersebut.
Robert mengatakan setiap pelatih butuh waktu untuk membangun tim dan menjadikannya disegani di kompetisi. Ini dialaminya selama membesut Persib. Intinya ada proses yang harus dijalani, bukan semata-mata memburu hasil instan.
"Sebagai pelatih, saya tentunya butuh waktu untuk membuat pondasi, bagaimana gambaran tim ini berjalan ke depannya, dan tentunya sangat tidak mudah ketika ada satu pelatih datang (sedangkan manajemen) hanya melihat hasilnya saja, setelah itu kemudian melakukan pergantian lagi," keluhnya.
Sedangkan untuk tradisi lalu lintas pemain di bursa transfer, Robert memandang tidak banyak hal mengejutkan. Sebab, mayoritas tim hanya mendatangkan pemain dari sesama klub Indonesia.
Ini berbeda dengan liga lain, misalnya di Eropa, dimana klub mendatangkan pemain baru dari luar negaranya. Sehingga, perpindahan pemain di sana terlihat lebih mengejutkan.
Juru taktik Persib Bandung itu mengaku tidak mengerti mengapa klub Liga 1 sering gonta-ganti pelatih. Ini membuat pelatih, baik asing maupun lokal seolah dalam posisi tidak aman ketika bekerja karena bisa kapan saja disingkirkan.
"Kalau saya tanggapi, setelah selesai paruh pertama, ada pergantian dari 18 klub, 12 klub sudah melakukan pergantian pelatih dan ini salah satu rekor yang pecah karena di dunia tidak ada yang seperti ini," kata Robert.
Robert menyebut di kompetisi sepak bola berbagai negara, tidak ada yang sebanyak di Indonesia dalam urusan memecat pelatih. Bahkan, tidak sedikit yang terdepak pada pertengahan musim.
"Di (banyak negara) dunia tidak pernah ada yang seperti ini, mereka hanya mengganti satu-dua (pelatih) sampai kompetisi selesai," ungkap pria asal Belanda tersebut.
Robert mengatakan setiap pelatih butuh waktu untuk membangun tim dan menjadikannya disegani di kompetisi. Ini dialaminya selama membesut Persib. Intinya ada proses yang harus dijalani, bukan semata-mata memburu hasil instan.
"Sebagai pelatih, saya tentunya butuh waktu untuk membuat pondasi, bagaimana gambaran tim ini berjalan ke depannya, dan tentunya sangat tidak mudah ketika ada satu pelatih datang (sedangkan manajemen) hanya melihat hasilnya saja, setelah itu kemudian melakukan pergantian lagi," keluhnya.
Sedangkan untuk tradisi lalu lintas pemain di bursa transfer, Robert memandang tidak banyak hal mengejutkan. Sebab, mayoritas tim hanya mendatangkan pemain dari sesama klub Indonesia.
Ini berbeda dengan liga lain, misalnya di Eropa, dimana klub mendatangkan pemain baru dari luar negaranya. Sehingga, perpindahan pemain di sana terlihat lebih mengejutkan.