Ekspansi Anak-Anak Dewa di Benua Biru

Sabtu, 13 Juni 2020 - 08:00 WIB
loading...
Ekspansi Anak-Anak Dewa di Benua Biru
Frenkie de Jong dan Donny van de Beek
A A A
JAKARTA - Guna mencegah penyebaran covid-19, Liga Belanda memang sudah dihentikan akhir April lalu. Tapi bagi fans Ajax Amsterdam yang kangen melihat para mantan bintang klub berjulukan De Godenzonen (anak dewa) itu beraksi, menonton permainan mereka di liga-liga Eropa lainnya bisa menjadi pelipur lara.

Sebagaimana telah dimaklumatkan, Liga Italia akan dimulai Sabtu (13/6) besok, Liga Inggris Rabu (17/6) pekan depan. Kedua liga menyusul kompetisi di Jerman dan Spanyol yang telah lebih dulu bergulir.

Klub tersukses di Eredivisie yang sempat mencengangkan Benua Biru di Liga Champions periode 2018/2019 dengan menembus semi final tak kuasa menahan para bintangnya untuk bermain di klub-klub kaya. Lambaian Euro yang menggoda tentu pantang ditolak. Ajax dikenal enggan menahan pemain bintangnya lama-lama.

Filosofi mereka memang menjadi kawah candradimuka bagi pemain-pemain muda. Menyusul kepergian Frenkie de Jong ke Barcelona dan Mathijs de Ligt ke Juventus, giliran Hakim Ziyech segera bergabung dengan Chelsea.

Klub milik pengusaha Rusia Roman Abramovich menebus pemain berpaspor Maroko itu seharga 40 juta Euro (sekitar Rp 644 miliar). Harga yang pantas buat Ziyech. Bermain dengan kesebelasan berkostum merah putih sejak 2016, pria kelahiran 27 tahun silam ini berhasil mempersembahkan dua gelar juara Liga Belanda secara beruntun. Dia juga berhasil memberikan gelar juara Piala Belanda dan Piala Super Belanda musim lalu.

Selama empat musim, Ziyech bermain sebanyak 165 kali dan mencetak 48 gol serta 82 assist. Musim ini dia mencetak 8 gol dan 21 assist dalam 35 laga. Catatan itu membuatnya diganjar penghargaan pemain terbaik Ajax Amsterdam musim ini.

Selain Ziyech, gelandang menyerang Donny van De Beek dan penjaga gawang Andre Onana juga disebut-sebut segera angkat kaki dari Amsterdam Arena. Donny ditaksir sekaligus oleh tiga klub: Real Madrid, Manchester United dan Newcastle United. Sedangkan Onana dikabarkan ditaksir oleh Chelsea dan Barcelona.

Donny, 23 tahun, menjadi salah satu target utama Real Madrid untuk direkrut pada musim panas nanti. Kabarnya kini Los Blancos sudah satu langkah di depan dari Newcastle dalam mengejar tanda tangan Van de Beek.

Madrid kabarnya sudah mencapai kesepakatan pribadi dengan Van de Beek sejak musim panas lalu. Sekarang, telah ada jaminan lisan dari Ajax terkait transfer yang kabarnya akan menelan biaya hingga 55 juta euro.

Tapi Kamis kemarin (11/6) muncul kabar terbaru dari Marca. Surat kabar olah raga dari Spanyol itu mengklaim Manchester United juga sudah mengajukan penawaran pertama dengan van de Beek.

CEO, Edwin van der Sar, mengonfirmasi kabar tersebut. Mantan penjaga gawang Setan Merah itu bilang pihaknya siap bernegosiasi dengan siapa pun yang berminat merekrut anak asuhnya. Syaratnya, harap siapkan dana 60 juta Euro (sekitar (Rp 968 miliar).

Cukup mahal, tentu. Namun agaknya itu memang sebanding dengan kualitas pemain berambut pirang. Sebagai penjelajah lapangan tengah, dia sudah menyumbang 11 assist dan 10 gol musim ini untuk Ajax. Kemampuannya juga sudah diakui dengan dipanggil ke Timnas Belanda.

Dimulai oleh Sang Maestro Johan Cruyff

Begitulah, Ajax memang tak pernah berhenti mencetak pemain-pemain muda berbakat. Klub yang didirikan tahun 1900 itu mulai mencuri perhatian penggemar sepak bola saat diperkuat oleh Johan Cruyff pada awal 1970-an.

Sang kapten yang juga kondang sebagai pencetus taktik total football yang termasyhur itu sukses mengantar klubnya menjuarai Piala Champions tiga kali berturut-turut (1971, 1972, 1973).

Bakat-bakat istimewa anak-anak muda dari Negeri Tulip selanjutnya memukau penggemar sepak bola di pentas Piala Dunia 1974. Di hadapan publik Jerman Barat, kesebelasan Belanda yang diperkuat sebagian besar pemain Ajax sukses melaju ke final.

Sepanjang jalan menuju final, tim Oranye menaklukkan tim-tim elit langganan Piala Dunia, seperti Uruguay dan Argentina. Bahkan di semi final mereka menggusur juara bertahan Brasil secara meyakinkan 2-0. Sayang, di partai puncak mereka harus mengakui keunggulan tuan rumah Jerman Barat 2-1.

Generasi penerus Cruyff melanjutkan tinta emas Ajax di berbagai klub Eropa. Tahun 1987 Ajax menjuarai Cup Winners Cup. Sukses di ajang itu mengantarkan sang bintang Marco van Basten hijrah ke AC Milan. Bersama mantan rekannya di Ajax, Frank Rijkaard, plus Ruud Gullit mereka malang melintang di Eropa pada akhir dekade 1980 hingga pertengahan 1990an.

Selanjutnya generasi Edwin van der Sar, si kembar Frank dan Ronald de Boer, Marc Overmars, Edgar Davids, Clarence Seedorf, merebut Liga Champions pada tahun 1995. Kala itu tim yang diperkuat pemain berusia rata-rata 24, 1 tahun menjadi kampiun setelah menaklukkan sang juara bertahan AC Milan.

Skuad the winning team itu kembali melaju ke final tahun berikutnya. Mereka takluk di tangan Juventus lewat adu penalti.

Tahun berikutnya, dengan individu-individu yang sudah ogah-ogahan main untuk Ajax --si kembar de Boer kebelet hijrah ke Barcelona dan anggota tim lainnya diincar klub-klub besar lainnya, mereka masih mampu menembus semi final. Lagi-lagi Ajax mentok di tangan Juventus.

Talenta-talenta lainnya muncul di awal tahun 2000an, seperti Raphael van Der Vaart, Nigel de Jong, Zlatan Ibrahimovic (Swedia) dan Luis Suarez (Uruguay). Kecuali dua nama pertama yang sudah pensiun, Ibrahimovic dan Luis Suarez hingga kini masih ditunggu aksinya oleh pecandu bola sejagat.

Pemain muda berbakat dan konsep total football adalah dua kata kunci dari keberhasilan Ajax. Dan konsep itu sejatinya menginspirasi banyak kesebelasan, seperti Barcelona yang kondang dengan permainan tiki-taka, penguasaan bola dan operan cepat dari kaki ke kaki.

Dan virus itu terus ditularkan oleh para penerus Cruyff, macam Pep Guardiola yang saat ini melatih Manchester City.
(rza)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1306 seconds (0.1#10.140)