Ulang Tahun ke-93: Sejarah dan Kontroversi Perjalanan Persebaya
loading...
A
A
A
SURABAYA - Salah satu klub teratas Liga Indonesia , Persebaya Surabaya , merayakan hari jadi ke-93 tepat pada hari ini. Sejarah panjang Bajol Ijo punya andil besar mewarnai perjalanan sepak bola nasional.
Ketika era sepak bola perserikatan (1931-1994), Persebaya telah masuk kelompok klub yang disegani. Hal itu bisa dilihat dari keberhasilan mereka empat kali kampiun, tepatnya pada tahun 1951, 1952, 1978 dan 1988. Selain menjadi juara, klub yang kini bermarkas di Stadion Gelora Bung Tomo itu 12 kali finis sebagai runner-up.
Setelah era perserikatan, Persebaya tercatat dua kali menjadi yang terbaik di Liga Indonesia, tepatnya pada 1996-1997 dan 2004. Pada musim 1996/1997, mereka meraih gelar Divisi Utama Liga Indonesia, sekaligus menempatkan pemainnya, Jacksen F. Tiago sebagai pencetak gol terbanyak di liga. (Baca juga: Persebaya Rayakan HUT Ke-93, Ini Pesan Wakil Walikota Surabaya )
Jacksen F. Tiago jelas punya tempat tersendiri di hati suporter Persebaya. Pada 2004, pria asal Brasil itu kembali mengantar Bajol Ijo memenangkan gelar liga -kali ini sebagai pelatih. (Lihat grafis: Sepak Bola Nasional Tanpa Suporter, Apa Mungkin? )
Sejak saat itu prestasi Persebaya meredup. Gonjang-ganjing kepengurusan di tubuh Bajol Ijo membuncah pada tahun 2005, ditandai mundurnya klub dari Divisi Utama yang kala itu merupakan kompetisi tertinggi di Indonesia.
Tak sampai di situ, Persebaya juga sempat dihantam dualisme hingga terancam dicoret dari keanggotaan PSSI. Pada 2015, ribuan suporter Persebaya, Bonek, mengambil momentum Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Surabaya dengan menggelar aksi menuntut kembalinya hak-hak Persebaya.
Upaya untuk mengembalikan eksistensi Persebaya dilakukan hingga ke pengadilan. Pada 2016, PT Persebaya Indonesia (PI) memenangkan gugatan atas PT Mitra Muda Inti Berlian (MMIB) untuk hak paten penggunaan nama dan logo Persebaya. Setahun setelahnya, Kongres PSSI di Bandung mengakui Persebaya namun harus berkompetisi di Liga 2. (Lihat video: 2016, Ribuan Bonek Gelar Aksi Demo di Surabaya )
Pada tahun 2018, Persebaya promosi dan kembali berkiprah di panggung tertinggi sepak bola nasional. Tidak tanggung-tanggung, mereka langsung finis di posisi runner up klasemen Liga 1 2019 dan masuk daftar tunggu Piala AFC 2020.
Persebaya kini merintis jalan untuk kembali berkibar. Namun, tantangan datang dalam bentuk lain: aktivitas olahraga terhenti di hampir seluruh dunia akibat pandemi virus corona. Namun, sepak bola nasional tetap mengandalkanya mencetak pemain bintang untuk timnas, seperti sosok Andik Vermansah, Hansamu Yama Pranata, Evan Dimas, Rachmad Irianto dan Mochammad Supardi.
Ketika era sepak bola perserikatan (1931-1994), Persebaya telah masuk kelompok klub yang disegani. Hal itu bisa dilihat dari keberhasilan mereka empat kali kampiun, tepatnya pada tahun 1951, 1952, 1978 dan 1988. Selain menjadi juara, klub yang kini bermarkas di Stadion Gelora Bung Tomo itu 12 kali finis sebagai runner-up.
Setelah era perserikatan, Persebaya tercatat dua kali menjadi yang terbaik di Liga Indonesia, tepatnya pada 1996-1997 dan 2004. Pada musim 1996/1997, mereka meraih gelar Divisi Utama Liga Indonesia, sekaligus menempatkan pemainnya, Jacksen F. Tiago sebagai pencetak gol terbanyak di liga. (Baca juga: Persebaya Rayakan HUT Ke-93, Ini Pesan Wakil Walikota Surabaya )
Jacksen F. Tiago jelas punya tempat tersendiri di hati suporter Persebaya. Pada 2004, pria asal Brasil itu kembali mengantar Bajol Ijo memenangkan gelar liga -kali ini sebagai pelatih. (Lihat grafis: Sepak Bola Nasional Tanpa Suporter, Apa Mungkin? )
Sejak saat itu prestasi Persebaya meredup. Gonjang-ganjing kepengurusan di tubuh Bajol Ijo membuncah pada tahun 2005, ditandai mundurnya klub dari Divisi Utama yang kala itu merupakan kompetisi tertinggi di Indonesia.
Tak sampai di situ, Persebaya juga sempat dihantam dualisme hingga terancam dicoret dari keanggotaan PSSI. Pada 2015, ribuan suporter Persebaya, Bonek, mengambil momentum Kongres Luar Biasa (KLB) PSSI di Surabaya dengan menggelar aksi menuntut kembalinya hak-hak Persebaya.
Upaya untuk mengembalikan eksistensi Persebaya dilakukan hingga ke pengadilan. Pada 2016, PT Persebaya Indonesia (PI) memenangkan gugatan atas PT Mitra Muda Inti Berlian (MMIB) untuk hak paten penggunaan nama dan logo Persebaya. Setahun setelahnya, Kongres PSSI di Bandung mengakui Persebaya namun harus berkompetisi di Liga 2. (Lihat video: 2016, Ribuan Bonek Gelar Aksi Demo di Surabaya )
Pada tahun 2018, Persebaya promosi dan kembali berkiprah di panggung tertinggi sepak bola nasional. Tidak tanggung-tanggung, mereka langsung finis di posisi runner up klasemen Liga 1 2019 dan masuk daftar tunggu Piala AFC 2020.
Persebaya kini merintis jalan untuk kembali berkibar. Namun, tantangan datang dalam bentuk lain: aktivitas olahraga terhenti di hampir seluruh dunia akibat pandemi virus corona. Namun, sepak bola nasional tetap mengandalkanya mencetak pemain bintang untuk timnas, seperti sosok Andik Vermansah, Hansamu Yama Pranata, Evan Dimas, Rachmad Irianto dan Mochammad Supardi.
(sha)