Usung Target Tinggi, Timnas Wanita Indonesia Harus Serius Cari Pemain Berbakat

Senin, 11 Juli 2022 - 14:41 WIB
loading...
Usung Target Tinggi,...
Sekertaris Jenderal Asosiasi Sepakbola Wanita Indonesia (ASBWI), Souraiya Farina Alhaddar di Podcast Aksi Nyata Partai Perindo, Sabtu (9/7/2022) Foto: Tangkapan Layar
A A A
JAKARTA - PSSI memasang target tinggi di Piala Asia Wanita 2038 . Sekertaris Jenderal Asosiasi Sepakbola Wanita Indonesia (ASBWI), Souraiya Farina Alhaddar mengatakan pencarian bakat pemain harus dimulai dari sekarang.

Seperti kita tahu, Garuda Pertiwi -julukan Timnas Indonesia Wanita- babak belur di Grup B Piala Asia Wanita 2022. Belajar dari kesalahan tersebut, Timnas Indonesia Wanita terus diminta berbenah agar bisa bersaing di level internasional.

Baca Juga: Hasil Piala Asia Wanita 2022: Bungkam Korea Selatan, China Rebut Trofi ke-9

Oleh sebab itu, Sekjen ASBWI Souraiya Farina Alhaddar meminta pencarian bibit berbakat sudah mulai dilakukan dari sekarang. Berbicara di Podcast Aksi Nyata Partai Perindo, Sabtu (9/7/2022), Farina berharap ‘pembibitan bakat’ itu dapat tercapai pada saat itu.

“Kenyataannya saat ini (sepak bola wanita) Indonesia belum bisa berbicara banyak di Internasional, dan juga di Asia. Kenapa demikian? Tentu kalau kita bicara keberhasilan Timnas (Indonesia) itu kita berbicara tentang 10 tahun atau 15 tahun ke belakang,” kata Farina dalam acara Podcast Aksi Nyata Partai Perindo, Sabtu (9/7/2022).

“Saat ini, kita ASBWI punya program memulai dari usia 10 tahun. Kenapa? Karena PSSI punya target pada tahun 2038, menjadi semifinalist Piala Asia Wanita 2038,” sambungnya.

“Artinya, ketika kita targetnya 2038 (masuk semifinal Piala Asia Wanita 2038), kita harus mencari bibit berbakat, yang usianya 9, 10, 12 tahun. Harus dimulai dari sekarang,” tambahnya.

Selain perihal pembibitan, Farina juga berharap sepakbola wanita di Indonesia bisa perlahan lepas dari stigma. Mengingat, sepakbola wanita masih sering dipandang sebelah mata oleh sebagian orang.

“Kalau stigma (terhadap sepak bola wanita) tentu masih ada, karena kita tidak bisa mengubah secara drastis. Tantangan yang paling berat adalah isu gendernya, tapi kita gamau terus terjebak di situ,” tukas Farina.
(sto)
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.1176 seconds (0.1#10.140)