Kronologi Kericuhan Suporter Sepak Bola yang Tewaskan Fans PSS Sleman

Rabu, 03 Agustus 2022 - 19:30 WIB
loading...
Kronologi Kericuhan Suporter Sepak Bola yang Tewaskan Fans PSS Sleman
Tri Fajar Firmansyah (23) yang tewas akibat kericuhan antar suporter sepak bola telah dimakamkan. KBO Reskrim Polres Sleman, IPDA Syaifudin lalu menceritakan kronologinya. Foto: Erfan Erlin/MPI
A A A
SLEMAN - Tri Fajar Firmansyah (23) yang tewas akibat kericuhan antar suporter sepak bola beberapa waktu telah dimakamkan. KBO Reskrim Polres Sleman, Ipda Syaifudin lalu menceritakan kronologinya.



Disebutkan, dua tersangka penganiayaan terhadap korban yang berprofesi sebagai juru parkir toko swalayan di kawasan Babarsari itu telah diamankan. Namun, 5 lainnya masih buron.

Ipda Syaifudin menceritakan peristiwa penganiayaan ini terjadi pada Senin (25/7/2022) sekitar pukul 20.00 WIB. Lokasinya di depan toko swalayan Mirota, Jln Laksda Adi Sutjipto, Kapanewon Depok.

"Penganiayaan tersebut dilaporkan oleh kakak korban," jelas Syaifudin, Rabu (3/8/2022).

Kakak korban melaporkan peristiwa itu ke polisi setelah mendapatkan informasi tetangga bahwa adiknya dirawat di RSPAU Harjolukito. Dia dikeroyok rombongan yang mengendarai sepeda motor.

Peristiwa itu bermula ketika korban bersama temannya sedang duduk-duduk nongkrong di seputar TKP, swalayan Mirota, Tambakbayan. Saat itu tiba-tiba dari arah barat datang konvoi dengan mengendarai sepeda motor.

"Nah rombongan ini langsung melakukan penyerangan atau pengejaran terhadap korban dan teman-temannya yang saat itu sedang nongkrong," terang dia.

Korban lalu berusaha menghindar dari kejaran dengan berlari. Namun, korban terjatuh dan langsung mengalami kekerasan atau dikeroyok sejumlah pelaku yang tadi melakukan pengejaran.

Korban saat itu langsung pingsan usai mendapat pukulan bertubi-tubi dari para pelaku. Korban kemudian dibawa ke RS terdekat oleh rekannya yang lain usai rombongan penganiaya pergi.

Korban dibawa ke RSPAH Hardjolukito yang jaraknya paling dekat dengan TKP. "Selanjutnya, kami menyelidiki dan berhasil mengidentifikasi pelaku serta mengamankan dua pelaku," ungkap Ipda Syaifudin.

Wahyudi (59), ayah korban harus berat hati melepas putra bungsunya itu. Dia mengaku sangat sedih dengan kejadian yang menimpa anaknya, apalagi sebelum meninggal korban sempat koma selama 8 hari di rumah sakit.

"Kulo keloro-loro, keronto-ronto atiku. Semedot rasane (Sakit rasanya, hatiku meronta-ronta. Putus rasanya)," kata dia.

Anak bungsunya itu memang sangat dekat dengan kedua orangtua. Bahkan, Fajar sering bercanda dengan mereka. Banyak kenangan manis Wahyudi terhadap anak bungsunya tersebut.

Salah satunya sore sebelum kejadian nahas itu menimpa, Fajar meminta untuk diambilkan makan. Anehnya, dia meminta untuk disuapi oleh bapaknya. Selesai makan, korban langsung pamit pergi karena ditelepon temannya.



Wahyudi mengakui, Fajar adalah suporter setia PSS Sleman dan kerap menonton tim kesayangannya itu bertanding. Mendiang juga dikenal sebagai pemuda supel yang aktif dalam kegiatan kepemudaan dan tidak neko-neko.
(mirz)
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2096 seconds (0.1#10.140)