Tragedi Kanjuruhan, DPP IMM: Revolusi Tata Kelola Sepak Bola Indonesia

Sabtu, 08 Oktober 2022 - 18:44 WIB
loading...
Tragedi Kanjuruhan,...
Polisi menembakkan gas air mata ke arah suporter yang masuk lapangan usai pertandingan Liga 1 antara Arema melawan Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, Sabtu malam (1/10/2022). ANTARA FOTO/Ari Bowo Sucipto/foc
A A A
JAKARTA - Tragedi Kanjuruhan di Malang telah merenggut 131 korban jiwa dan menodai sejarah olahraga nasional. DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) menyebut tragedi tersebut sekaligus mengancam Indonesia sebagai negara industri olahraga.

Tragedi Kajuruhan tengah dalam penanganan oleh tim gabungan independen pencari fakta (TGIPF) yang dipimpin oleh Menkopolhukam atas penunjukan dari Presiden Joko Widodo . Di samping itu, pihak kepolisian telah merilis tiga warga sipil dan tiga anggota polri yang dinyatakan sebagai tersangka.

Enam orang itu yakni, Direktur PT.LIB AHL, Ketua Panitia penyelenggara pertandingan AH, dan security officer SS tiga tersangka warga sipil itu dijerat dengan Pasal 359 dan/atau Pasal 360 dan/atau Pasal 103 ayat (1) juncto Pasal 52 Undang-Undang RI Nomor 11 Tahun 2022 tentang Keolahragaan.



Kemudian tiga tersangka dari unsur kepolisian disangka dengan Pasal 359 dan/atau Pasal 360 KUHP, yakni Kabag Ops Polres Malang Kompol WS, Komandan Kompi (Dankie) Brimob Polda Jawa Timur AKP H dan Kasat Samapta Polres Malang AKP BS.

Ketua DPP Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah bidang Seni, Budaya dan Olahraga (SBO) Iqbal Hafsari menilai, berjatuhannya ratusan korban dalam kejadian ini berdampak pada buramnya wajah sepak bola tanah air dan Indonesia seolah gagal menuju negara industri olahraga.

Iqbal mengatakan “standar industri olah raga yang layak itu terjadi jika kompetisi digelar secara professional dan penonton mendapat pelayanan yang aman dan nyaman. Sementara standar ini tidak tampak pada penyelenggaraan sepak bola tanah air”.

Di samping itu, sebagai warga sipil, masyarakat awam jangan saling tuding dalam keadaan seperti ini dan saling menyalahkan. Karena kita semua tidak tahu keseluruhan peristiwa itu seperti apa. Artinya kita harus menghormati dan menunggu hasil tim investigasi yang dilakukan oleh tim pencari fakta.

Iqbal menegaskan kejadian ini sepatutnya jadi momentum pembenahan secara menyeluruh. Bagi penonton untuk membangun persaudaraan, menghentikan permusuhan dan rivalitas yang tidak sehat. Bagi federasi PSSI, momentum untuk introspeksi dan perbaikan kualitas sumber daya manusia dan perbaikan kualitas tata kelola kompetisi.

Dan bagi negara, ini momentum untuk menunjukan keseriusan memberi perhatian terhadap olah raga mulai dari infratruktur yang layak dan lain sebagainya. Banyak stadion yang secara teknis belum bisa dikategorikan sebagai arena yang aman dan nyaman.
Halaman :
Dapatkan berita terkini dan kejutan menarik dari SINDOnews.com, Klik Disini untuk mendaftarkan diri anda sekarang juga!
Baca Berita Terkait Lainnya
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
read/ rendering in 0.2061 seconds (0.1#10.140)