Faktor Ini Membuat Bayern Muenchen Dominasi Jerman
loading...
A
A
A
BERLIN - Kesuksesan menjuarai gelar Bundesliga dan DFB Pokal pada musim ini, mempertegas dominasi Bayern Muenchen di pentas domestik Jerman. Beberapa faktor menjadi alasan penting mengapa Die Roten sulit tertandingi bahkan dalam beberapa tahun mendatang.
Pertama adalah latar belakang sejarah klub. Tahun-tahun emas Bayern dimulai pada 1965, tepat beberapa tahun lahirnya Bundesliga ketika mereka finis di tempat ketiga. Perpaduan scouting yang tepat dan pelatih top, membuat Bayern perlahan menanjak. Para legendaris, seperti Franz Beckenbauer dan Gerd Muller memimpin jalan menuju kesuksesan domestik dan internasional.
Keberadaan keduanya membuat Bayern cepat menjadi raksasa. Klub ini terus memenangkan gelar demi gelar sebelum beberapa masalah keuangan pada era1980-an. Kebangkitan Bayern baru dimulai pada 1998. Saat itulah Bayern mendatangkan mantan pelatih rival, Borussia Dortmund, Ottmar Hitzfeld, yang membantu membentuk Die Roten menjadi tim modern. (Baca: Leroy Sane Kenakan No 10 di Bayern Muenchen)
Tercatat Hitzfeld memenangkan lima gelar Bundesliga pada 1998–99, 1999–00, 2000–01, 2002–03, 2007–08, satu gelar Liga Champions 2000–01, dan tiga DFB Pokal 1999–00, 2002–03, 2007–08. Torehan prestasi ini membuat Bayern semakin dikenal dan terus menjadi salah satu tujuan teratas di dunia untuk para pemain besar.
Dengan lima gelar Liga Champions yang tidak ada tim di Jerman lainnya yang mendekati tingkat kesuksesan Bayern. Tetapi, untuk mempertahankannya, mereka tentu harus beradaptasi dengan perkembangan zaman, terutama secara finansial. Kondisi keuangan yang sehat menjadi faktor kedua kesuksesan Bayern.
Di jajaran sepak bola dunia, Bayern adalah tim kaya keempat di dunia di belakang Real Madrid, Barcelona, dan Manchester United. Mereka juga bercokol di peringkat nomor 17 secara keseluruhan di dunia dalam olahraga apa pun menurut Forbes, tidak ada tim Jerman lain di 50 besar.
Pendapatan konstan dari penjualan tiket, merchandise, hadiah uang, dan lain-lain, telah membantu menopang klub sehingga memungkinkan Bayern menggelontorkan dana segar untuk mendatangkan beberapa pemain terbaik dunia. Namun, jika klub-klub besar lainnya secara teratur menghabiskan uang untuk bintang-bintang mapan, Bayern justru membeli pemain muda. Sepuluh transfer termahal top Bayern sepanjang masa memiliki rata-rata berusia 23 tahun dan termasuk di antaranya Manuel Neuer, Mario Gomez, dan Javi Martinez yang telah membuat dampak besar terhadap klub.
Faktor ketiga adalah kepiawaaan Bayern melakukan bisnis dalam transfer pemain. Manajemen klub telah melakukan bisnis yang cerdas berulang kali. Tentu beberapa pemain yang datang memerlukan waktu beradaptasi, tetapi hingga saat ini belum ada transfer senilai USD100 juta yang didatangkan Bayern.
Alih-alih menghabiskan lebih dari USD100 juta masing-masing untuk James Rodriguez (Real Madrid) dan Philippe Coutinho (Barcelona), mereka mengambil keduanya dengan status pinjaman tanpa kewajiban membeli. Dengan begitu, jika tidak berhasil, seperti yang terjadi, pemain bisa kembali ke klub induknya dan Bayern dapat memutuskan kontrak. (Baca juga: Bayern Muenchen Juara DFB Pokal 2020)
Lalu ada transfer gratis, menandatangani pemain yang kontraknya akan berakhir, dan tidak harus membayar biaya transfer. Bayern sudah sering melakukannya, memburu pemain terbaik dari saingan Dortmund. Striker legendaris klub, Robert Lewandowski, tidak mengeluarkan biaya sepeser pun, dan dia mencetak 230 gol dalam 275 pertandingan. Bayen juga merampas Leon Goretzka secara gratis dari Schalke 04 pada tahun lalu.
Bisa dikatakan operasi Bayern di dalam dan luar lapangan sangat pintar, berisiko rendah, dan efektif untuk membangun sejarah yang kaya dan dominasi sepak bola modern. Di sisi lain, dominasi Bayern di pentas domestik menimbulkan pro dan kontra.
Direktur olahraga Stuttgart, Jochen Schneider menjelaskan, Bundesliga selalu memiliki siklus di masing-masing era. Saat ini Bayern memang berada di atas, tetapi sepanjang sejarah dominasi Bayern selalu terpecah oleh Borussia Monchengladbach pada 1970-an, Hamburg pada 1980-an, ataupun Dortmund pada 1990-an dan 2000-an.
Belum lagi fakta di kompetisi Eropa lainnya, Barcelona dan Real Madrid telah memenangkan sembilan dari 10 gelar Primera Liga terakhir. Di Inggris, Manchester United (MU) telah memenangkan 13 dari 21 gelar di era Liga Primer. (Baca juga: Cegah Politik Uang, Perlu Ada Lembaga Peradilan Khusus Pemilu)
“Satu tim yang mendominasi adalah sesuatu yang tidak bisa kami sukai, tapi ingat itu terjadi juga pada tahun 70-an dan 80-an ketika Bayern mendominasi periode tertentu. Hal tersebut juga terjadi di Spanyol dan Inggris sehingga tidak terlalu berbeda,” kata Schneider dilansir bleacherreport.com.
Sementara dari yang kontra, direktur olahraga, Rudi Voeller mengatakan, dominasi Bayern membuat kompetisis tidak menarik. Dia menilai kekuatan Die Roten begitu superior dan sulit disaingi tim lainnya. “Bahaya sangat nyata bahwa membosankan melihat Bayern di puncak. Musim ini kami telah dekat dalam hal poin, tetapi kualitas Bayern tidak hanya tim utamanya, tetapi juga di bangku cadangan,” ungkap Voeller.
Namun, nada-nada sumbang terus diterabas Bayern hingga menjuarai gelar Bundesliga kedelapan beruntun pada musim ini. Bayern memuncaki klasemen akhir Bundesliga dengan 82 poin, unggul 13 poin dari Dortmund. Semakin lengkap dengan raihan Lewandowski sebagai top skor (34 gol) dan Thomas Mueller raja assist (21 assist). Kejelian klub mengikat Hans-Dieter Flick sebagai pelatih permanen hingga 2023 terbayar lunas.
Bersama Flick, Bayern yang sempat terseok-seok bangkit dan meraih dua gelar domestik musim ini. Setelah Bundesliga, Die Roten membungkam Leverkusen 4-2 di Final DFB Pokal, Minggu (5/7). Empat gol Bayern disumbangkan David Alaba (16), Serge Gnabry (24), dan Lewandowski (59, 89). Sementara Leverkusen memperkecil kedudukan melalui Sven Bender (63) dan Kai Havertz (pen 90+5). (Lihat videonya: Nekat tiktokan di Jembatan Suramadu, tiga Emak-emak Berurusan dengan Polisi)
Ini merupakan gelar DFB Pokal ke-20 Bayern dan Bundesliga ke-10 sepanjang sejarah. Mereka menjadi tim pengoleksi terbanyak sepanjang sejarah. Flick mengatakan pasukannya telah berjuang luar biasa musim ini dan itu dibuktikan dengan dua gelar domestik. “Kami bangga memenangkan DFB Pokal. Cara tim bermain dalam beberapa minggu terakhir adalah sensasional dan menunjukkan sikap sangat fantastis,” kata Flick. (Alimansyah)
Pertama adalah latar belakang sejarah klub. Tahun-tahun emas Bayern dimulai pada 1965, tepat beberapa tahun lahirnya Bundesliga ketika mereka finis di tempat ketiga. Perpaduan scouting yang tepat dan pelatih top, membuat Bayern perlahan menanjak. Para legendaris, seperti Franz Beckenbauer dan Gerd Muller memimpin jalan menuju kesuksesan domestik dan internasional.
Keberadaan keduanya membuat Bayern cepat menjadi raksasa. Klub ini terus memenangkan gelar demi gelar sebelum beberapa masalah keuangan pada era1980-an. Kebangkitan Bayern baru dimulai pada 1998. Saat itulah Bayern mendatangkan mantan pelatih rival, Borussia Dortmund, Ottmar Hitzfeld, yang membantu membentuk Die Roten menjadi tim modern. (Baca: Leroy Sane Kenakan No 10 di Bayern Muenchen)
Tercatat Hitzfeld memenangkan lima gelar Bundesliga pada 1998–99, 1999–00, 2000–01, 2002–03, 2007–08, satu gelar Liga Champions 2000–01, dan tiga DFB Pokal 1999–00, 2002–03, 2007–08. Torehan prestasi ini membuat Bayern semakin dikenal dan terus menjadi salah satu tujuan teratas di dunia untuk para pemain besar.
Dengan lima gelar Liga Champions yang tidak ada tim di Jerman lainnya yang mendekati tingkat kesuksesan Bayern. Tetapi, untuk mempertahankannya, mereka tentu harus beradaptasi dengan perkembangan zaman, terutama secara finansial. Kondisi keuangan yang sehat menjadi faktor kedua kesuksesan Bayern.
Di jajaran sepak bola dunia, Bayern adalah tim kaya keempat di dunia di belakang Real Madrid, Barcelona, dan Manchester United. Mereka juga bercokol di peringkat nomor 17 secara keseluruhan di dunia dalam olahraga apa pun menurut Forbes, tidak ada tim Jerman lain di 50 besar.
Pendapatan konstan dari penjualan tiket, merchandise, hadiah uang, dan lain-lain, telah membantu menopang klub sehingga memungkinkan Bayern menggelontorkan dana segar untuk mendatangkan beberapa pemain terbaik dunia. Namun, jika klub-klub besar lainnya secara teratur menghabiskan uang untuk bintang-bintang mapan, Bayern justru membeli pemain muda. Sepuluh transfer termahal top Bayern sepanjang masa memiliki rata-rata berusia 23 tahun dan termasuk di antaranya Manuel Neuer, Mario Gomez, dan Javi Martinez yang telah membuat dampak besar terhadap klub.
Faktor ketiga adalah kepiawaaan Bayern melakukan bisnis dalam transfer pemain. Manajemen klub telah melakukan bisnis yang cerdas berulang kali. Tentu beberapa pemain yang datang memerlukan waktu beradaptasi, tetapi hingga saat ini belum ada transfer senilai USD100 juta yang didatangkan Bayern.
Alih-alih menghabiskan lebih dari USD100 juta masing-masing untuk James Rodriguez (Real Madrid) dan Philippe Coutinho (Barcelona), mereka mengambil keduanya dengan status pinjaman tanpa kewajiban membeli. Dengan begitu, jika tidak berhasil, seperti yang terjadi, pemain bisa kembali ke klub induknya dan Bayern dapat memutuskan kontrak. (Baca juga: Bayern Muenchen Juara DFB Pokal 2020)
Lalu ada transfer gratis, menandatangani pemain yang kontraknya akan berakhir, dan tidak harus membayar biaya transfer. Bayern sudah sering melakukannya, memburu pemain terbaik dari saingan Dortmund. Striker legendaris klub, Robert Lewandowski, tidak mengeluarkan biaya sepeser pun, dan dia mencetak 230 gol dalam 275 pertandingan. Bayen juga merampas Leon Goretzka secara gratis dari Schalke 04 pada tahun lalu.
Bisa dikatakan operasi Bayern di dalam dan luar lapangan sangat pintar, berisiko rendah, dan efektif untuk membangun sejarah yang kaya dan dominasi sepak bola modern. Di sisi lain, dominasi Bayern di pentas domestik menimbulkan pro dan kontra.
Direktur olahraga Stuttgart, Jochen Schneider menjelaskan, Bundesliga selalu memiliki siklus di masing-masing era. Saat ini Bayern memang berada di atas, tetapi sepanjang sejarah dominasi Bayern selalu terpecah oleh Borussia Monchengladbach pada 1970-an, Hamburg pada 1980-an, ataupun Dortmund pada 1990-an dan 2000-an.
Belum lagi fakta di kompetisi Eropa lainnya, Barcelona dan Real Madrid telah memenangkan sembilan dari 10 gelar Primera Liga terakhir. Di Inggris, Manchester United (MU) telah memenangkan 13 dari 21 gelar di era Liga Primer. (Baca juga: Cegah Politik Uang, Perlu Ada Lembaga Peradilan Khusus Pemilu)
“Satu tim yang mendominasi adalah sesuatu yang tidak bisa kami sukai, tapi ingat itu terjadi juga pada tahun 70-an dan 80-an ketika Bayern mendominasi periode tertentu. Hal tersebut juga terjadi di Spanyol dan Inggris sehingga tidak terlalu berbeda,” kata Schneider dilansir bleacherreport.com.
Sementara dari yang kontra, direktur olahraga, Rudi Voeller mengatakan, dominasi Bayern membuat kompetisis tidak menarik. Dia menilai kekuatan Die Roten begitu superior dan sulit disaingi tim lainnya. “Bahaya sangat nyata bahwa membosankan melihat Bayern di puncak. Musim ini kami telah dekat dalam hal poin, tetapi kualitas Bayern tidak hanya tim utamanya, tetapi juga di bangku cadangan,” ungkap Voeller.
Namun, nada-nada sumbang terus diterabas Bayern hingga menjuarai gelar Bundesliga kedelapan beruntun pada musim ini. Bayern memuncaki klasemen akhir Bundesliga dengan 82 poin, unggul 13 poin dari Dortmund. Semakin lengkap dengan raihan Lewandowski sebagai top skor (34 gol) dan Thomas Mueller raja assist (21 assist). Kejelian klub mengikat Hans-Dieter Flick sebagai pelatih permanen hingga 2023 terbayar lunas.
Bersama Flick, Bayern yang sempat terseok-seok bangkit dan meraih dua gelar domestik musim ini. Setelah Bundesliga, Die Roten membungkam Leverkusen 4-2 di Final DFB Pokal, Minggu (5/7). Empat gol Bayern disumbangkan David Alaba (16), Serge Gnabry (24), dan Lewandowski (59, 89). Sementara Leverkusen memperkecil kedudukan melalui Sven Bender (63) dan Kai Havertz (pen 90+5). (Lihat videonya: Nekat tiktokan di Jembatan Suramadu, tiga Emak-emak Berurusan dengan Polisi)
Ini merupakan gelar DFB Pokal ke-20 Bayern dan Bundesliga ke-10 sepanjang sejarah. Mereka menjadi tim pengoleksi terbanyak sepanjang sejarah. Flick mengatakan pasukannya telah berjuang luar biasa musim ini dan itu dibuktikan dengan dua gelar domestik. “Kami bangga memenangkan DFB Pokal. Cara tim bermain dalam beberapa minggu terakhir adalah sensasional dan menunjukkan sikap sangat fantastis,” kata Flick. (Alimansyah)
(ysw)