Fans Ejek Pose Tutup Mulut Timnas Jerman: Kalian Pantas Kalah!

Fans menyindir Jerman pantas kalah dari Jepang setelah pasukan Hansi Flick berpose menutup mulut dalam foto pra-pertandingan sebagai protes larangan ban lengan OneLove FIFA. Para penggemar sepak bola mengecam para pemain Jerman karena 'hanya berfokus pada politik' sebelum terjadinya kekalahan mengejutkan Der Panzer di Piala Dunia 2022 dari Jepang pada Rabu lalu.



Para pemain Jerman membuat pose dalam foto tim pra-pertandingan mereka sebelum pertandingan pembukaan Piala Dunia mereka leawan Jepang. Mereka menutup mulut sebagai protes karena diblokir dari mengenakan ban lengan anti-diskriminasi LGBT.

Itu mengikuti pernyataan bersama dari tujuh negara Eropa, termasuk Jerman plus Inggris dan Wales, untuk membatalkan rencana mengenakan ban kapten 'OneLove' setelah ancaman sanksi olahraga dari FIFA. Sementara para pemain Jerman terlihat membuat pernyataan politik di luar lapangan, para penggemar menuduh mereka gagal membuat pernyataan di lapangan, karena mereka secara mengejutkan kalah 1-2 dari Jepang.

Banyak penggemar bersikeras pasukan Hansi Flick 'pantas' kalah karena fokus 'hanya pada politik', mengklaim bahwa mereka 'teralihkan' dalam prosesnya. Seorang penggemar menulis: 'Jerman pantas mendapatkannya karena begitu terobsesi dengan ban lengan pelangi dan politik.'

Yang lain berkata: 'Jangan teralihkan oleh 'politik' dan mainkan saja sepak bola Anda. Semua sinyal kebajikan yang tidak perlu ini tidak membantu Anda menang. Jerman seharusnya memenangkan ini'

Yang lain mengklaim Jerman 'membiarkan politik menguasai mereka' sementara seorang penggemar bersikeras bahwa Jerman perlu 'menghormati budaya Qatar' pada hari Rabu.



Mereka men-tweet: Kalian orang Jerman pantas mendapatkan ini karena sinyal kebijakan bodoh Anda, hormati budaya Qatar dan jauhkan politik bodoh Anda dari sepak bola.''

Setelah protes dan saat pertandingan dimulai, Asosiasi Sepak Bola Jerman (DFB) mengeluarkan pernyataan tegas mendukung timnya, dengan mengatakan: 'Melarang ban kapten sama saja dengan melarang hak kami untuk berbicara.'