Pelatih Lokal vs Asing, Siapa Lebih Hebat Melatih Timnas Indonesia di Piala AFF?
loading...
A
A
A
JAKARTA - Timnas Indonesia punya catatan mengilau selama tampil di semifinal Piala AFF . Total, Skuad Garuda berhasil menembus empat besar sebanyak sembilan kali dan enam di antaranya berhasil lolos ke final.
Sejak kompetisi antarnegara ASEAN dikenal dengan sebutan Piala Tiger pada 1996, Indonesia berhasil menembus semifinal. Namun perjalanan mereka terhenti di empat besar dan hanya mampu menyelesaikan kompetisi tersebut di peringkat keempat usai kalah melawan Vietnam dengan skor 3-2 dalam perebutan juara ketiga.
Dua tahun kemudian, Indonesia memperbaiki prestasinya dengan merebut peringkat ketiga usai mengalahkan Thailand melalui drama adu penalti 5-4 usai bermain imbang 3-3. Pertemuan Skuad Garuda versus Gajah Perang terulang di final Piala Tiger 2000.
BACA JUGA: Persamaan dan Perbedaan Timnas Indonesia dan Vietnam di Piala AFF 2022
Saat itu, Timnas Indonesia harus mengakui kehebatan Thailand dengan skor telak 1-4. Setelah tiga pelatih Indonesia, yakni Danurwindo (1996), Rusdy Bahalwan (1998) dan Nandar Iskandar (2000) gagal membawa Skuad Garuda juara di Piala Tiger dalam tiga edisi terakhir, PSSI akhirnya menunjuk Ivan Kolev.
Tapi rasa penasaran untuk membawa trofi tersebut masih menggelayuti pikiran penggemar sepak bola di Tanah Air. Tapi Kolev gagal menjawab tantangan tersebut dan hanya puas membawa Timnas Indonesia keluar sebagai runner up usai kalah melalui drama adu penalti 2-4 melawan Thailand usai bermain imbang 2-2 di Piala Tiger 2002.
Penggunaan pelatih asing terus berlanjut. Saat itu PSSI menunjuk Peter Withe (2004), yang mencoba peruntungan dengan Timnas Indonesia di Piala Tiger 2004.
BACA JUGA: Klarifikasi Presiden FIFA Gianni Infantino setelah Dikecam gara-gara Selfie di Samping Peti Jenazah Pele
Tapi Indonesia kembali gagal dan hanya puas merebut posisi runner up usai kalah agregat 2-5 melawan Singapura. Pada 2007, kejuaraan yang sudah berganti nama menjadi Piala AFF itu, Indonesia tampil buruk dan hanya mampu menyentuh babak penyisihan grup.
Setahun kemudian, Indonesia menunjuk Benny Dollo sebagai pelatih. Permainan Skuad Garuda pun berubah, tapi lagi-lagi takdir belum mengantarkan Timnas Indonesia juara.
Sejak kompetisi antarnegara ASEAN dikenal dengan sebutan Piala Tiger pada 1996, Indonesia berhasil menembus semifinal. Namun perjalanan mereka terhenti di empat besar dan hanya mampu menyelesaikan kompetisi tersebut di peringkat keempat usai kalah melawan Vietnam dengan skor 3-2 dalam perebutan juara ketiga.
Dua tahun kemudian, Indonesia memperbaiki prestasinya dengan merebut peringkat ketiga usai mengalahkan Thailand melalui drama adu penalti 5-4 usai bermain imbang 3-3. Pertemuan Skuad Garuda versus Gajah Perang terulang di final Piala Tiger 2000.
BACA JUGA: Persamaan dan Perbedaan Timnas Indonesia dan Vietnam di Piala AFF 2022
Saat itu, Timnas Indonesia harus mengakui kehebatan Thailand dengan skor telak 1-4. Setelah tiga pelatih Indonesia, yakni Danurwindo (1996), Rusdy Bahalwan (1998) dan Nandar Iskandar (2000) gagal membawa Skuad Garuda juara di Piala Tiger dalam tiga edisi terakhir, PSSI akhirnya menunjuk Ivan Kolev.
Tapi rasa penasaran untuk membawa trofi tersebut masih menggelayuti pikiran penggemar sepak bola di Tanah Air. Tapi Kolev gagal menjawab tantangan tersebut dan hanya puas membawa Timnas Indonesia keluar sebagai runner up usai kalah melalui drama adu penalti 2-4 melawan Thailand usai bermain imbang 2-2 di Piala Tiger 2002.
Penggunaan pelatih asing terus berlanjut. Saat itu PSSI menunjuk Peter Withe (2004), yang mencoba peruntungan dengan Timnas Indonesia di Piala Tiger 2004.
BACA JUGA: Klarifikasi Presiden FIFA Gianni Infantino setelah Dikecam gara-gara Selfie di Samping Peti Jenazah Pele
Tapi Indonesia kembali gagal dan hanya puas merebut posisi runner up usai kalah agregat 2-5 melawan Singapura. Pada 2007, kejuaraan yang sudah berganti nama menjadi Piala AFF itu, Indonesia tampil buruk dan hanya mampu menyentuh babak penyisihan grup.
Setahun kemudian, Indonesia menunjuk Benny Dollo sebagai pelatih. Permainan Skuad Garuda pun berubah, tapi lagi-lagi takdir belum mengantarkan Timnas Indonesia juara.