Akhir Memalukan
A
A
A
STAFFORDSHIRE - Partai penutup Liverpool musim ini menjadi momen memalukan bagi Brendan Rodgers dan Steven Gerrard. Kekalahan 1-6 saat bertandang ke Stoke City, Minggu (24/5), membuat posisi sang pelatih semakin tersudut.
Gerrard semula berharap dapat merayakan pesta perpisahan dengan sukacita. Dia ingin Liverpool meraih kemenangan sekaligus meraih tiket otomatis Liga Europa. Sialnya, harapan itu batal terpenuhi. Gelandang yang selanjutnya akan membela LA Galaxy tersebut justru harus mengalami mimpi buruk yang mungkin akan dikenang selamanya.
Turun sejak awal di Britannia Stadium, sang kapten dipaksa melihat Liverpool tertinggal 0-5 sebelum turun minum. Stevie G sempat membuat Liverpudlian tersenyum dengan menaklukkan kiper Asmir Begovic pada menit ke-70. Namun, itu sia-sia lantaran Peter Crouch menambah keunggulan tuan rumah jelang bubaran. Kekalahan itu membuat klub Merseyside tersebut gagal mendapat tiket otomatis Liga Europa.
Liverpool harus puas terdampar di peringkat 6 dengan 62 angka. Posisi mereka direbut Tottenham Hotspur. Ini penurunan signifikan mengingat pada edisi 2013/2014 mereka mampu menjadi runner-up dengan selisih dua angka dari Manchester City yang jadi jawara kala itu. Produktivitas Liverpool pun ikut anjlok musim ini.
Entah akibat perginya Luis Suarez ke Barcelona, The Reds hanya sanggup mendulang 52 gol di kompetisi domestik, jauh berkurang dari torehan 101 gol pada musim sebelumnya. Hasil negatif ini tercatat pula sebagai salah satu kekalahan terbesar sepanjang sejarah Liverpool, hampir mengulang kekalahan 0-6 dari Sunderland pada 19 April 1930.
Ini lebih parah ketika ditumbangkan Arsenal 3- 6 di Piala Liga pada 9 Januari 2007. Ini jelas membuat pesta perpisahan Gerrard berubah menjadi bencana. Rodgers pun turut menderita akibat catatan memalukan itu. Namanya kini jadi cibiran fans yang kecewa atas kinerjanya. Banyak yang memintanya mundur meski kontraknya baru habis pada 30 Juni 2018. Arsitek berusia 42 tahun itu tidak lagi dinginkan karena gagal meraih gelar sejak bergabung pada 2012.
“Semua pendukung pantas mendapat permintaan maaf akibat kekalahan ini. Kami terlalu mudah ditaklukkan. Kami seharusnya bisa lebih baik dari itu. Fans berhak marah. Kami tidak bisa mengeluarkan performa terbaik. Babak pertama yang sangat buruk,” ucap Rodgers, dilansir Sky Sport. Kekecewaan dan kekesalan fans terhadap Rodgers begitu terlihat dari teriakan yang dikeluarkan.
Mereka meminta agar Rafael Benitez didatangkan lagi ke Anfield. Itu bisa disimpulkan bahwa Rodgers tidak punya harapan lagi untuk bertahan. Rodgers menyadari posisinya sedang terancam. Dia mengaku pasrah dengan nasibnya. Mantan nakhoda Swansea City itu menyatakan akan menyerahkan semua keputusan kepada pihak manajemen. Jika memang diberhentikan, dia akan menerimanya dengan lapang dada.
“Saya selalu katakan jika pemilik klub ingin saya pergi, saya akan pergi. Tapi, saya masih merasa saya bisa memberikan banyak hal bagi klub ini. Banyak yang terjadi musim ini yang membuat pekerjaan ini semakin sulit,” pungkas Rodgers.
M mirza
Gerrard semula berharap dapat merayakan pesta perpisahan dengan sukacita. Dia ingin Liverpool meraih kemenangan sekaligus meraih tiket otomatis Liga Europa. Sialnya, harapan itu batal terpenuhi. Gelandang yang selanjutnya akan membela LA Galaxy tersebut justru harus mengalami mimpi buruk yang mungkin akan dikenang selamanya.
Turun sejak awal di Britannia Stadium, sang kapten dipaksa melihat Liverpool tertinggal 0-5 sebelum turun minum. Stevie G sempat membuat Liverpudlian tersenyum dengan menaklukkan kiper Asmir Begovic pada menit ke-70. Namun, itu sia-sia lantaran Peter Crouch menambah keunggulan tuan rumah jelang bubaran. Kekalahan itu membuat klub Merseyside tersebut gagal mendapat tiket otomatis Liga Europa.
Liverpool harus puas terdampar di peringkat 6 dengan 62 angka. Posisi mereka direbut Tottenham Hotspur. Ini penurunan signifikan mengingat pada edisi 2013/2014 mereka mampu menjadi runner-up dengan selisih dua angka dari Manchester City yang jadi jawara kala itu. Produktivitas Liverpool pun ikut anjlok musim ini.
Entah akibat perginya Luis Suarez ke Barcelona, The Reds hanya sanggup mendulang 52 gol di kompetisi domestik, jauh berkurang dari torehan 101 gol pada musim sebelumnya. Hasil negatif ini tercatat pula sebagai salah satu kekalahan terbesar sepanjang sejarah Liverpool, hampir mengulang kekalahan 0-6 dari Sunderland pada 19 April 1930.
Ini lebih parah ketika ditumbangkan Arsenal 3- 6 di Piala Liga pada 9 Januari 2007. Ini jelas membuat pesta perpisahan Gerrard berubah menjadi bencana. Rodgers pun turut menderita akibat catatan memalukan itu. Namanya kini jadi cibiran fans yang kecewa atas kinerjanya. Banyak yang memintanya mundur meski kontraknya baru habis pada 30 Juni 2018. Arsitek berusia 42 tahun itu tidak lagi dinginkan karena gagal meraih gelar sejak bergabung pada 2012.
“Semua pendukung pantas mendapat permintaan maaf akibat kekalahan ini. Kami terlalu mudah ditaklukkan. Kami seharusnya bisa lebih baik dari itu. Fans berhak marah. Kami tidak bisa mengeluarkan performa terbaik. Babak pertama yang sangat buruk,” ucap Rodgers, dilansir Sky Sport. Kekecewaan dan kekesalan fans terhadap Rodgers begitu terlihat dari teriakan yang dikeluarkan.
Mereka meminta agar Rafael Benitez didatangkan lagi ke Anfield. Itu bisa disimpulkan bahwa Rodgers tidak punya harapan lagi untuk bertahan. Rodgers menyadari posisinya sedang terancam. Dia mengaku pasrah dengan nasibnya. Mantan nakhoda Swansea City itu menyatakan akan menyerahkan semua keputusan kepada pihak manajemen. Jika memang diberhentikan, dia akan menerimanya dengan lapang dada.
“Saya selalu katakan jika pemilik klub ingin saya pergi, saya akan pergi. Tapi, saya masih merasa saya bisa memberikan banyak hal bagi klub ini. Banyak yang terjadi musim ini yang membuat pekerjaan ini semakin sulit,” pungkas Rodgers.
M mirza
(bbg)