Awas! Kisruh Sepak Bola Bisa Lunturkan Nasionalisme Warga Papua
A
A
A
JAKARTA - Pengurus Persipura Jayapura meminta pemerintah mengesampingkan ego dan mengedepankan semangat nasionalisme dalam membenahi sepak bola di tanah air. Akibat kisruh antara Kementrian Pemuda dan Olah raga (Kemenpora) dan Persatuan Sepak bola Seluruh Indonesia (PSSI), semangat nasionalisme masyarakat Papua terancam luntur.
Hal itu dipaparkan Sekretaris Klub Persipura Jayapura, Rocky Babena saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI bersama PSSI, di Gedung Nusantara V, Komplek DPR RI Senayan, Jakarta, Rabu (27/5/2015). Rocky berkisah, di tempat kelahirannya di Papua, sepak bola adalah perekat antara masyarakat dan merah putih.
Melalui si kulit bundar, masyarakat Papua percaya mereka menjadi bagian terpenting dalam eksistensi Tim Nasional Indonesia di kancah pergaulan internasional. Rocky pun tidak heran, konflik antara PSSI dan Kemenpora menyandera pertandingan Persipura Jayapura dan Pahang FA Malaysia awal pekan ini berakibat pada lunturnya semangat nasionalisme warga Papua.
"Saya ceritakan, hari ini Feri Pahabol (winger Timnas U-23) memutuskan kembali ke Papua (tidak ikut SEA Games 2015). (Keputusan) Itu bukan kemauan dari Fery atau dari klub. Keputusan itu terpaksa diambil menyusul desakan dari masyarakat sepak bola Papua yang kecewa dengan pemerintah," kata Rocky, dalam RDP bersama Komite III DPD, Rabu (27/5/2015).
Senada dengan yang diutarakan Rocky, Media Officer Persipura Jayapura, Ridwan Bento juga menganggap pemerintah telah gagal memelihara semangat warga Papua. "Bertahun-tahun Persipura tanding, baru kali ini gagal karena ada masalah administrasi yang tidak diurus oleh pemerintah. Saya sebut pemerintah telah gagal memproteksi mimpi Persipura bertanding di AFC. Masyarakat Papua bisa kehilangan kepercayaan ke negara," kata Ridwan.
Mendengar hal tersebut, anggota Komite III DPD yang berasal dari Papua, Pendeta Charles Simaremare mengaku sangat terpukul. Senator yang merepresentasikan warga Papua itu meminta konflik antara PSSI dan Kemenpora jangan sampai lebih jauh menyandera sepak bola nasional, kususnya di Papua. Charles, seperti halnya suara mayoritas DPD di Komite III, mendesak agar Menpora mencabut SK Pembekuan PSSI.
"Saya pikir, kebanggaan masyarakat Papua saat ini adalah sepak bola, jadi saya berharap Menpora mencabut SK Pembekuan, agar Persipura bisa kembali berkiprah baik di kompetisi lokal maupun di level internasional," kata Charles.
Sayangnya, hingga H-2 sebelum FIFA menjatuhkan sanksi terhadap Indonesia, kedua kubu; PSSI dan Kemenpora belum bisa rujuk. PSSI baru saja memenangkan putusan sela di PTUN Jakarta pada Senin (25/5) lalu, sementara Menpora bermaksud merevisi SK Pembekuan.
Hal itu dipaparkan Sekretaris Klub Persipura Jayapura, Rocky Babena saat menghadiri Rapat Dengar Pendapat (RDP) Dewan Perwakilan Daerah (DPD) RI bersama PSSI, di Gedung Nusantara V, Komplek DPR RI Senayan, Jakarta, Rabu (27/5/2015). Rocky berkisah, di tempat kelahirannya di Papua, sepak bola adalah perekat antara masyarakat dan merah putih.
Melalui si kulit bundar, masyarakat Papua percaya mereka menjadi bagian terpenting dalam eksistensi Tim Nasional Indonesia di kancah pergaulan internasional. Rocky pun tidak heran, konflik antara PSSI dan Kemenpora menyandera pertandingan Persipura Jayapura dan Pahang FA Malaysia awal pekan ini berakibat pada lunturnya semangat nasionalisme warga Papua.
"Saya ceritakan, hari ini Feri Pahabol (winger Timnas U-23) memutuskan kembali ke Papua (tidak ikut SEA Games 2015). (Keputusan) Itu bukan kemauan dari Fery atau dari klub. Keputusan itu terpaksa diambil menyusul desakan dari masyarakat sepak bola Papua yang kecewa dengan pemerintah," kata Rocky, dalam RDP bersama Komite III DPD, Rabu (27/5/2015).
Senada dengan yang diutarakan Rocky, Media Officer Persipura Jayapura, Ridwan Bento juga menganggap pemerintah telah gagal memelihara semangat warga Papua. "Bertahun-tahun Persipura tanding, baru kali ini gagal karena ada masalah administrasi yang tidak diurus oleh pemerintah. Saya sebut pemerintah telah gagal memproteksi mimpi Persipura bertanding di AFC. Masyarakat Papua bisa kehilangan kepercayaan ke negara," kata Ridwan.
Mendengar hal tersebut, anggota Komite III DPD yang berasal dari Papua, Pendeta Charles Simaremare mengaku sangat terpukul. Senator yang merepresentasikan warga Papua itu meminta konflik antara PSSI dan Kemenpora jangan sampai lebih jauh menyandera sepak bola nasional, kususnya di Papua. Charles, seperti halnya suara mayoritas DPD di Komite III, mendesak agar Menpora mencabut SK Pembekuan PSSI.
"Saya pikir, kebanggaan masyarakat Papua saat ini adalah sepak bola, jadi saya berharap Menpora mencabut SK Pembekuan, agar Persipura bisa kembali berkiprah baik di kompetisi lokal maupun di level internasional," kata Charles.
Sayangnya, hingga H-2 sebelum FIFA menjatuhkan sanksi terhadap Indonesia, kedua kubu; PSSI dan Kemenpora belum bisa rujuk. PSSI baru saja memenangkan putusan sela di PTUN Jakarta pada Senin (25/5) lalu, sementara Menpora bermaksud merevisi SK Pembekuan.
(bbk)