Beda FIFA dengan Kisruh PSSI, Ini Kata JK
A
A
A
JAKARTA - Wakil Presiden Jusuf Kalla menyesalkan penangkapan pengurus teras FIFA oleh polisi dalam penggerebekan yang dilakukan di sebuah hotel mewah di Swiss, Rabu (27/5/2015). Kalla berharap penangkapan itu bisa menjadi perbaikan bagi dunia sepak bola.
"Tentu kita menyesalkan kejadian itu.Tapi, itu suatu langkah yang baik untuk membawa olahraga sepak bola lebih baik ke depan. Prinsip olahraga itu kan sportif, jujur. Nah, kalau yang mengatur olahraga tidak jujur berarti tidak sportif dalam mengatur. Tindakan keras dalam mengatur olahraga itu bagus untuk ke depan," kata Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Kamis (28/5/2015).
Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini menambahkan, ada perbedaan antara kondisi di FIFA dengan kisruh yang terjadi di sepak bola Indonesia. Menurut pria yang kerap disapa JK itu, dalam kasus FIFA yang bersalah adalah oknum FIFA-nya, sehingga tindakan yang diambil kepolisan adalah menciduk pelakunya. Dengan demikian, organsiasi terus berjalan. Sedangkan di Indonesia, yang dibekukan dalah organisasinya.
"Begini perbedaannya. Jika di FIFA, yang diambil tindakan itu oknum yang bersalah. Bukan FIFA-nya, sehingga organsisasi jalan terus. Sedikit berbeda dengan di Indonesia. Kalau di Indonesia, yang diambil tindakannya PSSI-nya," tegas JK.
Seperti diberitakan sebelumnya, wakil presiden otoritas sepak bola tertinggi dunia (FIFA), Jeffrey Webb ditangkap polisi dalam penggerebekan yang dilakukan di sebuah hotel mewah di Swiss, Rabu (27/5/2015). Dalam penangkapan tersebut, ada delapan orang ofisial lain yang juga ikut ditahan.
Penangkapan Webb terkait kasus penyuapan hak komersial turnamen sepak bola di Amerika dan Amerika Selatan pada tahun 1990 silam. Tidak tanggung-tanggung, Webb yang juga menjabat sebagai presiden CONCACAF ini diduga menerima suap sebesar USD100 juta atau setara Rp1,5 triliun. (Baca juga: FBI Resmi Keluarkan Kartu Merah untuk FIFA)
Hal tersebut disampaikan dalam pernyataan yang diberikan pengadilan Swiss terkait penangkapan sembilan anggota FIFA tersebut. "Pihak keamanan Amerika Serikat menduga mereka menerima suap berjumlah hingga jutaan dolar,'' demikian pernyataan lembaga peradilan Swiss seperti dilansir dailymail.
Hal ini tentunya sangat mencoreng wajah FIFA, karena jelang pemilihan presiden FIFA yang akan berlangsung pada tanggal 29 Mei, santer terdengar kritikan yang diarahkan pada badan sepak bola tertinggi dunia tersebut. Bukan hanya soal pemilihan presiden FIFA yang dianggap penuh dengan sandiwara, namun isu korupsi juga belakangn santer disuarakan oleh sejumlah kalangan. Sembilan nama anggota FIFA yang ditangkap pihak kepolisian adalah Jeffrey Webb, Eugenio Figueredo, Jack Warner, Eduardo Li, Julio Rocha, Costas Takkas, Rafael Esquivel, Jose Maria Marin, dan Nicolas Leoz.
"Tentu kita menyesalkan kejadian itu.Tapi, itu suatu langkah yang baik untuk membawa olahraga sepak bola lebih baik ke depan. Prinsip olahraga itu kan sportif, jujur. Nah, kalau yang mengatur olahraga tidak jujur berarti tidak sportif dalam mengatur. Tindakan keras dalam mengatur olahraga itu bagus untuk ke depan," kata Kalla di Kantor Wapres, Jakarta, Kamis (28/5/2015).
Mantan Ketua Umum Partai Golkar ini menambahkan, ada perbedaan antara kondisi di FIFA dengan kisruh yang terjadi di sepak bola Indonesia. Menurut pria yang kerap disapa JK itu, dalam kasus FIFA yang bersalah adalah oknum FIFA-nya, sehingga tindakan yang diambil kepolisan adalah menciduk pelakunya. Dengan demikian, organsiasi terus berjalan. Sedangkan di Indonesia, yang dibekukan dalah organisasinya.
"Begini perbedaannya. Jika di FIFA, yang diambil tindakan itu oknum yang bersalah. Bukan FIFA-nya, sehingga organsisasi jalan terus. Sedikit berbeda dengan di Indonesia. Kalau di Indonesia, yang diambil tindakannya PSSI-nya," tegas JK.
Seperti diberitakan sebelumnya, wakil presiden otoritas sepak bola tertinggi dunia (FIFA), Jeffrey Webb ditangkap polisi dalam penggerebekan yang dilakukan di sebuah hotel mewah di Swiss, Rabu (27/5/2015). Dalam penangkapan tersebut, ada delapan orang ofisial lain yang juga ikut ditahan.
Penangkapan Webb terkait kasus penyuapan hak komersial turnamen sepak bola di Amerika dan Amerika Selatan pada tahun 1990 silam. Tidak tanggung-tanggung, Webb yang juga menjabat sebagai presiden CONCACAF ini diduga menerima suap sebesar USD100 juta atau setara Rp1,5 triliun. (Baca juga: FBI Resmi Keluarkan Kartu Merah untuk FIFA)
Hal tersebut disampaikan dalam pernyataan yang diberikan pengadilan Swiss terkait penangkapan sembilan anggota FIFA tersebut. "Pihak keamanan Amerika Serikat menduga mereka menerima suap berjumlah hingga jutaan dolar,'' demikian pernyataan lembaga peradilan Swiss seperti dilansir dailymail.
Hal ini tentunya sangat mencoreng wajah FIFA, karena jelang pemilihan presiden FIFA yang akan berlangsung pada tanggal 29 Mei, santer terdengar kritikan yang diarahkan pada badan sepak bola tertinggi dunia tersebut. Bukan hanya soal pemilihan presiden FIFA yang dianggap penuh dengan sandiwara, namun isu korupsi juga belakangn santer disuarakan oleh sejumlah kalangan. Sembilan nama anggota FIFA yang ditangkap pihak kepolisian adalah Jeffrey Webb, Eugenio Figueredo, Jack Warner, Eduardo Li, Julio Rocha, Costas Takkas, Rafael Esquivel, Jose Maria Marin, dan Nicolas Leoz.
(sha)