Pengusaha Jersey dan Aksesori PSM Terancam Gulung Tikar
A
A
A
MAKASSAR - Kisruh Persatuan Sepak Bola Seluruh Indonesia dengan Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) yang berujung sanksi FIFA, tak hanya berdampak pada klub dan pemain sepak bola di tanah air. Efek negatif juga mulai dirasakan sejumlah penjual jersey dan aksesori klub di Makassar, Sulawesi Selatan. Pemilik toko ‘Bengkel Suporter PSM’, yang biasa menjual kostum dan pernak-pernik PSM Makasar nyaris gulung tikar akibat dampak ini.
Bengkel Suporter PSM terlihat tak seperti biasanya. Sebelum terjadi kisruh dan perseteruan Menpora dengan PSSI, tempat usaha penjualan perlengkapan PSM -dari pakaian hingga aksesoris klub- kerap ramai dikunjungi pembeli.
Tak hanya pembeli, fans Juku Eja juga kerap ‘nongkrong’ di toko milik Uki Nugraha atau terkenal dengan nama Dg Uki itu. Memang, toko tersebut juga dijadikan sekretariat atau markas pendukung setia PSM.
Tapi kini, toko yang terletak di Jalan Beruang, Kecamatan Mamajang, Makassar, itu seperti mewakili kemuraman wajah sepak bola nasional yang kehilangan gairah setelah kompetisi terhenti. Pembeli tak ada, dan suporter pun tak lagi berkumpul karena tak ada pertandingan yang melibatkan PSM.
Dg Uki mengakui hidupnya kini kian berat lantaran omset penjualannya menurun hingga 100% dan nyaris gulung tikar akibat kisruh sepak bola nasional yang belum ada tanda-tanda berakhir. Apalagi, dia bersama istri dan kedua anaknya menggantungkan hidup dari penghasilan penjualan jersey dan aksesori.
Menurut Dg Uki, sebelum terjadinya kisruh PSSI dengan Menpora, penghasilannya terbilang cukup untuk menghidup keluarganya. "Setiap hari, saya bisa menjual jersey sebanyak 10 lembar dan puluhan aksesori PSM. Satu potong kostum PSM saya dijual dengan harga Rp60.000 dan aksesori mulai Rp3.000 hingga Rp120.000. Itu cukup untuk menghidupi keluarga," katanya.
Dg Uki berharap Presiden Joko Widodo dan Menpora lebih cepat mencari solusi terhadap kisruh ini agar permasalahan sepak bola di Indonesia tidak berlangsung lama. Apalagi terkaitnya kisruh sepak bola Indonesia berakhir dengan dijatuhkannya sanksi oleh FIFA.
Sanksi FIFA membuat Indonesia kian terisolasi dari ingar bingar sepak bola Internasional, sehingga euforia sepak bola kian tenggelam. Dengan demikian, mau tak mau DG Uki harus berusaha keras untuk menafkahi keluarganya dengan mencari alternatif pekerjaan yang belum tentu juga dia dapatkan.
Bengkel Suporter PSM terlihat tak seperti biasanya. Sebelum terjadi kisruh dan perseteruan Menpora dengan PSSI, tempat usaha penjualan perlengkapan PSM -dari pakaian hingga aksesoris klub- kerap ramai dikunjungi pembeli.
Tak hanya pembeli, fans Juku Eja juga kerap ‘nongkrong’ di toko milik Uki Nugraha atau terkenal dengan nama Dg Uki itu. Memang, toko tersebut juga dijadikan sekretariat atau markas pendukung setia PSM.
Tapi kini, toko yang terletak di Jalan Beruang, Kecamatan Mamajang, Makassar, itu seperti mewakili kemuraman wajah sepak bola nasional yang kehilangan gairah setelah kompetisi terhenti. Pembeli tak ada, dan suporter pun tak lagi berkumpul karena tak ada pertandingan yang melibatkan PSM.
Dg Uki mengakui hidupnya kini kian berat lantaran omset penjualannya menurun hingga 100% dan nyaris gulung tikar akibat kisruh sepak bola nasional yang belum ada tanda-tanda berakhir. Apalagi, dia bersama istri dan kedua anaknya menggantungkan hidup dari penghasilan penjualan jersey dan aksesori.
Menurut Dg Uki, sebelum terjadinya kisruh PSSI dengan Menpora, penghasilannya terbilang cukup untuk menghidup keluarganya. "Setiap hari, saya bisa menjual jersey sebanyak 10 lembar dan puluhan aksesori PSM. Satu potong kostum PSM saya dijual dengan harga Rp60.000 dan aksesori mulai Rp3.000 hingga Rp120.000. Itu cukup untuk menghidupi keluarga," katanya.
Dg Uki berharap Presiden Joko Widodo dan Menpora lebih cepat mencari solusi terhadap kisruh ini agar permasalahan sepak bola di Indonesia tidak berlangsung lama. Apalagi terkaitnya kisruh sepak bola Indonesia berakhir dengan dijatuhkannya sanksi oleh FIFA.
Sanksi FIFA membuat Indonesia kian terisolasi dari ingar bingar sepak bola Internasional, sehingga euforia sepak bola kian tenggelam. Dengan demikian, mau tak mau DG Uki harus berusaha keras untuk menafkahi keluarganya dengan mencari alternatif pekerjaan yang belum tentu juga dia dapatkan.
(sha)