Empat Kunci Barcelona Bisa Juara
A
A
A
BERLIN - Barcelona sukses mencatatkan namanya dalam buku sejarah sepak bola dunia sebagai tim pertama yang mampu meraih treble winners atau tiga gelar dalam satu musim sebanyak dua kali. Kemenangan atas Juventus dengan skor 3-1 di final Liga Champions 2015, Minggu (7/5/2015) dinihari WIB membuat tim asal Spanyol meraih rekor fantastis tersebut.
Gol Ivan Rakitic di menit keempat, Luis Suarez menit ke-68 dan Neymar di masa injury time membuat satu gol Juventus yang dilesakkan Alvaro Morata seolah tak berarti di Olympiastadion, Berlin, Jerman. Mendominasi sejak awal pertandingan, Blaugrana yang jadi favorit sebelum pertandingan sukses memenuhi ekspektasi banyak pendukungnya untuk menciptakan sejarah.
Namun, ada beberapa faktor non-teknis yang dinilai jadi faktor utama keberhasilan Barcelona mengawinkan trofi Si Kuping Besar dengan trofi Liga Spanyol dan Piala Raja. Laman berita Watoday membeberkan empat alasan mengapa Lionel Messi dkk pantas menyandang predikat penguasa Eropa musim ini yang akan dirangkum Sindonews.
1. Kebangkitan Luis Suarez
Di awal kedatangan mantan striker Liverpool ke Camp Nou sempat membuat banyak pihak sedikit khawatir. Maklum, kondisi Suarez saat itu sedang menjalani hukuman larangan bertanding dari FIFA akibat insiden gigitannya pada Giorgio Chiellini di Piala Dunia 2014. Hal itu pun terbukti dengan penampilannya yang menurun di beberapa laga awalnya berseragam Barcelona.
Namun titik balik terjadi pada Suarez ketika menjelma jadi pahlawan kemenangan atas Manchester City di babak 16 besar Liga Champions. Setelah laga tersebut, Suarez bersama Messi dan Neymar makin klop di lini depan Barcelona hingga menghasilkan 122 gol dalam satu musim, mengalahkan rekor gol milik trio Real Madrid; Cristiano Ronaldo, Karim Benzema dan Gonzalo Higuain yang sempat mencetak 118 gol dalam satu musim.
Kegemilangan trio penyerang Barcelona menghadirkan rentetan kemenangan hingga akhirnya menyumbang gelar. Treble Winners kedua Barcelona pun jadi buktinya.
2. Tak Lagi Mendewakan Messi
Di awal musim, kunci permainan Barcelona diprediksi bakal bermuara pada sosok Messi. Pemain bernomor 10 itu memang jadi tulang punggung utama kedigdayaan Blaugrana dalam beberapa musim terakhir. Namun semuanya berubah musim ini.
Kedatangan Luis Enrique membuat perubahan besar di tubuh Barcelona, termasuk dengan peran Messi. Meski jadi pemain yang tak tergantikan di setiap pertandingan, tugasnya mengancam lini pertahanan lawan sedikit berkurang. Messi justru lebih bersinergi ketika menyodorkan bola kepada Suarez atau Neymar untuk mencetak gol.
Buktinya, gol ketiga Barcelona ke gawang Juventus adalah buktinya. Messi yang memiliki peluang mencetak gol, justru lebih memilih mengumpan pada Pedro yang kemudian diteruskan pada Neymar untuk mengunci kemenangan timnya.
3. Kesialan Gianluigi Buffon
Dalam laga final, sosok Buffon sempat mendapat sorotan sebab jadi pemain yang belum pernah merasakan trofi Liga Champions sepanjang kariernya. Meski banyak pemain yang merasakan hal serupa, karisma pemain berusia 37 tahun itu sedikit dipertanyakan mengingat trofi sekelas Piala Dunia saja sudah ia angkat.
Buffon yang pernah gagal di final Liga Champions 2003, mendapat kesempatan lagi untuk meraih trofi Liga Champions pertamanya. Sayang, penampilan magisnya yang sangat ditunggu justru belum keluar secara total.
Gol pertama Barcelona yang dicetak Rakitic tercipta akibat ketidaksiapan Buffon mengantisipasi sepakan gelandang asal Republik Ceko tersebut.. Begitupun gol kedua yang berawal dari tidak sempurna tangkapannya dalam mengantisipasi sepakan Messi. Bola yang lepas dari penguasaan Buffon disamber Suarez untuk membawa Barcelona kembali unggul jadi 2-1.
4. Kedatangan Ivan Rakitic, Pewaris Gelandang Termahsyur Barcelona
Penjualan Cesc Fabregas ke Chelsea sempat disesalkan banyak pihak mengingat belum adanya pengganti yang pas untuk Xavi Hernandez atau Andres Iniesta. Namun dengan kepercayaan diri tinggi, Enrique justru memboyong Rakitic dari Sevilla.
Pemain yang membawa Sevilla juara Liga Europa musim lalu, ternyata sukses membawa perubahan besar dalam skema permainan Barcelona. Bahkan Rakitic langsung menyingkirkan seniornya Xavi yang selalu jadi ruh permainan.
Bukti nyata pun diberikan Rakitic dengan menyumbang tiga trofi di musim pertamanya bersama Barcelona. Satu hal lagi, pemain berusia 27 tahun itupun secara resmi dalam jajaran pewaris nomor empat yang keramat, yang sempat dipakai gelandang termahsyur Barcelona seperti Pep Guardiola, Patric Anderson, Rafael Marquez dan Cesc Fabregas.
Gol Ivan Rakitic di menit keempat, Luis Suarez menit ke-68 dan Neymar di masa injury time membuat satu gol Juventus yang dilesakkan Alvaro Morata seolah tak berarti di Olympiastadion, Berlin, Jerman. Mendominasi sejak awal pertandingan, Blaugrana yang jadi favorit sebelum pertandingan sukses memenuhi ekspektasi banyak pendukungnya untuk menciptakan sejarah.
Namun, ada beberapa faktor non-teknis yang dinilai jadi faktor utama keberhasilan Barcelona mengawinkan trofi Si Kuping Besar dengan trofi Liga Spanyol dan Piala Raja. Laman berita Watoday membeberkan empat alasan mengapa Lionel Messi dkk pantas menyandang predikat penguasa Eropa musim ini yang akan dirangkum Sindonews.
1. Kebangkitan Luis Suarez
Di awal kedatangan mantan striker Liverpool ke Camp Nou sempat membuat banyak pihak sedikit khawatir. Maklum, kondisi Suarez saat itu sedang menjalani hukuman larangan bertanding dari FIFA akibat insiden gigitannya pada Giorgio Chiellini di Piala Dunia 2014. Hal itu pun terbukti dengan penampilannya yang menurun di beberapa laga awalnya berseragam Barcelona.
Namun titik balik terjadi pada Suarez ketika menjelma jadi pahlawan kemenangan atas Manchester City di babak 16 besar Liga Champions. Setelah laga tersebut, Suarez bersama Messi dan Neymar makin klop di lini depan Barcelona hingga menghasilkan 122 gol dalam satu musim, mengalahkan rekor gol milik trio Real Madrid; Cristiano Ronaldo, Karim Benzema dan Gonzalo Higuain yang sempat mencetak 118 gol dalam satu musim.
Kegemilangan trio penyerang Barcelona menghadirkan rentetan kemenangan hingga akhirnya menyumbang gelar. Treble Winners kedua Barcelona pun jadi buktinya.
2. Tak Lagi Mendewakan Messi
Di awal musim, kunci permainan Barcelona diprediksi bakal bermuara pada sosok Messi. Pemain bernomor 10 itu memang jadi tulang punggung utama kedigdayaan Blaugrana dalam beberapa musim terakhir. Namun semuanya berubah musim ini.
Kedatangan Luis Enrique membuat perubahan besar di tubuh Barcelona, termasuk dengan peran Messi. Meski jadi pemain yang tak tergantikan di setiap pertandingan, tugasnya mengancam lini pertahanan lawan sedikit berkurang. Messi justru lebih bersinergi ketika menyodorkan bola kepada Suarez atau Neymar untuk mencetak gol.
Buktinya, gol ketiga Barcelona ke gawang Juventus adalah buktinya. Messi yang memiliki peluang mencetak gol, justru lebih memilih mengumpan pada Pedro yang kemudian diteruskan pada Neymar untuk mengunci kemenangan timnya.
3. Kesialan Gianluigi Buffon
Dalam laga final, sosok Buffon sempat mendapat sorotan sebab jadi pemain yang belum pernah merasakan trofi Liga Champions sepanjang kariernya. Meski banyak pemain yang merasakan hal serupa, karisma pemain berusia 37 tahun itu sedikit dipertanyakan mengingat trofi sekelas Piala Dunia saja sudah ia angkat.
Buffon yang pernah gagal di final Liga Champions 2003, mendapat kesempatan lagi untuk meraih trofi Liga Champions pertamanya. Sayang, penampilan magisnya yang sangat ditunggu justru belum keluar secara total.
Gol pertama Barcelona yang dicetak Rakitic tercipta akibat ketidaksiapan Buffon mengantisipasi sepakan gelandang asal Republik Ceko tersebut.. Begitupun gol kedua yang berawal dari tidak sempurna tangkapannya dalam mengantisipasi sepakan Messi. Bola yang lepas dari penguasaan Buffon disamber Suarez untuk membawa Barcelona kembali unggul jadi 2-1.
4. Kedatangan Ivan Rakitic, Pewaris Gelandang Termahsyur Barcelona
Penjualan Cesc Fabregas ke Chelsea sempat disesalkan banyak pihak mengingat belum adanya pengganti yang pas untuk Xavi Hernandez atau Andres Iniesta. Namun dengan kepercayaan diri tinggi, Enrique justru memboyong Rakitic dari Sevilla.
Pemain yang membawa Sevilla juara Liga Europa musim lalu, ternyata sukses membawa perubahan besar dalam skema permainan Barcelona. Bahkan Rakitic langsung menyingkirkan seniornya Xavi yang selalu jadi ruh permainan.
Bukti nyata pun diberikan Rakitic dengan menyumbang tiga trofi di musim pertamanya bersama Barcelona. Satu hal lagi, pemain berusia 27 tahun itupun secara resmi dalam jajaran pewaris nomor empat yang keramat, yang sempat dipakai gelandang termahsyur Barcelona seperti Pep Guardiola, Patric Anderson, Rafael Marquez dan Cesc Fabregas.
(bbk)