Prancis Takluk
A
A
A
ELBASAN - Pelatih Tim Nasional Prancis Didier Deschamps meradang setelah pasukannya kembali takluk di laga uji coba. Tuan rumah Piala Eropa 2016 tersebut dipermalukan Albania 0-1 di Elbasan Arena, Elbasan, dini hari kemarin.
Kandasnya Prancis di markas Albania melalui gol Ergys Kace pada menit ke-43 menjadi kekalahan kedua secara beruntun dalam dua uji coba terakhir. Sebelumnya Oliver Giroud dkk dipaksa bertekuk lutut oleh Belgia. Di saksikan 70.000 pasang mata yang memadati Stade de France, Paris, Senin (8/6), Giroud dkk menyerah 3-4.
“Saya terganggu dan kecewa. Tapi, saya harus bertanggung jawab dengan kekalahan ini. Saya yang memilih pemain dan formasi. Saya membutuhkan waktu untuk menganalisis laga ini. Tapi, harus diakui, ini adalah periode yang sangat tidak menyenangkan bagi tim kami,” ujar pelatih yang jadi bagian sukses Prancis menjuarai Piala Dunia 1998 tersebut.
Deschamps memang pantas kecewa dengan hasil minor timnya. Karena, sebagai pelatih, pria kelahiran Bayonne, Prancis, itu diberikan beban berat kembali mengangkat prestasi Les Bleus yang mulai terkubur sejak dikalahkan Italia pada partai final Piala Dunia 2006 Jerman. “Ketika melawan Belgia, kami menghadapi lawan yang memang superior. Sementara Albania adalah lawan yang punya determinasi tinggi,” kata Deschamps.
Habisnya era Zinedine Zidane, Patrick Vieira, dan Thierry Henry di skuad Prancis nyatanya masih belum mampu dibangun kembali. Memori Prancis mengawinkan gelar juara Piala Dunia 1998 dengan Piala Eropa 2000 seolah jadi cerita manis yang sampai saat ini belum mampu terulang. Di ajang Piala Dunia, pada pergelaran 2010 dan 2014, laju Prancis hanya sampai putaran grup dan perempat final.
Adapun di Piala Eropa, setelah juara pada tahun 2000, catatan Prancis pada gelaran selanjutnya hanya berada di tingkat perempat final (2004 dan 2012), dan satunya lagi malah tidak lolos dari fase grup (2008). Beban itulah yang membuat Deschamps harus berpikir keras mengembalikan performa Prancis sebagai salah satu tim yang ditakuti di Benua Biru dan dunia.
Apalagi, di ajang Piala Eropa 2016, negara yang sudah mengantongi dua gelar Piala Eropa tersebut bertindak sebagai tim tuan rumah. “Kami tidak punya rasa lapar akan kemenangan dan ini tidak bisa kami terima. Saya tidak ingin menyalahkan pemain. Tapi, kami seperti belum memiliki kesiapan mental untuk berlaga di level atau tingkatan tertinggi,” sebut Deschamps, yang sempat menukangi AS Monaco, Juventus, dan Olympique Marseille.
Tidak hanya sang pelatih, nada kekecewaan juga disampaikan salah satu pemain senior yang masih tersisa di skuad Prancis, yakni Patrice Evra. Bek sayap berusia 34 tahun yang kini berseragam Juventus itu menyatakan penampilan para punggawa Les Bleus saat dibungkam Albania seolah menunjukkan buruknya semangat juang tim dalam meraih kemenangan.
“Kami tidak aktif sama sekali. Sangat terlambat jika kami bermain seperti itu dalam sepak bola modern seperti saat ini. Kami harus menyadari betapa beruntungnya kami bisa berada di timnas Prancis,” kata Evra, yang seolah ingin membangkitkan rasa bangga para pemain saat mengenakan jersey kebesaran Les Bleus .
Decky irawan jasri
Kandasnya Prancis di markas Albania melalui gol Ergys Kace pada menit ke-43 menjadi kekalahan kedua secara beruntun dalam dua uji coba terakhir. Sebelumnya Oliver Giroud dkk dipaksa bertekuk lutut oleh Belgia. Di saksikan 70.000 pasang mata yang memadati Stade de France, Paris, Senin (8/6), Giroud dkk menyerah 3-4.
“Saya terganggu dan kecewa. Tapi, saya harus bertanggung jawab dengan kekalahan ini. Saya yang memilih pemain dan formasi. Saya membutuhkan waktu untuk menganalisis laga ini. Tapi, harus diakui, ini adalah periode yang sangat tidak menyenangkan bagi tim kami,” ujar pelatih yang jadi bagian sukses Prancis menjuarai Piala Dunia 1998 tersebut.
Deschamps memang pantas kecewa dengan hasil minor timnya. Karena, sebagai pelatih, pria kelahiran Bayonne, Prancis, itu diberikan beban berat kembali mengangkat prestasi Les Bleus yang mulai terkubur sejak dikalahkan Italia pada partai final Piala Dunia 2006 Jerman. “Ketika melawan Belgia, kami menghadapi lawan yang memang superior. Sementara Albania adalah lawan yang punya determinasi tinggi,” kata Deschamps.
Habisnya era Zinedine Zidane, Patrick Vieira, dan Thierry Henry di skuad Prancis nyatanya masih belum mampu dibangun kembali. Memori Prancis mengawinkan gelar juara Piala Dunia 1998 dengan Piala Eropa 2000 seolah jadi cerita manis yang sampai saat ini belum mampu terulang. Di ajang Piala Dunia, pada pergelaran 2010 dan 2014, laju Prancis hanya sampai putaran grup dan perempat final.
Adapun di Piala Eropa, setelah juara pada tahun 2000, catatan Prancis pada gelaran selanjutnya hanya berada di tingkat perempat final (2004 dan 2012), dan satunya lagi malah tidak lolos dari fase grup (2008). Beban itulah yang membuat Deschamps harus berpikir keras mengembalikan performa Prancis sebagai salah satu tim yang ditakuti di Benua Biru dan dunia.
Apalagi, di ajang Piala Eropa 2016, negara yang sudah mengantongi dua gelar Piala Eropa tersebut bertindak sebagai tim tuan rumah. “Kami tidak punya rasa lapar akan kemenangan dan ini tidak bisa kami terima. Saya tidak ingin menyalahkan pemain. Tapi, kami seperti belum memiliki kesiapan mental untuk berlaga di level atau tingkatan tertinggi,” sebut Deschamps, yang sempat menukangi AS Monaco, Juventus, dan Olympique Marseille.
Tidak hanya sang pelatih, nada kekecewaan juga disampaikan salah satu pemain senior yang masih tersisa di skuad Prancis, yakni Patrice Evra. Bek sayap berusia 34 tahun yang kini berseragam Juventus itu menyatakan penampilan para punggawa Les Bleus saat dibungkam Albania seolah menunjukkan buruknya semangat juang tim dalam meraih kemenangan.
“Kami tidak aktif sama sekali. Sangat terlambat jika kami bermain seperti itu dalam sepak bola modern seperti saat ini. Kami harus menyadari betapa beruntungnya kami bisa berada di timnas Prancis,” kata Evra, yang seolah ingin membangkitkan rasa bangga para pemain saat mengenakan jersey kebesaran Les Bleus .
Decky irawan jasri
(ftr)