Pengaturan Skor Sepak Bola Indonesia Kian Terkuak
A
A
A
JAKARTA - Mantan pelatih Persidafon Dafonsoro, Agus Yuwono mengaku pernah didatangi orang suruhan mafia sepak bola. Pada 2012 lalu, Agus diminta agar timnya mengalah dari Persiwa Wamena.
Sebagai imbalannya, Agus ditawari uang Rp 150 juta. Tawaran itu datang sehari sebelum pertandingan.
"Saya ditawarin uang Rp 150 juta agar menyerah dengan skor 3 -0 atau 3-1," ucap Agus saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Sebagai pelatih, Agus dengan tegas menolak permintaan itu. Namun sayangnya pelaku tidak menyerah. Di hari pertandingan, pelaku menawarkan tambahan uang sebesar Rp 50 juta. Namun menurut pengakuannya, ia tetap tak mau menerima uang tersebut.
Selama melatih, Agus mengaku telah tiga kali berhadapan dengan orang suruhan mafia sepak bola. Dua tawaran terakhir datang ketika ia melatih Persegres Gresik di musim 2013-2014. Ia menceritakan saat Persegres akan berhadapan dengan Persik Kediri, datang orang asing yang memintanya bermain imbang.
Agus pun disodori uang sebesar Rp 200 juta. "Saya tetap menolak, tapi laga berakhir imbang sesuai keinginan bandar," kata Agus.
Hal yang sama terjadi juga ketika timnya bentrok dengan Barito Putra. "Karena saya selalu menolak, saya dimaki oleh banyak orang," kata Agus.
Mengalami tiga peristiwa itu, Agus pun sadar bahwa ada pengaturan skor di kompetisi Indonesia. Ia berharap dengan membagi pengalamannya ke masyarakat, kasus pengaturan skor bisa diusut dan dituntaskan. (Baca juga: BS Tokoh di Belakang Dugaan Pengaturan Skor Timnas U-23)
Sebagai imbalannya, Agus ditawari uang Rp 150 juta. Tawaran itu datang sehari sebelum pertandingan.
"Saya ditawarin uang Rp 150 juta agar menyerah dengan skor 3 -0 atau 3-1," ucap Agus saat jumpa pers di Jakarta, Rabu (17/6/2015).
Sebagai pelatih, Agus dengan tegas menolak permintaan itu. Namun sayangnya pelaku tidak menyerah. Di hari pertandingan, pelaku menawarkan tambahan uang sebesar Rp 50 juta. Namun menurut pengakuannya, ia tetap tak mau menerima uang tersebut.
Selama melatih, Agus mengaku telah tiga kali berhadapan dengan orang suruhan mafia sepak bola. Dua tawaran terakhir datang ketika ia melatih Persegres Gresik di musim 2013-2014. Ia menceritakan saat Persegres akan berhadapan dengan Persik Kediri, datang orang asing yang memintanya bermain imbang.
Agus pun disodori uang sebesar Rp 200 juta. "Saya tetap menolak, tapi laga berakhir imbang sesuai keinginan bandar," kata Agus.
Hal yang sama terjadi juga ketika timnya bentrok dengan Barito Putra. "Karena saya selalu menolak, saya dimaki oleh banyak orang," kata Agus.
Mengalami tiga peristiwa itu, Agus pun sadar bahwa ada pengaturan skor di kompetisi Indonesia. Ia berharap dengan membagi pengalamannya ke masyarakat, kasus pengaturan skor bisa diusut dan dituntaskan. (Baca juga: BS Tokoh di Belakang Dugaan Pengaturan Skor Timnas U-23)
(bep)