Mimpi Buruk Menghantui La Celeste
A
A
A
LA SERENA - Kenangan pahit 1997 mengiringi persiapan Uruguay menghadapi Paraguay pada laga penutup Grup B Copa America di Estadio La Portada dini hari nanti.
Mereka tidak mau kembali menjadi juara bertahan yang sudah tersisih sejak fase grup. La Celeste berpeluang pulang lebih cepat karena rawannya posisi. Baru mengoleksi tiga poin di dua laga, pasukan Oscar Tabarez berada di belakang Argentina dan Paraguay yang mengantongi tiket otomatis.
Uruguay akan tersisih jika tumbang pada pertandingan nanti dan penghuni peringkat 3 grup lain memetik hasil baik di laga penutup masing-masing. Mereka saat ini sedang memuncaki klasemen antarpenghuni peringkat tiga grup, dengan dua tim teratas ikut melaju ke perempat final. Namun, situasi dapat berubah kalau Meksiko (Grup A) serta Brasil, Peru, Venezuela, Kolombia (keempatnya Grup C) meraih poin tambahan.
Edinson Cavani dkk pasti menghindari skenario tersebut karena senior mereka pernah merasakannya. Berstatus raja Amerika Selatan 1995, Uruguay justru terpuruk pada edisi berikutnya dua tahun kemudian. Mereka di luar dugaan hanya menempati urutan 3 pada grup yang berisi Bolivia, Peru, dan Venezuela.
Peruntungan Uruguay juga tidak membaik pada rivalitas jalur alternatif menuju babak 8 besar. Mereka kalah bersaing melawan Paraguay dan Kolombia yang mengantongi angka dan produktivitas gol lebih baik di grup berbeda. Tabarez tentu bakal memastikan agar pengalaman tidak mengenakkan itu tidak terulang.
Masalahnya, permainan anak asuhnya selama kompetisi tahun ini tergolong buruk. Absennya Luis Suarez begitu terasa. Edinson Cavani yang diharapkan mengisi lubang yang ditinggalkan justru belum mencetak gol. Di lain pihak, Paraguay menunjukkan kapasitas mengejutkan.
Kebangkitan untuk mengatasi ketertinggalan dua gol demi menahan Argentina membuktikan kualitas Nelson Valdez dkk. ”Kepercayaan diri kami meningkat seiring berjalannya kompetisi. Kami sadar punya kemampuan mencapai sesuatu,” tandas Pelatih Paraguay Ramon Diaz.
Harley ikhsan
Mereka tidak mau kembali menjadi juara bertahan yang sudah tersisih sejak fase grup. La Celeste berpeluang pulang lebih cepat karena rawannya posisi. Baru mengoleksi tiga poin di dua laga, pasukan Oscar Tabarez berada di belakang Argentina dan Paraguay yang mengantongi tiket otomatis.
Uruguay akan tersisih jika tumbang pada pertandingan nanti dan penghuni peringkat 3 grup lain memetik hasil baik di laga penutup masing-masing. Mereka saat ini sedang memuncaki klasemen antarpenghuni peringkat tiga grup, dengan dua tim teratas ikut melaju ke perempat final. Namun, situasi dapat berubah kalau Meksiko (Grup A) serta Brasil, Peru, Venezuela, Kolombia (keempatnya Grup C) meraih poin tambahan.
Edinson Cavani dkk pasti menghindari skenario tersebut karena senior mereka pernah merasakannya. Berstatus raja Amerika Selatan 1995, Uruguay justru terpuruk pada edisi berikutnya dua tahun kemudian. Mereka di luar dugaan hanya menempati urutan 3 pada grup yang berisi Bolivia, Peru, dan Venezuela.
Peruntungan Uruguay juga tidak membaik pada rivalitas jalur alternatif menuju babak 8 besar. Mereka kalah bersaing melawan Paraguay dan Kolombia yang mengantongi angka dan produktivitas gol lebih baik di grup berbeda. Tabarez tentu bakal memastikan agar pengalaman tidak mengenakkan itu tidak terulang.
Masalahnya, permainan anak asuhnya selama kompetisi tahun ini tergolong buruk. Absennya Luis Suarez begitu terasa. Edinson Cavani yang diharapkan mengisi lubang yang ditinggalkan justru belum mencetak gol. Di lain pihak, Paraguay menunjukkan kapasitas mengejutkan.
Kebangkitan untuk mengatasi ketertinggalan dua gol demi menahan Argentina membuktikan kualitas Nelson Valdez dkk. ”Kepercayaan diri kami meningkat seiring berjalannya kompetisi. Kami sadar punya kemampuan mencapai sesuatu,” tandas Pelatih Paraguay Ramon Diaz.
Harley ikhsan
(ftr)