Chile, Sang Jawara yang Kontroversial
A
A
A
SANTIAGO - Chile berhasil mengukir sejarah dengan menyabet gelar Copa America pertamanya seusai mengandaskan perlawanan Argentina 4-1 lewat drama adu penalti di final, Minggu (5/7/2015). Pelampiasan dahaga gelar selama 99 tahun seolah jadi pelipur lara tersendiri di tengah berbagai kontrovesi yang mereka ciptakan sepanjang turnamen kali ini.
Kemenangan Chile ditentukan lewat kaki Alexis Sanchez yang sukses mengeksekusi penalti keempat timnya di Stadion Nacional, Santiago. Argentina yang gagal menuntaskan dua kesempatan penalti harus kembali gigit jari dengan memperpanjang catatan tak pernah menang jadi 23 tahun sejak 1992 silam. (Baca Juga: Taklukan Messi cs, Chile Juara Copa America 2015)
Kesuksesan generasi emas Chile yang digawangi Sanchez, Arturo Vidal, Eduardo Vargas, dan Claudio Bravo, sejatinya tak digapai dengan mudah. Perjalanan terjal yang menguras emosi membawa mereka akhirnya menjadi tim yang terbaik di Copa America edisi ke-44.
Perjalanan terjal yang diraih Chile bahkan berawal sejak turnamen belum berlangsung. Saat itu, berhembus kabar yang menyebut terjadi keretakan tim di mana Sanchez dikabarkan berseteru dengan Marcelo Diaz dalam laga persahabatan melawan El Salvador.
Perbedaan pendapat diakui kedua pemain memang sedikit memicu naiknya tensi pertandingan. Beruntung, kisruh tersebut tak mereka bawa hingga perang sesungguhnya berlangsung, di Copa America 2015.
Chile yang mengawali pertandingan Grup A dengan merebut kemenangan 2-0 atas Ekuador, langsung dirundung masalah lain. Gelandang andalannya, Arturo Vidal, diketahui mabuk dan mengalami kecelakaan tunggal selepas melakoni pertandingan kedua melawan Meksiko.
Saat itu, Vidal yang diketahui menenggak alkohol, mengalami kecelakaan hebat hingga mobilnya hancur. Meski sang pemain tak mengalami cedera, kasus tersebut langsung menjadi sorotan publik akibat ulah indisipliner pemain Juventus dianggap mencoreng Chile sebagai tuan rumah turnamen.
Pelatih Jorge Sampaoli pun sedikit berjudi dengan tetap memasukkan nama Vidal dalam pertandingan penentuan Grup A melawan Bolivia. Beruntung, timnya tak terpengaruh dengan insiden tersebut dan tetap melaju ke perempat final berkat kemenangan telak 5-0.
Namun, masalah belum enyah menghantui Chile. Di babak delapan besar melawan Uruguay, La Roja kembali dihantam insiden kontroversial. Bek andalannya, Gonzalo Jara, dijatuhi hukuman oleh CONMEBOL akibat memprovokasi Edinson Cavani. Hal itu sempat jadi perdebatan setelah dalam pertandingan, justru Cavani yang diusir wasit akibat terpancing Jara yang diketahui mencolek bokongnya.
Kejadian tersebut makin berbuntut panjang setelah Jara juga disebut mengejek ayah Cavani. Chile akhirnya kena getahnya setelah sang pemain dihukum tiga pertandingan oleh CONMEBOL yang berarti mesti absen hingga final.
Masalah yang hinggap sejak sebelum turnamen hingga perempat final, akhirnya menjadikan Chile makin matang di sisa turnamen. Mereka bisa mengandaskan Peru 1-0 di semifinal dan melaju ke final menantang favorit juara, Argentina.
Lewat pertandingan yang sengit dan berakhir tanpa gol selama 120 menit, Chile akhirnya memastikan trofi pertamanya setelah menang 4-1. Trofi penuntas dahaga untuk tim paling kontroversial sepanjang turnamen kali ini pun mereka rebut setelah dinanti selama 99 tahun.
Kemenangan Chile ditentukan lewat kaki Alexis Sanchez yang sukses mengeksekusi penalti keempat timnya di Stadion Nacional, Santiago. Argentina yang gagal menuntaskan dua kesempatan penalti harus kembali gigit jari dengan memperpanjang catatan tak pernah menang jadi 23 tahun sejak 1992 silam. (Baca Juga: Taklukan Messi cs, Chile Juara Copa America 2015)
Kesuksesan generasi emas Chile yang digawangi Sanchez, Arturo Vidal, Eduardo Vargas, dan Claudio Bravo, sejatinya tak digapai dengan mudah. Perjalanan terjal yang menguras emosi membawa mereka akhirnya menjadi tim yang terbaik di Copa America edisi ke-44.
Perjalanan terjal yang diraih Chile bahkan berawal sejak turnamen belum berlangsung. Saat itu, berhembus kabar yang menyebut terjadi keretakan tim di mana Sanchez dikabarkan berseteru dengan Marcelo Diaz dalam laga persahabatan melawan El Salvador.
Perbedaan pendapat diakui kedua pemain memang sedikit memicu naiknya tensi pertandingan. Beruntung, kisruh tersebut tak mereka bawa hingga perang sesungguhnya berlangsung, di Copa America 2015.
Chile yang mengawali pertandingan Grup A dengan merebut kemenangan 2-0 atas Ekuador, langsung dirundung masalah lain. Gelandang andalannya, Arturo Vidal, diketahui mabuk dan mengalami kecelakaan tunggal selepas melakoni pertandingan kedua melawan Meksiko.
Saat itu, Vidal yang diketahui menenggak alkohol, mengalami kecelakaan hebat hingga mobilnya hancur. Meski sang pemain tak mengalami cedera, kasus tersebut langsung menjadi sorotan publik akibat ulah indisipliner pemain Juventus dianggap mencoreng Chile sebagai tuan rumah turnamen.
Pelatih Jorge Sampaoli pun sedikit berjudi dengan tetap memasukkan nama Vidal dalam pertandingan penentuan Grup A melawan Bolivia. Beruntung, timnya tak terpengaruh dengan insiden tersebut dan tetap melaju ke perempat final berkat kemenangan telak 5-0.
Namun, masalah belum enyah menghantui Chile. Di babak delapan besar melawan Uruguay, La Roja kembali dihantam insiden kontroversial. Bek andalannya, Gonzalo Jara, dijatuhi hukuman oleh CONMEBOL akibat memprovokasi Edinson Cavani. Hal itu sempat jadi perdebatan setelah dalam pertandingan, justru Cavani yang diusir wasit akibat terpancing Jara yang diketahui mencolek bokongnya.
Kejadian tersebut makin berbuntut panjang setelah Jara juga disebut mengejek ayah Cavani. Chile akhirnya kena getahnya setelah sang pemain dihukum tiga pertandingan oleh CONMEBOL yang berarti mesti absen hingga final.
Masalah yang hinggap sejak sebelum turnamen hingga perempat final, akhirnya menjadikan Chile makin matang di sisa turnamen. Mereka bisa mengandaskan Peru 1-0 di semifinal dan melaju ke final menantang favorit juara, Argentina.
Lewat pertandingan yang sengit dan berakhir tanpa gol selama 120 menit, Chile akhirnya memastikan trofi pertamanya setelah menang 4-1. Trofi penuntas dahaga untuk tim paling kontroversial sepanjang turnamen kali ini pun mereka rebut setelah dinanti selama 99 tahun.
(sha)