PSSI Coret Klub Divisi Utama Jika Ikut Piala Kemerdekaan
A
A
A
SEMARANG - PSSI mengancam mencoret klub Divisi Utama yang memutuskan ikut Piala Kemerdekaan produk Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora). Pasalnya, turnamen tersebut tidak direkomendasi oleh PSSI.
Sesuai aturan dari Undang-undang Keolahragaan, even olahraga harus mendapatkan rekomendasi dari federasi yang menaungi cabang olahraga tersebut. ”Undang-undang Keolahragaan sudah mengatur soal itu. Apalagi dengan statuta FIFA dan PSSI, itu sudah melanggar aturan,''kata Ketua Asprov PSSI Jateng Johar Lin Eng, Selasa (7/7).
Sejumlah klub yang memberanikan diri ambil bagian dari turnamen tersebut di antaranya Persis Solo, PSIS Semarang, Persibangga Purbalingga, dan PSIR Rembang. Sejumlah klub beralasan memutuskan bergabung karena sudah seperti anak ayam kehilangan induknya. Tim ingin agar tetap ada denyut kehidupan dan para pemain tidak menganggur akibat mati surinya kompetisi.
Johar bisa memahami kondisi seperti itu. Tapi manajemen atau pun pengelola klub harus memikirkan dampak jangka panjang sebagai konsekuensi dari keputusan tersebut. ''Kalau pemain nanti tidak ada pemasukan akibat tidak bisa mengikuti kompetisi lagi bagaimana,''tutur Exco PSSI Bidang Kompetisi ini.
Sejauh ini belum ada satu pun klub yang meminta pertimbangan kepada PSSI pusat atau pun berkirim surat ke Asprov PSSI Jateng, sebelum mengikuti Piala Kemerdekaan. Menurut Johar, tahun depan PSSI memiliki kewajiban mengurangi jumlah 50% klub Divisi Utama dari total saat ini sekitar 66 klub.
Jika ada klub yang ikut turnamen bentukan Kemenpora, PSSI tidak akan bersusah payah untuk mengurangi kuota klub yang berkompetisi di kasta kedua ini. ”Kalau dikurangi kan sudah pas, tidak perlu promosi dan degradasi lagi,''paparnya.
''Sudah menjadi kewajiban kami selaku organisasi untuk memberikan sanksi yang sifatnya melekat pada organisasi. Kalau ada anggota yang melanggar, pasti akan disanksi, jadi bukan pengurus yang otoriter, melainkan anggota ini diputuskan oleh organisasi,”terangnya.
Sekretaris Persis Solo Sapto JP berharap PSSI bisa menilai dengan arif dan bijaksana. Sebab, Persis bukan ikut kompetisi tandingan, melainkan turnamen yang semua orang bisa selenggarakan. ”Persis seperti ayam kehilangan induknya. Pemain butuh untuk hidup,” kata Sapto. Hal senada juga disampaikan PSIS Semarang.
CEO PSIS Yoyok Sukawi tidak mau berbicara banyak, saat ditanya terkait ancaman sanksi dari PSSI. ''PSSI kan sekarang sudah tidak ada. Kami ikut turnamen karena keinginan dari suporter,''katanya enteng.
Sesuai aturan dari Undang-undang Keolahragaan, even olahraga harus mendapatkan rekomendasi dari federasi yang menaungi cabang olahraga tersebut. ”Undang-undang Keolahragaan sudah mengatur soal itu. Apalagi dengan statuta FIFA dan PSSI, itu sudah melanggar aturan,''kata Ketua Asprov PSSI Jateng Johar Lin Eng, Selasa (7/7).
Sejumlah klub yang memberanikan diri ambil bagian dari turnamen tersebut di antaranya Persis Solo, PSIS Semarang, Persibangga Purbalingga, dan PSIR Rembang. Sejumlah klub beralasan memutuskan bergabung karena sudah seperti anak ayam kehilangan induknya. Tim ingin agar tetap ada denyut kehidupan dan para pemain tidak menganggur akibat mati surinya kompetisi.
Johar bisa memahami kondisi seperti itu. Tapi manajemen atau pun pengelola klub harus memikirkan dampak jangka panjang sebagai konsekuensi dari keputusan tersebut. ''Kalau pemain nanti tidak ada pemasukan akibat tidak bisa mengikuti kompetisi lagi bagaimana,''tutur Exco PSSI Bidang Kompetisi ini.
Sejauh ini belum ada satu pun klub yang meminta pertimbangan kepada PSSI pusat atau pun berkirim surat ke Asprov PSSI Jateng, sebelum mengikuti Piala Kemerdekaan. Menurut Johar, tahun depan PSSI memiliki kewajiban mengurangi jumlah 50% klub Divisi Utama dari total saat ini sekitar 66 klub.
Jika ada klub yang ikut turnamen bentukan Kemenpora, PSSI tidak akan bersusah payah untuk mengurangi kuota klub yang berkompetisi di kasta kedua ini. ”Kalau dikurangi kan sudah pas, tidak perlu promosi dan degradasi lagi,''paparnya.
''Sudah menjadi kewajiban kami selaku organisasi untuk memberikan sanksi yang sifatnya melekat pada organisasi. Kalau ada anggota yang melanggar, pasti akan disanksi, jadi bukan pengurus yang otoriter, melainkan anggota ini diputuskan oleh organisasi,”terangnya.
Sekretaris Persis Solo Sapto JP berharap PSSI bisa menilai dengan arif dan bijaksana. Sebab, Persis bukan ikut kompetisi tandingan, melainkan turnamen yang semua orang bisa selenggarakan. ”Persis seperti ayam kehilangan induknya. Pemain butuh untuk hidup,” kata Sapto. Hal senada juga disampaikan PSIS Semarang.
CEO PSIS Yoyok Sukawi tidak mau berbicara banyak, saat ditanya terkait ancaman sanksi dari PSSI. ''PSSI kan sekarang sudah tidak ada. Kami ikut turnamen karena keinginan dari suporter,''katanya enteng.
(aww)