Jejak Bintang

Kamis, 23 Juli 2015 - 10:56 WIB
Jejak Bintang
Jejak Bintang
A A A
PARIS - Pemain yang membesarkan reputasi bersama klub Italia menjadi bintang Prancis saat meraih penghargaan. Les Bleus akan berharap sejarah berulang sendirinya ketika melangsungkan Piala Eropa 2016.

Prancis sudah lama absen mencicipi trofi. Kesuksesan terakhir dirasakan di Piala Eropa 2000, pencapaian yang dipetik tidak lama seusai menjuarai Piala Dunia 1998. Sebelum itu Prancis membukukan gelar perdana di Piala Eropa 1984. Sosok sentral mencuat pada prestasi tersebut. Michel Platini merupakan pahlawan Prancis pada 31 tahun silam.

Keberhasilan beruntun 1998–2000 diprakarsai Zinedine Zidane. Terdapat kemiripan kisah Platini dan Zidane dengan salah satu anggota skuad Prancis generasi sekarang. Sosok yang dimaksud tidak lain Paul Pogba. Tidak berkembang di Manchester United karena minim kesempatan bermain, sosok keturunan Guinea tersebut bersinar ketika pindah ke Juventus tahun 2012.

Dalam tiga musim di sana, Pogba membangun karier dan merebut berbagai prestasi. Pogba mempersembahkan takhta Seri A 2012/2013 dan Supercoppa Italiana pada kampanye perdana. Dia lalu membawa La Vecchia Signora kembali berjaya di dua ajang tersebut. Puncaknya sosok berusia 22 tahun itu mempersembahkan mahkota Seri A dan Coppa Italia musim lalu ditambah lolos ke final Liga Champions.

Catatan impresif ini tidak pelak membuat dirinya diburu klub kaya Benua Biru. Kini, Prancis menunggu kontribusi Pogba. Meski gagal bicara banyak di Piala Dunia 2014, pengalaman mengikuti pesta sepak bola termegah di muka bumi itu dipercaya dapat membantu Pogba mewujudkan misi yang ditetapkan Prancis kala dipercaya menggelar Piala Eropa. Target itu adalah menduduki takhta.

“Pogba baru berusia 22 tahun. Tapi, dia sudah meraih banyak hal. Itu bagus. Berarti dia berpeluang meraih lebih banyak lagi di masa depan,” ujar Pelatih Prancis Didier Deschamps, dikutip Soccerway. Seperti Platini dan Zidane, Pogba tentu tidak akan berjuang sendirian.

Platini membentuk kuartet maut lini tengah bersama Luis Fernandez, Alain Giresse, dan Jean Tigana kala mempersembahkan takhta Benua Biru 1984. Joel Bats tampil sigap di bawah mistar dengan Patrick Battiston menggalang pertahanan. Formula serupa kembali hadir belasan tahun kemudian. Deschamps, Robert Pires, dan Emmanuel Petit mempermudah kinerja Zidane mengatur permainan. Poros Fabien Barthez-Laurent Blanc menjadi kunci sukses sektor belakang.

Tahun depan, Pogba bakal menerima pertolongan serupa. Blaise Matuidi dan Moussa Sissoko siap meringankan kerja Pogba. Sementara Hugo Lloris dan Raphael Varane bertanggung jawab di lini pertahanan. “Banyak target yang belum saya penuhi. Salah satunya tentu memenangkan Piala Eropa 2016,” tandas Pogba.

Demi mewujudkan itu, Pogba dkk harus mengatasi ujian penting. Layaknya tuan rumah lainnya, Prancis tidak perlu melakoni putaran kualifikasi. Artinya, kemampuan mereka di ajang sesungguhnya kurang teruji dan berpotensi menimbulkan masalah. Federasi Sepak Bola Prancis (FFF) mencoba mengatasi kondisi ini dan mengatur laga uji coba kontra tim berkualitas.

Pasukan Deschamps telah meladeni Spanyol, Portugal, Brasil, dan Belgia selepas Piala Dunia. FFF turut menjadwalkan partai persahabatan versus Portugal (September 2015), Inggris (November 2015), dan Belanda (Maret 2016) dengan opsi menambah pertandingan lagi. Sayang, penampilan Les Bleusdi sana kurang konsisten.

Mereka bisa menaklukkan Spanyol dan Portugal. Namun, Prancis juga dibekuk Brasil serta Belgia. Penghuni peringkat 9 peringkat FIFA ini turut membukukan hasil mengecewakan berupa ditahan Serbia serta gagal menumbangkan Albania di dua pertemuan (takluk dan imbang).

Deschamps bisa berkilah rapor tersebut tidak berarti banyak. Tapi, catatan ini jelas menimbulkan keresahan publik. Prancis tentu tidak menginginkan itu ketika kompetisi sesungguhnya berlangsung nanti.

Harley ikhsan
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.6385 seconds (0.1#10.140)