Pelaku Sepak Bola Gajah Janji Buka-bukaan di Depan Menpora
A
A
A
SLEMAN - Pemain PSS Sleman yang terlibat kasus sepak bola gajah akan dipertemukan dengan Menpora Imam Nahrawi. Eks pemain PSS Sleman Ridwan Awaludin yang menjadi salah satu sanksi sepak bola gajah mengatakan, informasi yang diterimanya, pertemuan dengan Menpora direncanakan berlangsung minggu ini.
"Pastinya belum ada, hanya saja katanya minggu ini akan ada pertemuan dengan Menpora,"tandasnya usai ikut meramaikan pertandingan Turnamen Piala Danrem 072 Pamungkas Yogyakarta.
Jika pertemuan tersebut bisa terealisasi, Ridwan mengaku siap untuk buka-bukaan secara gamblang. Kronologis pertandingan yang dianggap banyak pihak sebagai pertandingan memalukan tersebut direncanakan Ridwan akan dibeberkan secara gamblang.
Hal tersebut diharapkannya, bisa membantu menyelamatkannya dari sanksi yang saat ini sangat dirasa merugikan posisinya sebagai pemain sepak bola profesional. Sebagai salah satu pihak yang menggantungkan hidup dari sepak bola, Ridwan sangat berharap bisa segera kembali mengembangkan karirnya yang saat ini terhenti. "Harapannya ya bebas dari sanksi, bisa main bola lagi," tambahnya.
Disinggung mengenai mengapa baru saat ini mau membeberkan kronologi di hadapan komisi etik PSSI, Ridwan menyebutkan sejak awal semua pemain sudah membeberkan secara rinci kronologi sebenarnya. Hanya saja, situasi yang ada dianggap tidak menguntungkan pemain sehingga sanksi tetap diterima oleh para pemain.
Selain itu, berbagai upaya untuk menghapuskan sanksi diklaim terus dilakukan semenjak keluarnya hukuman dari PSSI. Hanya saja upaya yang dilakukan tidak pernah bisa dalam bentuk pertemuan langsung. Upaya hukum yang dilakukan hanya melalu surat, dan hingga kemarin belum ada yang bisa memberikan hasil positif bagi karir sepak bola para pemain yang terkena sanksi.
Harapan adanya peninjauan kembali terhadap sanksi larangan bermain di sepak bola profesional seumur hidup juga diungkapkan oleh Ketua KONI DIY GBPH Prabukusumo. Hukuman tersebut dianggap sangat memberatkan bagi pemain, dan bukan sebagai hukuman yang mendidik.
"Kasihan pemain-permain yang masih muda, hukuman ini sangat tidak adil. Saya harapkan ada tinjauan-tinjauan kembali," jelasnya.
Hukuman yang terlalu berat menurut salah satu kerabat Keraton Yogyakarta tersebut, akan mematikan prestasi atlet. Upaya untuk mengasah kemampuan sejak kecil menjadi seperti sia-sia ketika tidak dapat dimanfaatkan dan dirasakan hasilnya saat usia produktif tercapai.
"Mereka juga pasti tidak hanya memikirkan prestasi, tetapi juga menghidupi keluarga. Kalau waktu hukuman cukup lama, bagaimana mereka bisa menafkahi keluarga," pungkasnya.
"Pastinya belum ada, hanya saja katanya minggu ini akan ada pertemuan dengan Menpora,"tandasnya usai ikut meramaikan pertandingan Turnamen Piala Danrem 072 Pamungkas Yogyakarta.
Jika pertemuan tersebut bisa terealisasi, Ridwan mengaku siap untuk buka-bukaan secara gamblang. Kronologis pertandingan yang dianggap banyak pihak sebagai pertandingan memalukan tersebut direncanakan Ridwan akan dibeberkan secara gamblang.
Hal tersebut diharapkannya, bisa membantu menyelamatkannya dari sanksi yang saat ini sangat dirasa merugikan posisinya sebagai pemain sepak bola profesional. Sebagai salah satu pihak yang menggantungkan hidup dari sepak bola, Ridwan sangat berharap bisa segera kembali mengembangkan karirnya yang saat ini terhenti. "Harapannya ya bebas dari sanksi, bisa main bola lagi," tambahnya.
Disinggung mengenai mengapa baru saat ini mau membeberkan kronologi di hadapan komisi etik PSSI, Ridwan menyebutkan sejak awal semua pemain sudah membeberkan secara rinci kronologi sebenarnya. Hanya saja, situasi yang ada dianggap tidak menguntungkan pemain sehingga sanksi tetap diterima oleh para pemain.
Selain itu, berbagai upaya untuk menghapuskan sanksi diklaim terus dilakukan semenjak keluarnya hukuman dari PSSI. Hanya saja upaya yang dilakukan tidak pernah bisa dalam bentuk pertemuan langsung. Upaya hukum yang dilakukan hanya melalu surat, dan hingga kemarin belum ada yang bisa memberikan hasil positif bagi karir sepak bola para pemain yang terkena sanksi.
Harapan adanya peninjauan kembali terhadap sanksi larangan bermain di sepak bola profesional seumur hidup juga diungkapkan oleh Ketua KONI DIY GBPH Prabukusumo. Hukuman tersebut dianggap sangat memberatkan bagi pemain, dan bukan sebagai hukuman yang mendidik.
"Kasihan pemain-permain yang masih muda, hukuman ini sangat tidak adil. Saya harapkan ada tinjauan-tinjauan kembali," jelasnya.
Hukuman yang terlalu berat menurut salah satu kerabat Keraton Yogyakarta tersebut, akan mematikan prestasi atlet. Upaya untuk mengasah kemampuan sejak kecil menjadi seperti sia-sia ketika tidak dapat dimanfaatkan dan dirasakan hasilnya saat usia produktif tercapai.
"Mereka juga pasti tidak hanya memikirkan prestasi, tetapi juga menghidupi keluarga. Kalau waktu hukuman cukup lama, bagaimana mereka bisa menafkahi keluarga," pungkasnya.
(aww)