Perbandingan Pep Guardiola dengan Luis Enrique
A
A
A
BARCELONA - Luis Enrique baru saja mengantarkan Barcelona mengamankan trofi keempat setelah memenangkan laga melawan Sevilla di Piala Super Eropa dengan skor 5-4. Artinya, potensi pelatih La Blaugrana menyamai rekor milik Pep Guardiola dengan enam trofi dalam satu tahun kalender masih terbuka lebar.
Hampir tidak mungkin setiap pelatih mampu meniru prestasi tukang taktik sebelumnya di klub yang tengah ditangani. Namun dalam kasus Barcelona, hal itu justru berbanding terbalik, karena semua orang mulai membandingkan kesuksesan Guardiola dengan Enrique. Pertanyaannya adalah apakah Guardiola tetap pelatih terbaik Barcelona atau Enrique?
Berikut adalah perbandingan Guardiola dengan Enrique dalam menangani Barcelona seperti dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (14/8/2015)
Pep Guardiola
Sebelum Guardiola dan Enrique menangani Barcelona, raksasa Catalan bukan salah satu klub yang disegani, terutama saat ditangani Frank Rijkaard. Pasalnya dalam dua musim 2006/2007 dan 2008/2009, klub yang bermarkas di Camp Nou selalu gagal mengangkat trofi juara mulai dari Liga Spanyol, Liga Champions, dan Copa del Rey.
Singkat kata, di tengah perjalanan Rijkaard akhirnya dipecat sebagai pelatih Barcelona dan Joan Laporta, yang saat itu menjadi presiden klub memutuskan untuk mengangkat Guardiola. Sejak menduduki kursi kepelatihan, tukang taktik berusia 44 tahun itu langsung merombak strategi dan sejumlah nama beken dalam skuat.
Eto'o, Deco, dan Ronaldinho mulai dikesampingkan Guardiola. Padahal ketiga pemain itu tidak pernah kehilangan tempat di bawah pelatih sebelumnya. Pelatih yang saat ini berusia 44 tahun itu memilih membangun skuat barunya dengan mengandalkan Lionel Messi, Andres Iniesta, dan Xavi Hernandez.
Seiring berjalannya waktu Barcelona mulai bersinar melalui trisula mereka yakni Messi-Xavi-Iniesta dan ketiga pemain itu dianggap banyak pihak sebagai penyerang berbahaya di dataran Spanyol maupun Eropa. Di bawah komando Guardiola, Barcelona menikmati masa sukses besar dengan memenangkan 14 gelar termasuk dua gelar Liga Champions, dan tiga mahkota Liga Spanyol selama empat tahun bertugas di Camp Nou. Dia pun membuat presentase kemenangan menjadi 72,47 persen dari 179 kemenangan dan hanya 21 kali kalah di 247 pertandingan.
Luis Enrique
Sepeninggal Guardiola, prestasi Barcelona mulai naik turun di bawah kepelatihan mendiang Tito Vilanola dan kemudian Gerardo Martino. Saat itulah klub mulai memanggil Enrique dan musim pertamanya di tim Catalan hampir sama seperti Guardiola. Sebab ia kesulitan untuk menemukan skema yang pas untuk menempatkan pemainnya.
Sama seperti Guardiola, Enrique tampaknya sungkan untuk mengadopsi gaya kepelatihan sebelumnya. Mantan pelatih AS Roma itu lebih memilih untuk menyusun pemainnya sendiri melalui trio Amerika Selatan (Messi, Neymar, dan Luis Suarez). Namun ia berhasil bangkit dan mengumpulkan sejumlah trofi bahkan treble winner di musim lalu, termasuk Liga Champions di mana mereka menjadi tim pertama untuk memenangkan dua treble winner dalam waktu enam tahun.
Enrique sekarang orang keempat yang memenangkan Piala Super Eropa baik sebagai pemain dan pelatih setelah Guardiola, Carlo Ancelotti, dan Diego Simeone. Melihat statistik kedua pelatih (Guardiola dan Enrique) jelas menunjukkan bahwa angka saat ini lebih condong mendukung Enrique, tetapi angka tidak selalu menceritakan kisah yang sebenarnya.
Perbandingan
Guardiola
62 game, 42 menang, 13 seri, 7 kalah (68%)
Enrique
53 game, 45 menang, 3 seri, dan lima kalah (85%)
Hampir tidak mungkin setiap pelatih mampu meniru prestasi tukang taktik sebelumnya di klub yang tengah ditangani. Namun dalam kasus Barcelona, hal itu justru berbanding terbalik, karena semua orang mulai membandingkan kesuksesan Guardiola dengan Enrique. Pertanyaannya adalah apakah Guardiola tetap pelatih terbaik Barcelona atau Enrique?
Berikut adalah perbandingan Guardiola dengan Enrique dalam menangani Barcelona seperti dirangkum dari berbagai sumber, Jumat (14/8/2015)
Pep Guardiola
Sebelum Guardiola dan Enrique menangani Barcelona, raksasa Catalan bukan salah satu klub yang disegani, terutama saat ditangani Frank Rijkaard. Pasalnya dalam dua musim 2006/2007 dan 2008/2009, klub yang bermarkas di Camp Nou selalu gagal mengangkat trofi juara mulai dari Liga Spanyol, Liga Champions, dan Copa del Rey.
Singkat kata, di tengah perjalanan Rijkaard akhirnya dipecat sebagai pelatih Barcelona dan Joan Laporta, yang saat itu menjadi presiden klub memutuskan untuk mengangkat Guardiola. Sejak menduduki kursi kepelatihan, tukang taktik berusia 44 tahun itu langsung merombak strategi dan sejumlah nama beken dalam skuat.
Eto'o, Deco, dan Ronaldinho mulai dikesampingkan Guardiola. Padahal ketiga pemain itu tidak pernah kehilangan tempat di bawah pelatih sebelumnya. Pelatih yang saat ini berusia 44 tahun itu memilih membangun skuat barunya dengan mengandalkan Lionel Messi, Andres Iniesta, dan Xavi Hernandez.
Seiring berjalannya waktu Barcelona mulai bersinar melalui trisula mereka yakni Messi-Xavi-Iniesta dan ketiga pemain itu dianggap banyak pihak sebagai penyerang berbahaya di dataran Spanyol maupun Eropa. Di bawah komando Guardiola, Barcelona menikmati masa sukses besar dengan memenangkan 14 gelar termasuk dua gelar Liga Champions, dan tiga mahkota Liga Spanyol selama empat tahun bertugas di Camp Nou. Dia pun membuat presentase kemenangan menjadi 72,47 persen dari 179 kemenangan dan hanya 21 kali kalah di 247 pertandingan.
Luis Enrique
Sepeninggal Guardiola, prestasi Barcelona mulai naik turun di bawah kepelatihan mendiang Tito Vilanola dan kemudian Gerardo Martino. Saat itulah klub mulai memanggil Enrique dan musim pertamanya di tim Catalan hampir sama seperti Guardiola. Sebab ia kesulitan untuk menemukan skema yang pas untuk menempatkan pemainnya.
Sama seperti Guardiola, Enrique tampaknya sungkan untuk mengadopsi gaya kepelatihan sebelumnya. Mantan pelatih AS Roma itu lebih memilih untuk menyusun pemainnya sendiri melalui trio Amerika Selatan (Messi, Neymar, dan Luis Suarez). Namun ia berhasil bangkit dan mengumpulkan sejumlah trofi bahkan treble winner di musim lalu, termasuk Liga Champions di mana mereka menjadi tim pertama untuk memenangkan dua treble winner dalam waktu enam tahun.
Enrique sekarang orang keempat yang memenangkan Piala Super Eropa baik sebagai pemain dan pelatih setelah Guardiola, Carlo Ancelotti, dan Diego Simeone. Melihat statistik kedua pelatih (Guardiola dan Enrique) jelas menunjukkan bahwa angka saat ini lebih condong mendukung Enrique, tetapi angka tidak selalu menceritakan kisah yang sebenarnya.
Perbandingan
Guardiola
62 game, 42 menang, 13 seri, 7 kalah (68%)
Enrique
53 game, 45 menang, 3 seri, dan lima kalah (85%)
(bbk)