Presiden Baru Atletik Dunia Diminta Bersihkan Doping
A
A
A
BEIJING - Mantan pelari Inggris, Sebastian Coe terpilih sebagai presiden baru Federasi Atletik Dunia (IAAF) seusai memenangi pemilihan umum di Kongres IAAF ke-50 yang digelar di Beijing, China, Rabu (19/8/2015). Peraih dua medali emas olimpiade itu langsung mendapat dukungan untuk memberantas doping dari atletik yang sedang menyerang secara masif.
Melansir BBC, Coe yang jadi suksesor Olimpiade 2012 di London, mengalahkan Sergey Bubka dalam voting atau pemungutan suara. Coe mengumpulkan 115 suara, unggul 63 suara dari lawannya yang juga mantan atlet lompat galah Ukraina, setelah mengoleksi 52 suara dukungan.
"Dengan senang dan rendah hati mendapat kepercayaan yang ditunjukkan pada saya oleh keluarga IAAF. Terima kasih, sekarang kerja keras akan dimulai," ucapnya lewat media sosial selepas terpilih.
Selepas terpilihnya sebagai presiden baru IAAF, Coe langsung dihadapkan dengan masalah doping yang tengah melilit atletik. Meski belum memberikan pernyataan resmi, dukungan mengalir pada pria berusia 58 tahun itu untuk membersihkan atletik dari perilaku curang tersebut.
Steve Cram, mantan pelari Inggris yang dikalahkan Coe di Olimpiade Los Angeles 1984, menilai atletik sudah memilih orang yang tepat. "Ini hasil yang bagus bagi olah raga ini. Dia sosok yang tepat untuk memimpin kami kedepan," bebernya dilansir BBC.
"Olahraga ini sedang menghadapi beberapa masalah yang pelik dan Seb punya kualitas kepemimpinan dengan selalu hormat di dalam dan luar lapangan. Ini tidak akan mudah, beberapa akan sulit dirubah, tapi saya pikir Seb siap melakukannya," ucapnya.
Sebelumnya, media Sunday Times dan stasiun televisi Jerman ARD/WRD memaparkan laporan telah menemukan bukti kecurangan IAAF. Dari 12 ribu tes darah dalam kurun waktu 2001 hingga 2012, sebanyak 800 atlet yang berlaga di Olimpiade dan Kejuaraan Dunia punya hasil tes mencurigakan yang tak ditindaklanjuti IAAF.
IAAF sendiri telah membantah telah berbuat curang dalam pemberantasan doping di atletik. Alasannya, mereka menilai kedua media tersebut cuma menerka-nerka soal kasus tersebut meski mengklaim menggunakan ahli dalam uji kebenarannya.
"Apa yang IAAF tidak bisa terima dari laporan ARD/Sunday Times atau ilmuwan yang mereka pekerjakan adalah tuduhan bahwa kami telah melanggar tugas utama untuk bertindak dalam kepentingan terbaik di olahraga atletik ini," jelas pernyataan IAAF.
Melansir BBC, Coe yang jadi suksesor Olimpiade 2012 di London, mengalahkan Sergey Bubka dalam voting atau pemungutan suara. Coe mengumpulkan 115 suara, unggul 63 suara dari lawannya yang juga mantan atlet lompat galah Ukraina, setelah mengoleksi 52 suara dukungan.
"Dengan senang dan rendah hati mendapat kepercayaan yang ditunjukkan pada saya oleh keluarga IAAF. Terima kasih, sekarang kerja keras akan dimulai," ucapnya lewat media sosial selepas terpilih.
Selepas terpilihnya sebagai presiden baru IAAF, Coe langsung dihadapkan dengan masalah doping yang tengah melilit atletik. Meski belum memberikan pernyataan resmi, dukungan mengalir pada pria berusia 58 tahun itu untuk membersihkan atletik dari perilaku curang tersebut.
Steve Cram, mantan pelari Inggris yang dikalahkan Coe di Olimpiade Los Angeles 1984, menilai atletik sudah memilih orang yang tepat. "Ini hasil yang bagus bagi olah raga ini. Dia sosok yang tepat untuk memimpin kami kedepan," bebernya dilansir BBC.
"Olahraga ini sedang menghadapi beberapa masalah yang pelik dan Seb punya kualitas kepemimpinan dengan selalu hormat di dalam dan luar lapangan. Ini tidak akan mudah, beberapa akan sulit dirubah, tapi saya pikir Seb siap melakukannya," ucapnya.
Sebelumnya, media Sunday Times dan stasiun televisi Jerman ARD/WRD memaparkan laporan telah menemukan bukti kecurangan IAAF. Dari 12 ribu tes darah dalam kurun waktu 2001 hingga 2012, sebanyak 800 atlet yang berlaga di Olimpiade dan Kejuaraan Dunia punya hasil tes mencurigakan yang tak ditindaklanjuti IAAF.
IAAF sendiri telah membantah telah berbuat curang dalam pemberantasan doping di atletik. Alasannya, mereka menilai kedua media tersebut cuma menerka-nerka soal kasus tersebut meski mengklaim menggunakan ahli dalam uji kebenarannya.
"Apa yang IAAF tidak bisa terima dari laporan ARD/Sunday Times atau ilmuwan yang mereka pekerjakan adalah tuduhan bahwa kami telah melanggar tugas utama untuk bertindak dalam kepentingan terbaik di olahraga atletik ini," jelas pernyataan IAAF.
(bbk)