Sebelum Wafat, Suharno Berikan Mandat Joko Susilo
A
A
A
MALANG - Mendiang Suharno sepertinya sudah memberikan tanda akan pergi untuk selama-lamanya. Hal tersebut sekarang baru disadari oleh Joko Susilo yang sepekan sebelumnya kerap diberikan tugas melatih sampai ke hal teknis.
Hingga kini segenap elemen klub Arema Cronus, mulai tim, manajemen, hingga supporter Aremania, masih terpukul. Mereka seolah tak percaya sosok yang mereka segani itu harus diantar ke pembaringan terakhirnya di pemakaman umum Desa Jabung, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, pada Kamis (20/8/2015).
Joko Susilo, pelatih yang selama ini mendampingi Suharno, menceritakan ada yang agak janggal sebelum kepergian pelatih berusia 55 tahun tersebut. Dalam sepekan terakhir, Suharno sering sekali memberikan mandat kepadanya untuk melatih tim Arema.
"Almarhum sering memberikan mandat melatih tim kepada saya dalam seminggu terakhir, bahkan hingga aspek teknis. Saya sendiri sampai heran, kok semuanya saya yang menangani. Saya tidak tahu itu firasat atau bukan," kenang Joko Susilo.
Biasanya, kata Joko, Suharno selalu mengajak berunding soal materi latihan tim dan apa yang harus dilakukan di lapangan. Namun akhir-akhir ini Suharno memercayakan penuh semua aspek kepada Joko Susilo. "Almarhum sosok yang sangat baik, sabar, ramah dan perhatian," tambah Joko.
Joko juga menceritakan bahwa almarhum sudah mengeluh sakit sejak perayaan Ulang Tahun Arema ke-28 lalu. Tapi keluhan itu tak begitu dirasakan dan tetap terus mendampingi tim Arema, baik saat laga seremonial lawan Persib Bandung maupun latihan rutin sesudahnya.
CEO Arema Cronus Iwan Budianto menyebut Suharno adalah sosok inspiratif di sepak bola nasional. Keteguhan, fokus, serta dedikasinya layak dicontoh insan bola tanah air. Iwan sendiri mengaku banyak belajar dari pelatih yang meninggal di usia 55 tahun itu.
"Dia sangat total dan pekerja keras. Situasi apa pun selalu dijalani dengan semangat, contohnya saat kompetisi terhenti. Saat kontak terakhir, dia menyatakan gembira karena kompetisi tak lama lagi akan dimulai," tutur orang nomor satu di Arema Cronus.
Sosoknya yang rendah hati dan hangat, lanjut Iwan, membuat Suharno dekat semua orang. Dalam koridor sebagai pelatih, dia bisa menjaga hubungan sangat baik dengan manajemen, pemain, bahkan hingga ball boy sekali pun.
Suharno meninggal di Puskesmas Pakisaji, Kabupaten Malang, saat perjalanan pulang seusai melatih Arema Cronus di Stadion Kanjuruhan, Malang. Setelah menuntaskan latihan, Suharno sempat meeting dengan General Manager Ruddy Widodo, serta asisten pelatih Alan Haviludin dan I Made Pasek, sembari makan malam di Warung Lumayan.
Dalam perjalanan pulang, Suharno semula masih bisa menyetir sendiri. Namun kemudian merasa mual serta mengeluh tidak enak badan. Ruddy Widodo yang duduk di sampingnya kemudian berinisiatif menggantikan posisi di belakang kemudi.
Sesampai di wilayah Kepanjen, mobil sempat berhenti karena almarhum muntah. Demikian pula sampai di wilayah Pakisaji, hingga Ruddy Widodo berniat membawa ke RS Soepraoen, Malang. Namun karena kondisi Suharno memburuk, mobil dibelokkan ke IGD Puskesmas Pakisaji.
Pada pukul 19.40 WIB Suharno dinyatakan meninggal di Puskesmas Pakisaji karena serangan jantung. Semangat dan dedikasi Suharno di sepak bola diteruskan anak semata wayangnya, Dheka Putra, yang menjadi dokter tim Bali United.
Hingga kini segenap elemen klub Arema Cronus, mulai tim, manajemen, hingga supporter Aremania, masih terpukul. Mereka seolah tak percaya sosok yang mereka segani itu harus diantar ke pembaringan terakhirnya di pemakaman umum Desa Jabung, Kecamatan Talun, Kabupaten Blitar, pada Kamis (20/8/2015).
Joko Susilo, pelatih yang selama ini mendampingi Suharno, menceritakan ada yang agak janggal sebelum kepergian pelatih berusia 55 tahun tersebut. Dalam sepekan terakhir, Suharno sering sekali memberikan mandat kepadanya untuk melatih tim Arema.
"Almarhum sering memberikan mandat melatih tim kepada saya dalam seminggu terakhir, bahkan hingga aspek teknis. Saya sendiri sampai heran, kok semuanya saya yang menangani. Saya tidak tahu itu firasat atau bukan," kenang Joko Susilo.
Biasanya, kata Joko, Suharno selalu mengajak berunding soal materi latihan tim dan apa yang harus dilakukan di lapangan. Namun akhir-akhir ini Suharno memercayakan penuh semua aspek kepada Joko Susilo. "Almarhum sosok yang sangat baik, sabar, ramah dan perhatian," tambah Joko.
Joko juga menceritakan bahwa almarhum sudah mengeluh sakit sejak perayaan Ulang Tahun Arema ke-28 lalu. Tapi keluhan itu tak begitu dirasakan dan tetap terus mendampingi tim Arema, baik saat laga seremonial lawan Persib Bandung maupun latihan rutin sesudahnya.
CEO Arema Cronus Iwan Budianto menyebut Suharno adalah sosok inspiratif di sepak bola nasional. Keteguhan, fokus, serta dedikasinya layak dicontoh insan bola tanah air. Iwan sendiri mengaku banyak belajar dari pelatih yang meninggal di usia 55 tahun itu.
"Dia sangat total dan pekerja keras. Situasi apa pun selalu dijalani dengan semangat, contohnya saat kompetisi terhenti. Saat kontak terakhir, dia menyatakan gembira karena kompetisi tak lama lagi akan dimulai," tutur orang nomor satu di Arema Cronus.
Sosoknya yang rendah hati dan hangat, lanjut Iwan, membuat Suharno dekat semua orang. Dalam koridor sebagai pelatih, dia bisa menjaga hubungan sangat baik dengan manajemen, pemain, bahkan hingga ball boy sekali pun.
Suharno meninggal di Puskesmas Pakisaji, Kabupaten Malang, saat perjalanan pulang seusai melatih Arema Cronus di Stadion Kanjuruhan, Malang. Setelah menuntaskan latihan, Suharno sempat meeting dengan General Manager Ruddy Widodo, serta asisten pelatih Alan Haviludin dan I Made Pasek, sembari makan malam di Warung Lumayan.
Dalam perjalanan pulang, Suharno semula masih bisa menyetir sendiri. Namun kemudian merasa mual serta mengeluh tidak enak badan. Ruddy Widodo yang duduk di sampingnya kemudian berinisiatif menggantikan posisi di belakang kemudi.
Sesampai di wilayah Kepanjen, mobil sempat berhenti karena almarhum muntah. Demikian pula sampai di wilayah Pakisaji, hingga Ruddy Widodo berniat membawa ke RS Soepraoen, Malang. Namun karena kondisi Suharno memburuk, mobil dibelokkan ke IGD Puskesmas Pakisaji.
Pada pukul 19.40 WIB Suharno dinyatakan meninggal di Puskesmas Pakisaji karena serangan jantung. Semangat dan dedikasi Suharno di sepak bola diteruskan anak semata wayangnya, Dheka Putra, yang menjadi dokter tim Bali United.
(bbk)