Mengenang Duel Air di Frankfurt
A
A
A
Kemenangan mengalir ketika Jerman menjamu Polandia pada Kualifikasi Piala Eropa 2016. Sama seperti air yang menggenangi lapangan pada duel paling terkenal kedua negara.
Kedua tim sudah bertemu berkalikali dalam berbagai kesempatan. Namun, ada satu partai yang paling berkesan yang terjadi di Piala Dunia 1974 di kota yang sama tempat laga dini hari nanti berlangsung. Publik Jerman menyebutnya die wasserschlachtatau duel air. Sementara masyarakat Polandia dengan istilah mecz na wodzie alias pertandingan air. Ketika itu mereka bersua di Frankfurt pada laga terakhir Grup B. Jerman dan Polandia memperebutkan tiket final melawan Belanda atau Brasil.
Berbekal produktivitas gol, Jerman cukup bermain imbang demi melangkah ke partai puncak. Banyak yang menyebut Belanda sebagai tim terbaik pada turnamen itu, meski kalah dari Jerman pada perebutan gelar. Namun, beberapa orang berpandangan lain. Mantan bek Jerman Paul Breitner salah satunya. ”Polandia merupakan tim terkuat pada 1974,” katanya saat wawancara dengan situs FIFA.
Polandia memang menjadi tim kejutan. Walau sukses menyisihkan Inggris pada kualifikasi, kehadiran mereka tetap dipandang sebelah mata. Terlebih, Polandia sempat dikalahkan Haiti dua bulan sebelum kompetisi dimulai. Namun, opini publik berubah begitu turnamen berlangsung. Sepak bola menyerang Grzegorz Lato dkk membuat duel versus tuan rumah sangat dinanti.
Polandia pun dipercaya dapat merepotkan Jerman. Sayang, ekspektasi tinggi terhadap partai berkualitas rusak akibat buruknya lapangan. Hujan badai yang menyerang Frankfurt pada hari pertandingan hingga menjelang kick-off pukul 16.00 menjadi penyebabnya. Apalagi, saluran pembuangan Commerzbank-Arena tidak berfungsi karena banyaknya air yang datang tiba-tiba.
Laga terpaksa ditunda. Petugas masih mencoba mengeringkan lapangan ketika wasit sudah meniup peluit tanda dimulainya partai. Pukul 16.05, mobil pemadam kebakaran masuk ke lintasan lari yang mengelilingi lapangan. Mereka mengeluarkan selang dan mencoba menyedot air. Partai akhirnya dimulai setelah molor 30 menit. Polandia ternyata tetap mampu merepotkan Jerman dan beberapa kali mengancam gawang Sepp Maier.
Namun sayang, mereka tidak mampu menciptakan gol. Biasa bermain dengan tempo tinggi, fisik Polandia akhirnya terkuras bermain di lapangan berat. Mereka pun tidak kuasa mencegah Gerd Mueller mencetak angka penentu kemenangan Jerman. ”Saya yakin kami tidak bakal menaklukkan Polandia jika kondisi lapangan lebih baik,” tandas Breitner.
Harley Ikhsan
Jakarta
Kedua tim sudah bertemu berkalikali dalam berbagai kesempatan. Namun, ada satu partai yang paling berkesan yang terjadi di Piala Dunia 1974 di kota yang sama tempat laga dini hari nanti berlangsung. Publik Jerman menyebutnya die wasserschlachtatau duel air. Sementara masyarakat Polandia dengan istilah mecz na wodzie alias pertandingan air. Ketika itu mereka bersua di Frankfurt pada laga terakhir Grup B. Jerman dan Polandia memperebutkan tiket final melawan Belanda atau Brasil.
Berbekal produktivitas gol, Jerman cukup bermain imbang demi melangkah ke partai puncak. Banyak yang menyebut Belanda sebagai tim terbaik pada turnamen itu, meski kalah dari Jerman pada perebutan gelar. Namun, beberapa orang berpandangan lain. Mantan bek Jerman Paul Breitner salah satunya. ”Polandia merupakan tim terkuat pada 1974,” katanya saat wawancara dengan situs FIFA.
Polandia memang menjadi tim kejutan. Walau sukses menyisihkan Inggris pada kualifikasi, kehadiran mereka tetap dipandang sebelah mata. Terlebih, Polandia sempat dikalahkan Haiti dua bulan sebelum kompetisi dimulai. Namun, opini publik berubah begitu turnamen berlangsung. Sepak bola menyerang Grzegorz Lato dkk membuat duel versus tuan rumah sangat dinanti.
Polandia pun dipercaya dapat merepotkan Jerman. Sayang, ekspektasi tinggi terhadap partai berkualitas rusak akibat buruknya lapangan. Hujan badai yang menyerang Frankfurt pada hari pertandingan hingga menjelang kick-off pukul 16.00 menjadi penyebabnya. Apalagi, saluran pembuangan Commerzbank-Arena tidak berfungsi karena banyaknya air yang datang tiba-tiba.
Laga terpaksa ditunda. Petugas masih mencoba mengeringkan lapangan ketika wasit sudah meniup peluit tanda dimulainya partai. Pukul 16.05, mobil pemadam kebakaran masuk ke lintasan lari yang mengelilingi lapangan. Mereka mengeluarkan selang dan mencoba menyedot air. Partai akhirnya dimulai setelah molor 30 menit. Polandia ternyata tetap mampu merepotkan Jerman dan beberapa kali mengancam gawang Sepp Maier.
Namun sayang, mereka tidak mampu menciptakan gol. Biasa bermain dengan tempo tinggi, fisik Polandia akhirnya terkuras bermain di lapangan berat. Mereka pun tidak kuasa mencegah Gerd Mueller mencetak angka penentu kemenangan Jerman. ”Saya yakin kami tidak bakal menaklukkan Polandia jika kondisi lapangan lebih baik,” tandas Breitner.
Harley Ikhsan
Jakarta
(ars)