Petkovic di Ambang Pemecatan

Kamis, 10 September 2015 - 11:26 WIB
Petkovic di Ambang Pemecatan
Petkovic di Ambang Pemecatan
A A A
CUKUP bermain imbang. Begitulah harapan Swiss sebelum berangkat ke Wembley, London, Senin (7/9) petang waktu setempat.

Target itu tidak muluk. Pasalnya, selain menghadapi lawan yang cukup mapan, Die Nati juga harus tampil di kandang macan. Kalkulasi lainnya, Swiss dapat mengincar poin yang dibutuhkan untuk lolos ke Piala Eropa 2016 pada dua pertandingan berikutnya melawan San Marino dan Estonia.

Namun, Pelatih Swiss Vladimir Petkovic mengubah niat bermain aman itu sehari sebelum kick-off di gelindingkan atau beberapa jam setelah bertolak dari Bandara Internasional Kloten, Zurich.

“Tidak hanya bertahan, tapi juga kalau bisa merepotkan lawan,” katanya. Taktik ini diamini mantan kiper Swiss Pascal Zuberbuehler yang kini menjadi asisten pelatih penjaga gawang Derby County di Liga Primer. “Saya yakin Roy Hodgson akan bermain total meskipun sudah lolos ke Prancis,” tandas Zuberbuehler.

Sayang, harapan Petkovic tidak terkabul. Di Wembley yang hanya terisi 75.000 penonton, Xherdan Shaqiri dkk bermain di bawah level terbaik. Tidak sanggup bertahan, mereka harus mengakui keunggulan The Three Lions2-0. Hasil ini mengulang pertemuan setahun sebelumnya di St Jakob-Park, Basel.

Josip Drmic dan Valentin Stocker, dua kartu As yang biasanya diturunkan di babak kedua, sebagaimana pertandingan melawan Slovenia, tak bisa banyak memenuhi impian Petkovic. Peluang yang ada, khususnya jelang babak pertama berakhir, tak terselesaikan dengan sempurna. Masuknya Breel Embolo juga tidak memberi efek.

Sebaliknya, joker Inggris Harry Kane menjebol gawang Yann Sommer pada menit ke-67. Wayne Rooney, melalui tendangan penalti, membubuhkan rekornya pada menit ke-84. Di saat yang sama, dua rival terberat Swiss, yakni Slovenia dan Estonia, juga sedang berlaga. Harapan Swiss, dua saingan ini berbagi poin.

Namun, di lapangan, Slovenia berhasil berjaya 1-0. Kemenangan Slovenia dan kekalahan Die Nati membuat posisi Swiss belum aman. Jika ingin berangkat ke Prancis, Shaqiri dkk harus mampu mengumpulkan minimal empat poin. “Kalau tidak, harus siap-siap masuk play-offdan bertemu lawan yang lebih kuat dari grup ini,” kata Raphael Wicky, pengamat sepak bola sekaligus mantan pemain timnas Swiss.

Di babak play-off, katanya, batu sandungannya lebih berat. Petkovic tidak terlihat menyesali taktiknya kali ini. Walaupun kegagalan membawa Die Natike Prancis mengancam kursi kepelatihannya, Petkovic yakin anak asuhnya mampu mewujudkan misi. Publik Swiss, juga petinggi Schweizerfussball Verein, Federasi Sepak Bola Swiss, sebenarnya lebih ingin mendapatkan pelatih lain.

Sayang, Marcell Koller, arsitek asal Zurich yang sukses membawa Austria ke Prancis, menolak tawaran. Roberto di Matteo, mantan pelatih Chelsea, juga Lucien Favre, pelatih Borrusia Moenchengladbach, juga enggan menerima pinangan mereka.

Krisna Diantha
(ftr)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.8725 seconds (0.1#10.140)