Sean Gelael Gagal Tambah Poin Akibat Salah Pilih Ban
A
A
A
NURBURGRING - Lintasan basah di Sirkuit Nurburgring, Jerman, cukup sulit ditaklukkan oleh pembalap Indonesia, Sean Gelael. Pilot jet darat berusia 18 tahun itu hanya finis di posisi ke-16 pada balapan kedua Formula Renault 3.5 World Series yang berlangsung Minggu (13/9).
Lintasan sepanjang 5,145 kilometer itu umumnya memiliki tikungan yang menuntut mobil dipacu dengan kecepatan menengah dan lambat. Salah satu sirkuit terkemuka di Eropa itu juga mempunyai kontur lintasan naik dan turun yang menuntut teknik tinggi dari para pebalap. Perpaduan tersebut membuat sirkuit yang dibangun tahun 1920 itu sulit ditaklukkan.
Sesuai ramalan, mendung menggelayut di atas Nurburgring sebelum balapan dimulai. Karena hujan belum turun, sejumlah tim memutuskan untuk memakai ban kering. Untung saja, strategi tim Jagonya Ayam with Carlin untuk tetap memakai ban basah terbukti tepat karena hujan turun tak lama setelah start berlangsung.
Sean, yang start dari posisi ke-18, pun melejit ke urutan tujuh memanfaatkan sejumlah mobil yang melintir karena memakai ban kering. Ketika lomba berlangsung enam putaran, kondisi lintasan mengering seiring hujan yang mulai mereda.
''Sebenarnya itu waktu yang tepat untuk masuk pit dan mengganti ban basah dengan ban kering. Namun, tim meminta saya untuk menunggu satu lap lagi dan ternyata keputusan itu keliru,”ungkap putra mantan pereli nasional Ricardo Gelael itu dengan nada menyesal.
Tak lama setelah memutuskan tetap di lintasan, mobil pengaman (safety car) masuk karena mobil Aurelien Panis dari tim Tech 1 Racing melintir di tikungan pertama. Sean pun kehilangan momentum untuk menjaga posisinya di 10 besar. Padahal, kondisi mobil Sean tengah bagus setelah mampu menorehkan waktu 1 menit 43,596 detik.
Torehan itu menjadi yang tercepat kelima dari 20 pebalap. Namun, akibat taktik yang kurang tepat, peringkat Sean pun perlahan-lahan terus menurun ke urutan 16, tersusul oleh para kompetitor yang memutuskan masuk pit di lap keenam.
Kesalahan strategi turut merugikan Tom Dillmann, rekan setim Sean asal Perancis yang start dari posisi keempat. Setelah sempat menempati posisi kedua di belakang pebalap tim International Draco Racing Pietro Fantin, Dillman kehilangan posisi di depan karena terlambat mengganti ban. Ia pun gagal mendulang poin seteah finis di posisi ke-14.
“Ini benar-benar mengecewakan karena kesempatan untuk naik podium cukup besar.Kondisi mobil yang bagus menjadi sia-sia karena strategi yang tidak matang,” ujar Dillmann. Pebalap berusia 26 tahun itu mencatat waktu tercepat dalam satu putaran, yakni 1 menit 43,306 detik.
Lintasan sepanjang 5,145 kilometer itu umumnya memiliki tikungan yang menuntut mobil dipacu dengan kecepatan menengah dan lambat. Salah satu sirkuit terkemuka di Eropa itu juga mempunyai kontur lintasan naik dan turun yang menuntut teknik tinggi dari para pebalap. Perpaduan tersebut membuat sirkuit yang dibangun tahun 1920 itu sulit ditaklukkan.
Sesuai ramalan, mendung menggelayut di atas Nurburgring sebelum balapan dimulai. Karena hujan belum turun, sejumlah tim memutuskan untuk memakai ban kering. Untung saja, strategi tim Jagonya Ayam with Carlin untuk tetap memakai ban basah terbukti tepat karena hujan turun tak lama setelah start berlangsung.
Sean, yang start dari posisi ke-18, pun melejit ke urutan tujuh memanfaatkan sejumlah mobil yang melintir karena memakai ban kering. Ketika lomba berlangsung enam putaran, kondisi lintasan mengering seiring hujan yang mulai mereda.
''Sebenarnya itu waktu yang tepat untuk masuk pit dan mengganti ban basah dengan ban kering. Namun, tim meminta saya untuk menunggu satu lap lagi dan ternyata keputusan itu keliru,”ungkap putra mantan pereli nasional Ricardo Gelael itu dengan nada menyesal.
Tak lama setelah memutuskan tetap di lintasan, mobil pengaman (safety car) masuk karena mobil Aurelien Panis dari tim Tech 1 Racing melintir di tikungan pertama. Sean pun kehilangan momentum untuk menjaga posisinya di 10 besar. Padahal, kondisi mobil Sean tengah bagus setelah mampu menorehkan waktu 1 menit 43,596 detik.
Torehan itu menjadi yang tercepat kelima dari 20 pebalap. Namun, akibat taktik yang kurang tepat, peringkat Sean pun perlahan-lahan terus menurun ke urutan 16, tersusul oleh para kompetitor yang memutuskan masuk pit di lap keenam.
Kesalahan strategi turut merugikan Tom Dillmann, rekan setim Sean asal Perancis yang start dari posisi keempat. Setelah sempat menempati posisi kedua di belakang pebalap tim International Draco Racing Pietro Fantin, Dillman kehilangan posisi di depan karena terlambat mengganti ban. Ia pun gagal mendulang poin seteah finis di posisi ke-14.
“Ini benar-benar mengecewakan karena kesempatan untuk naik podium cukup besar.Kondisi mobil yang bagus menjadi sia-sia karena strategi yang tidak matang,” ujar Dillmann. Pebalap berusia 26 tahun itu mencatat waktu tercepat dalam satu putaran, yakni 1 menit 43,306 detik.
(aww)