Pelatih Rayo Sebut Sepak Bola Spanyol Kembali ke Alam Diktator
A
A
A
MADRID - Pelatih Rayo Vallecano Paco Jemez melabeli sepak bola Spanyol sebagai diktator. Jemez terancam sanksi dan denda seusai mengkritik kinerja wasit Iglesias Villanueva yang mengusir dua pemainnya, Tito dan Raul Baena, sebelum turun minum yang membuat timnya dilumat Real Madrid 2-10 dalam lanjutan La Liga Spanyol di Santiago Bernabeu, Minggu (20/12/2015) dini hari WIB.
Komplain Jemez kemudian dicatat wasit dan oleh Komite Wasit dilaporkan ke Komite Pertandingan Real Federacion Espanola de Futbol (RFEF/Federasi Sepak Bola Spanyol). (Baca juga: Ancelotti Mohon Madrid Stop Ganggu Lewandowski).
AS melaporkan, kritik Jemez kemungkinan berbuah sanksi dan denda sekitar 1500 euro (Rp224 juta) lantaran Jemez menggunakan kata-kata yang dinilai tidak memberi rasa hormat kepada wasit, seperti 'mengejutkan' dan 'memalukan'. Namun, penelitian masih akan dilakukan RFEF.
"Saya gagal paham, mengapa wasit masuk ke masalah ini. Tidak ada pernyataan tidak hormat atau penghinaan kepada siapa pun," tegas Jemez kepada Marca. "Ini seolah-olah sepak bola mundur 60 tahun ke belakang, ke situasi kediktatoran, dimana mengungkapkan pendapat adalah terlarang."
"Denda? Seolah-olah semuanya akan terselesaikan dengan uang. Mengapa saya didenda, mendapat pukulan gara-gara mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran saya, tanpa melecehkan siapa pun? Kita ini hidup dalam alam demokrasi."
Komplain Jemez kemudian dicatat wasit dan oleh Komite Wasit dilaporkan ke Komite Pertandingan Real Federacion Espanola de Futbol (RFEF/Federasi Sepak Bola Spanyol). (Baca juga: Ancelotti Mohon Madrid Stop Ganggu Lewandowski).
AS melaporkan, kritik Jemez kemungkinan berbuah sanksi dan denda sekitar 1500 euro (Rp224 juta) lantaran Jemez menggunakan kata-kata yang dinilai tidak memberi rasa hormat kepada wasit, seperti 'mengejutkan' dan 'memalukan'. Namun, penelitian masih akan dilakukan RFEF.
"Saya gagal paham, mengapa wasit masuk ke masalah ini. Tidak ada pernyataan tidak hormat atau penghinaan kepada siapa pun," tegas Jemez kepada Marca. "Ini seolah-olah sepak bola mundur 60 tahun ke belakang, ke situasi kediktatoran, dimana mengungkapkan pendapat adalah terlarang."
"Denda? Seolah-olah semuanya akan terselesaikan dengan uang. Mengapa saya didenda, mendapat pukulan gara-gara mengungkapkan apa yang ada dalam pikiran saya, tanpa melecehkan siapa pun? Kita ini hidup dalam alam demokrasi."
(sha)