Ilmu dari Italia, Modal Djadjang Wujudkan Mimpi Juara di Asia
A
A
A
BANDUNG - Di level sepak bola nasional, prestasi Djadjang Nudjaman, baik sebagai pemain atau pun pelatih, tak diragukan lagi. Namun, masih ada hasrat terpendam yang belum diwujudkan Pelatih asal Majalengka itu bersama Persib Bandung, yakni berprestasi maksimal di level Asia.
Sebagai pemain, pria yang kerap disapa Djanur itu membawa Persib menjuarai Kompetisi Perserikatan tahun 1986, 1989/1990, dan 1993/1994. Sedangkan sebagai pelatih, Djadjang mengangkat trofi sejak masih menjadi asisten Indra Thohir di Liga Indonesia (LI) I/1994-1995, dan dilanjut menjadi asisten Arcan Iuri pada 2006.
Manajemen Persib kemudian mengangkatnya menjadi pelatih kepala Persib pada 2012, dan debutnya ditandai dengan memenangi Celebes Cup Championship (CCC) II pada November 2012 setelah mengalahkan Sriwijaya FC 1-0 di final.
Setelah itu, Djanur memimpin Persib pada Indonesia Super League (ISL) 2013. Semusim kemudian, Djanur sukses meraih gelar ISL 2014, sekaligus mencatatkan namanya sebagai orang pertama yang mengantarkan Persib menjadi juara liga sebagai pemain, asisten pelatih, dan pelatih kepala. Sukses Djanur dilengkapi dengan trofi Piala Presiden 2015.
Namun, prestasi itu tak lantas membuat Djanur puas. Pelatih kelahiran Majalengka, Jawa Barat, 30 Oktober 1964, itu masih punya obsesi membawa Maung Bandung bicara banyak di kancah Asia. Musim lalu, Persib tampil pada babak play-off Liga Champions Asia, namun gagal ke fase berikutnya setelah kalah 0-4 dari klub asal Vietnam, Hanoi T&T di My Dinh Stadium, 10 Februari 2015.
Lalu, Persib tampil di fase grup Piala AFC 2015, dan melaju ke babak 16 besar. Namun, Maung Bandung tak bisa melangkah lebih jauh setelah disingkirkan klub Hong Kong, Kitchee SC setelah menyerah 0-2. Sebelum itu, Persib pernah sukses menembus perempat final Piala Champions Asia 1995/1996 (berubah nama menjadi Liga Champions Asia tahun 2002).
"Mimpi besar saya bersama Persib yang belum terwujud adalah menembus prestasi maksimal di level Asia. Musim lalu, hanya sampai 16 Besar dan play-off di Liga Champions Asia. Itu yang belum terwujud," kata Djadjang seperti dilansir laman resmi Persib (persib.co.id).
Itu sebabnya, Djadjang mengambl kesempatan berguru di Italia. Rencananya, Djadjang akan terbang ke Negeri Pizza itu, Kamis (14/1/2016) dan menganbil ilmu sepak bola selama setahun di Inter Milan. (Baca juga: Pamitan, Ini Harapan Djadjang ke Pelatih Anyar Persib).
Djadjang berharap sekembalinya dari Milan, kisruh sepak bola Indonesia selesai. Sanksi FIFA dicabut, dan kompetisi kembali bergulir sehingga harapan kembali bersama Persib dalam mewujudkan mimpi berprestasi level Asia bisa terlaksana.
"Semoga ada jalan keluar dalam waktu dekat, sehingga kompetisi Indonesia bisa bergulir. Cabut sanksi FIFA dan pembekuan PSSI oleh Menpora, dan sepulang dari Italia harapannya semua sudah beres. Setelah itu, kami pun bisa berbenah untuk menggapai mimpi itu," ujar Djanur.
Sebagai pemain, pria yang kerap disapa Djanur itu membawa Persib menjuarai Kompetisi Perserikatan tahun 1986, 1989/1990, dan 1993/1994. Sedangkan sebagai pelatih, Djadjang mengangkat trofi sejak masih menjadi asisten Indra Thohir di Liga Indonesia (LI) I/1994-1995, dan dilanjut menjadi asisten Arcan Iuri pada 2006.
Manajemen Persib kemudian mengangkatnya menjadi pelatih kepala Persib pada 2012, dan debutnya ditandai dengan memenangi Celebes Cup Championship (CCC) II pada November 2012 setelah mengalahkan Sriwijaya FC 1-0 di final.
Setelah itu, Djanur memimpin Persib pada Indonesia Super League (ISL) 2013. Semusim kemudian, Djanur sukses meraih gelar ISL 2014, sekaligus mencatatkan namanya sebagai orang pertama yang mengantarkan Persib menjadi juara liga sebagai pemain, asisten pelatih, dan pelatih kepala. Sukses Djanur dilengkapi dengan trofi Piala Presiden 2015.
Namun, prestasi itu tak lantas membuat Djanur puas. Pelatih kelahiran Majalengka, Jawa Barat, 30 Oktober 1964, itu masih punya obsesi membawa Maung Bandung bicara banyak di kancah Asia. Musim lalu, Persib tampil pada babak play-off Liga Champions Asia, namun gagal ke fase berikutnya setelah kalah 0-4 dari klub asal Vietnam, Hanoi T&T di My Dinh Stadium, 10 Februari 2015.
Lalu, Persib tampil di fase grup Piala AFC 2015, dan melaju ke babak 16 besar. Namun, Maung Bandung tak bisa melangkah lebih jauh setelah disingkirkan klub Hong Kong, Kitchee SC setelah menyerah 0-2. Sebelum itu, Persib pernah sukses menembus perempat final Piala Champions Asia 1995/1996 (berubah nama menjadi Liga Champions Asia tahun 2002).
"Mimpi besar saya bersama Persib yang belum terwujud adalah menembus prestasi maksimal di level Asia. Musim lalu, hanya sampai 16 Besar dan play-off di Liga Champions Asia. Itu yang belum terwujud," kata Djadjang seperti dilansir laman resmi Persib (persib.co.id).
Itu sebabnya, Djadjang mengambl kesempatan berguru di Italia. Rencananya, Djadjang akan terbang ke Negeri Pizza itu, Kamis (14/1/2016) dan menganbil ilmu sepak bola selama setahun di Inter Milan. (Baca juga: Pamitan, Ini Harapan Djadjang ke Pelatih Anyar Persib).
Djadjang berharap sekembalinya dari Milan, kisruh sepak bola Indonesia selesai. Sanksi FIFA dicabut, dan kompetisi kembali bergulir sehingga harapan kembali bersama Persib dalam mewujudkan mimpi berprestasi level Asia bisa terlaksana.
"Semoga ada jalan keluar dalam waktu dekat, sehingga kompetisi Indonesia bisa bergulir. Cabut sanksi FIFA dan pembekuan PSSI oleh Menpora, dan sepulang dari Italia harapannya semua sudah beres. Setelah itu, kami pun bisa berbenah untuk menggapai mimpi itu," ujar Djanur.
()