Satlak Prima Dukung Target Dua Emas Olimpiade dari Bulutangkis
A
A
A
JAKARTA - Jelang Olimpiade Rio de Janeiro 2016, Ketua Satlak Prima Ahmad Sutjipto meninjau langsung 10 pusat cabang olahraga andalan Indonesia di event akbar kelas dunia tersebut. Cabang olahraga bulutangkis yang berada dibawah naungan PBSI, menjadi cabor pertama yang dikunjungi.
Turut hadir dalam acara ini Raja Sapta Okto Hari, Chief de Mission kontingen olimpiade Indonesia 2016, dan Taufik Hidayat, mantan pebulutangkis yang juga Wakil Ketua III satlak prima. Kunjungan diawali dengan rapat tertutup bersama PBSI yang dilanjutkan dengan tur keliling Pelatnas Cipayung.
Pada kesempatan ini, rombongan satlak prima melihat langsung latihan atlet dilanjutkan memantau sarana dan prasarana di Pelatnas Cipayung diantaranya pusat kebugaran (gym), jogging track, asrama serta ruang makan atlet.
"Bulutangkis memang menjadi tumpuan harapan Indonesia. Saya sudah bicara sama pengurus PBSI, amanat rakyat ini bukan jadi beban buat atlet, karena bulutangkis bukan olahraga hari kemarin, mereka punya konsistensi prestasi yang luar biasa. Hanya memang dunia olahraga prestasi berkembang sangat sangat pesat, yang kadang di Indonesia ini, sistem pendukungnya masih kalah dibanding yang lain," ujar Sutjipto.
"Kalau untuk tahun 2006 mungkin fasilitas ini cukup, tetapi untuk 2016, fasilitas seperti ini tidak cukup. Kita lihat di gym, sudah banyak alat-alatnya yang tidak memenuhi standard dan harus diganti, begitu juga jogging track yang landasannya harus diganti dengan karet, tidak boleh semen," tuturnya soal fasilitas yang ada di pelatnas.
"Sauna belum ada, hydroteraphy belum ada, fisioterapi sangat sederhana, ahli pijat pun yang profesional hanya ada satu orang, sangat jauh dari standard yang seharusnya. Tetapi dengan jalan begini, kita jadi tahu penanganannya seperti apa. Masukan dari kami, pengelolaan infrastruktur seharusnya sudah menjadi tanggung jawab negara," tambah Sutjipto.
Sementara itu, Okto menyebutkan bahwa persiapan bertolak ke Rio sudah dimaksimalkan sejak bulan Januari ini lewat koordinasi dengan berbagai pihak. Dalam persiapan menuju olimpiade, setiap cabang olahraga akan mendapat perlakuan berbeda, tergantung kebutuhan dari cabor tersebut.
"Setiap cabor itu unik, saya tidak mau membandingkan satu cabor dengan yang lainnya. Hari ini lihat fasilitas di PBSI, memang tidak mungkin prestasi olahraga itu bisa berjalan sendiri tanpa campur tangan negara. Saya kira kita harus sepakat dengan hal itu, sehingga perhatian negara pun harus dimaksimalkan untuk meningkatkan prestasi," kata Okto.
"Tim bulutangkis akan bertolak ke Rio sekitar 2-3 minggu sebelum pertandingan dimulai. PBSI sudah mempersiapkan tempat menginap, tempat latihan dan mereka akan membawa makanan sendiri dari Indonesia untuk menghindari adanya gangguan dengan adaptasi makanan. Kita memberikan support akan hal ini, karena yang paling kenal dengan atlet adalah pengurus pusatnya," tambah Okto.
Soal target PBSI membidik dua medali emas, Okto menyatakan dukungannya dan tidak ada istilah over-confidence. "Kalau PBSI mengatakan bahwa targetnya dua emas, saya rasa kita harus dukung. Inilah fungsinya kami, harus mendukung, jangan sampai ada yang pesimis karena ini over-confidence. Kalau saya melihatnya, atlet itu harus confidence dan untuk prestasi harus over-confidence," pungkas Okto.
Turut hadir dalam acara ini Raja Sapta Okto Hari, Chief de Mission kontingen olimpiade Indonesia 2016, dan Taufik Hidayat, mantan pebulutangkis yang juga Wakil Ketua III satlak prima. Kunjungan diawali dengan rapat tertutup bersama PBSI yang dilanjutkan dengan tur keliling Pelatnas Cipayung.
Pada kesempatan ini, rombongan satlak prima melihat langsung latihan atlet dilanjutkan memantau sarana dan prasarana di Pelatnas Cipayung diantaranya pusat kebugaran (gym), jogging track, asrama serta ruang makan atlet.
"Bulutangkis memang menjadi tumpuan harapan Indonesia. Saya sudah bicara sama pengurus PBSI, amanat rakyat ini bukan jadi beban buat atlet, karena bulutangkis bukan olahraga hari kemarin, mereka punya konsistensi prestasi yang luar biasa. Hanya memang dunia olahraga prestasi berkembang sangat sangat pesat, yang kadang di Indonesia ini, sistem pendukungnya masih kalah dibanding yang lain," ujar Sutjipto.
"Kalau untuk tahun 2006 mungkin fasilitas ini cukup, tetapi untuk 2016, fasilitas seperti ini tidak cukup. Kita lihat di gym, sudah banyak alat-alatnya yang tidak memenuhi standard dan harus diganti, begitu juga jogging track yang landasannya harus diganti dengan karet, tidak boleh semen," tuturnya soal fasilitas yang ada di pelatnas.
"Sauna belum ada, hydroteraphy belum ada, fisioterapi sangat sederhana, ahli pijat pun yang profesional hanya ada satu orang, sangat jauh dari standard yang seharusnya. Tetapi dengan jalan begini, kita jadi tahu penanganannya seperti apa. Masukan dari kami, pengelolaan infrastruktur seharusnya sudah menjadi tanggung jawab negara," tambah Sutjipto.
Sementara itu, Okto menyebutkan bahwa persiapan bertolak ke Rio sudah dimaksimalkan sejak bulan Januari ini lewat koordinasi dengan berbagai pihak. Dalam persiapan menuju olimpiade, setiap cabang olahraga akan mendapat perlakuan berbeda, tergantung kebutuhan dari cabor tersebut.
"Setiap cabor itu unik, saya tidak mau membandingkan satu cabor dengan yang lainnya. Hari ini lihat fasilitas di PBSI, memang tidak mungkin prestasi olahraga itu bisa berjalan sendiri tanpa campur tangan negara. Saya kira kita harus sepakat dengan hal itu, sehingga perhatian negara pun harus dimaksimalkan untuk meningkatkan prestasi," kata Okto.
"Tim bulutangkis akan bertolak ke Rio sekitar 2-3 minggu sebelum pertandingan dimulai. PBSI sudah mempersiapkan tempat menginap, tempat latihan dan mereka akan membawa makanan sendiri dari Indonesia untuk menghindari adanya gangguan dengan adaptasi makanan. Kita memberikan support akan hal ini, karena yang paling kenal dengan atlet adalah pengurus pusatnya," tambah Okto.
Soal target PBSI membidik dua medali emas, Okto menyatakan dukungannya dan tidak ada istilah over-confidence. "Kalau PBSI mengatakan bahwa targetnya dua emas, saya rasa kita harus dukung. Inilah fungsinya kami, harus mendukung, jangan sampai ada yang pesimis karena ini over-confidence. Kalau saya melihatnya, atlet itu harus confidence dan untuk prestasi harus over-confidence," pungkas Okto.
(bbk)