Durasi ISC Harus Dibatasi, Klub Divisi Utama Butuh Kompetisi

Sabtu, 23 Januari 2016 - 05:15 WIB
Durasi ISC Harus Dibatasi,...
Durasi ISC Harus Dibatasi, Klub Divisi Utama Butuh Kompetisi
A A A
SEMARANG - PSIS Semarang menyambut positif bakal digelarnya Indonesia Super Competition (ISC) 2016, yang melibatkan 18 klub-klub Indonesia Super League (ISL). Turnamen yang kabarnya juga akan melibatkan tim Divisi Utama, dan diputar setelah ISC bergulir itu, diharapkan juga tidak membuai para klub peserta.

Sebab ada kekhawatiran, turnamen tersebut digelar tidak ada ujungnya, karena kompetisi resmi tidak bergulir. ''Kami khawatir seperti itu, ISC diputar terus menerus tanpa ada ujungnya. Harus dibatasi sampai berapa musim dan kemudian digelar kompetisi resmi yang menerapkan promosi dan degradasi,”ujar Penasihat PSIS Semarang, Wahyu Winarto, Jumat (22/1).

Menurut Wahyu, semua klub DU di Jawa Tengah tentu berharap segera kompetisi di kasta kedua bergulir. Bertanding dalam laga berlabel turnamen, tidak akan bisa diikuti oleh semua klub, karena kemampuan keuangan tidak sama.

”Tim ingin konflik yang ada disudahi. Sudahlah, pengurus PSSI lebih baik mundur saja, ini demi hajat hidup orang banyak, menyangkut kebutuhan perut stakeholder sepak bola,” ucapnya.

Pria yang akrab disapa Liluk itu mengaku sudah mendapat informasi, bahwa beberapa pekan setelah ISC diputar, turnamen yang sama juga akan diterapkan pada klub di kasta kedua. Namun hal itu hanya sebatas kabar.

''Secara resmi, kami belum mendapat undangan untuk manager meeting dari penyelenggara ISC bagi klub kasta kedua. Jadi kami belum bisa bergerak dan menunggu kabar dulu,” terangnya.

Mahes Jenar, seperti diketahui memilih vakum lebih lama lagi, akibat tidak ada kejelasan kompetisi. PSIS memilih absen dari turnamen regional, maupun nasional, karena dianggap tidak menguntungkan, baik itu dari sisi prestasi maupun faktor lainnya.

Sama halnya dengan Persip Pekalongan. Klub yang dikelola oleh Budi Setiawan itu pun juga memilih untuk meneruskan ”tidur” panjangnya. Bagi tim yang memiliki pendukung Kalong Mania ini, berlaga dalam pertandingan bertajuk turnamen, tidak beda dengan menghambur-hamburkan uang. Karena gengsi turnamen dan kompetisi jauh berbeda.

Lha, waktu Polda Jateng 2015 saja kami mengalami kerugian. Animo penonton di stadion sangat sedikit, dan itu bisa kami pahami, karena memang kurang memiliki nilai jual,''kata Budi Setiawan.

Pihaknya khawatir, masyarakat Kota Pekalongan dan Kalong Mania, akan semakin bosan jika klub terus menerus ikut turnamen. Apalagi, Persip baru seumur jagung berlaga di Divisi Utama. Tentu, suporternya tidak bisa disamakan heroiknya dengan Persis Solo atau pun PSIS Semarang
(aww)
Copyright ©2024 SINDOnews.com
All Rights Reserved
berita/ rendering in 0.1571 seconds (0.1#10.140)